SENJA DI RUMAH
Hendri Adinata
Hendri Adinata
Pukul lima, suatu senja yang damai
di rumah. Matahari yang sudah condong jauh ke barat masih memancarkan sisa
cahaya melalui daun rambutan dan pepohonan tepat di hadapanku. Pancaran sinar
yang biasanya tajam dan menyengat di siang hari bulan Mei ini, sekarang terasa
sejuk dan sepoi, rasanya seperti sedang berada di ruangan dengan jendela terbuka.
Pada saat sekarang ini, kebanyakan
masyarakat sudah pulang ke rumah masing-masing. Yang masih tersisa adalah
tukang steam motor dan beberapa orang yang sibuk dengan tanaman kembang
hiasnya. Masih terdengar suara kebisingan motor yang berada di depan hadapan
rumahku. Beberapa orang menunggu kendaraan yang duduk sembari meneguk minuman
teh botol.
Di sebelah kiri rumahku, ada rumah
kerabat dan di dalam rumahnya terdapat pekarangan yang luas di dalam pekarangan
ada pohon rambutan yang baru saja berkembang. Pemilik rumah ini sedang membetulkan
beberapa buah sound sistem dan beberapa alat musik yang masih berserakandi
lantai. Di hisapnya sebuah batang rokok
yang masih menyala dan secangkir kopi tepat di sampingnya.
Ketika pandanganku arahkan ke
samping ada pedagang warung kopi yang sedang melayani beberapa pembeli.
Pembelinya mulai dari anak sampai orang tua.
Di sampingnya ada sebuah gubuk kecil. Di sekelilingku yang terdengar
jelas gemerisik sapu lidi Ibu Dadang, seorang
Ibu rumah tangga, menyapu halaman depan dengan tidak leluasa, terhalang
lalu-lalang seenakknya anak-anak bermain seolah-olah mereka tidak
menghiraukannya.
Seseorang anak membawa beberapa
burung, dilepasnya burung ke atas.
Dengan leluasa burung itu terbang dan di bentangkan kedua sayap, kiri dan
kanan. Beberapa waktu, terdengar suara cicit kedua burung kembali dari udara
dan menghampiri majikannya.Di ujung jalan, ada beberapa anak yang riang bermain
sepeda. Mereka saling bergantian dan saling mendahului sepeda temannya, mereka
masih duduk di sekolah dasar. Sebelum azan magrib mereka pulang, karena
malamnya mereka harus belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya.
Ibu dadang baru saja telah selesai
membersihkan pekarangan di hadapan rumahnya. Mataharipun sudah mulai hampir
hilang dari pandanganku. Seseorang Bapak tua menggunakan sarung, baju koko, dan
peci berjalan ke gang menuju masjid. Karena sebentar lagi seseorang akan
mengumandangkan azan magrib, sayapun bergegas kembali ke rumah menuju ke kamar
mandi. Sebuah handuk besar, ku sangkutkan di bahu lalu kutempatkan di gantungan
kamar mandi dan ember besar yang sudah menampung air bersih.
Pukul tujuh malam, masyarakat di sekitar mengadakan
pengajian malam sabtu bersama yang bertempat di masjid Al Mujahidin. Para
masyarakat yang sudah melepaskan lelah, mereka sudah mulai keluar rumah menuju masjid
untuk membaca beberapa ayat-ayat Al Qur’an. Aku pun sudah akan tiba di masjid,
sementara para jamaah yang belum tiba, mereka akan menyusul pengajian