Gang Adam
Pagi hari yang cerah di Rawa Belong aku berniat
untuk mengantarkan keponakanku yang bernama Dibah. Aku mengantarnya menggunakan
sepeda. Meskipun dibah terbiasa membawa sepedanya sendiri tetapi pagi ini aku
ingin sekali mengantarnya agar aku dapat melihat-lihat Gang Adam di pagi hari.
Memang sangat sepi pagi ini yah waktu memang masih pukul 06.00. terdengar suara
ayam beberapa kali kukuruyuk dari
samping kandang belakang rumah nenek ku. “Ayo Dibah kamu sudah siap kita
berangkat sekarang” aku berkata. Sepanjang jalan aku berbincang-bicang dengan Dibah
kamu masuk jam berapa? Lalu Dibah berkata “jam setengah tujuh aa”, masih lama
kan kita pelan-pelan saja yah goes sepeda nya”. Sepanjang jalan masih terasa
nyaman tenang dan asri terlihat kanan kiri pepohonan dan taman-taman halaman
rumah yang indah-indah, di gang adam ini sebagian besar halaman rumah-rumahnya
di tanami dengan pepohonan yang diberi pot-pot untuk alasnya dari yang kecil
sampai pot yang besar-besar memang Rawa Belong terkenal dengan tanaman hiasnya
dan pasar bunga Rawa Belong. Mungkin dengan itulah rumah-rumah di sekitar sini
sangat asri dan nyaman.
Setelah sampai di sekolah Dibah dan Dibah pun langsung berbelok untuk masuk melalui gerbang utama sekolahnya, dan aku pun berhenti di depan gerbang untuk melambaikan tangan kearah Dibah. Terlihat matahari dari balik gedung bertingkat sekolahan Dibah mulai terbit dengan sepenuhnya yang sebelumnya malu-malu untuk keluar. Udara pun terasa panas tetapi tetap segar, hawa pagi begitu terasa di sini. Jalanan yang masih sepi hanya beberapa terlihat hiruk-pikuk para orang tua mengantarkan anak-anaknya untuk ke sekolah. Setelah melihat Dibah masuk ke kelasnya aku pun bergegas untuk pulang tak lama terdengar oleh ku alarm sekolah yang menandakan jam masuk, ternyata sudah jam enam tiga puluh.
Setelah sampai di sekolah Dibah dan Dibah pun langsung berbelok untuk masuk melalui gerbang utama sekolahnya, dan aku pun berhenti di depan gerbang untuk melambaikan tangan kearah Dibah. Terlihat matahari dari balik gedung bertingkat sekolahan Dibah mulai terbit dengan sepenuhnya yang sebelumnya malu-malu untuk keluar. Udara pun terasa panas tetapi tetap segar, hawa pagi begitu terasa di sini. Jalanan yang masih sepi hanya beberapa terlihat hiruk-pikuk para orang tua mengantarkan anak-anaknya untuk ke sekolah. Setelah melihat Dibah masuk ke kelasnya aku pun bergegas untuk pulang tak lama terdengar oleh ku alarm sekolah yang menandakan jam masuk, ternyata sudah jam enam tiga puluh.
Sore hari nya aku dan sepupuku berencana untuk
jalan-jalan menggunakan sepeda, tepat pukul empat kami berangkat dari rumah
nenek, yah memang seminggu ini saya sedang berada di rumah nenek tepatnya di
Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sore ini sangat cerah terlihat banyak
anak-anak bermain layang-layang di jalan-jalan, lapangan sudah tidak ada di
sekitar rumah nenek ku jadi jalannan lah tempat bermain anak-anak. Setelah keluar
gang kecil lalu aku berbelok menuju jalan utama yah nama jalan itu adalah Gang
Adam, terlihat jalanan yang kira-kira lebarnya lima meter, telah ramai oleh
para pedagang yang kelihatan dari kejauhan mulai sibuk merapikan kios-kios
dagangan nya, meskipun kios-kios mereka sistem bongkar pasang yang menggunakan
kayu dan beratapkan terpal tetapi para pedagang itu terlihat sangat cekatan untuk menata kios-kios mereka
agar terlihat menarik, memang di setiap hari Jumat malam jalanan di Gang Adam
berubah menjadi pasar kaget begitu orang di sekitar sini menyebutnya.
Aku dan sepupu ku mulai mendekati keramaian para
pedagang itu, ini adalah jalan utama dan kami tidak ingin memutar karena
terlalu jauh, lantas kami menuruni sepeda dan menuntunnya sambil melihat kanan
kiri, yang sangat menarik perhatian ku adalah di tengah-tengah gang itu
terdapat bangunan besar bertingkat dan ternyata itu adalah sekolahan SDN 05 Kebon
Jeruk di mana Dibah bersekolah. Ternyata ini jalan depan sekolahan Dibah, yang tadi pagi aku berhenti untuk mengantar Dibah. Pagi tadi terlihat sepi dan asri
dan sekarang jalan sudah berubah menjadi pasar dan terlihat berantakan
kayu-kayu dan dagangan para pedagang yang belum di rapihkan, tampaknya jalanan
di Gang Adam ini tidak di sia-siakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat di
sekitar sini itulah sepilas pikiran ku, dan setelah melewati sekolahan itu tak
sengaja ku dengar seorang ibu berteriak memanggil anaknya, “Adi pulang sudah
sore, lihat sudah jam lima cepat pulang mandi. Ayo Adi pulang” seperti itu
kiranya ibu itu berteriak-teriak. Aku pun kaget dan terkejut mendengar
perkataan ibu itu ternyata sudah semakin sore, pantas saja matahari mulai redup
pencahayaannya. Aku pun mengajak sepupuku untuk segera pulang ke rumah nenek.
Sesampainya di ujung gang para pedagang berjualan, ada sesuatu yang menarik
perhatiaan ku pedagang lampu hias yang menyalakan lampu-lampu dagangannya,
meskipun langit belum gelap, kios pedagang lampu itu sangat enak di pandang.
Aku pun jadi penasaran untuk kembali lagi ke sini nanti malam. setelah melewati
pasar kaget itu , aku dan sepupuku mulai menaiki sepeda lagi, menuju pulang ke
rumah nenek.
Malam pun tiba dan aku bersama sepupuku beserta
keponakan ku yang berumur tujuh tahun mulai keluar dari rumah nenek dengan
berkendara sepeda. Memang letak pasar kaget cukup jauh dari rumah nenek ku karena
di tengah jalan utama Gang Adam. Jalanan yang tadi sore terlihat anak-anak
bermain layang-layang kini menjadi jalanan yang ramai oleh pejalan kaki dan
pengendara sepeda motor tampaknya mereka semua ingin pergi ke pasar kaget itu.
Aku beserta saudara ku tidak kalah semangatnya untuk segera pergi ke sana
dengan sepeda kami, sesampainya di pasar kaget terdengar
suara azan isya, dan kami pun bergegas menuju mesjid terlebih dahulu untuk
menunaikan salat isya berjamaah. Yah memang sepanjang Gang Adam ini terdapat
beberapa mesjid-mesjid besar, salah satunya di depan pasar kaget ini, selesai salat kami bergegas menuju pasar kaget, baru beberapa langkah keluar dari mesjid mata
ku tertuju ke menara mesjid yang mempunyai jam dinding besar yang menunjukan
waktu 19:25. Keponakan ku yang bernama Dibah sangat senang sekali melihat
keramaian di sini, setelah masuk kedalam kerimunan pasar kaget ini Dibah
menunjukan tangannya ke arah bangunan sekolah "aa lihat itu sekolahan Dibah". Aku
pun tersenyum dan meledekinya "yahh jalanan depan sekolahan Dibah jadi pasar
sekarang, heheheh" kami pun tertawa di dalam keramaian pasar kaget ini, sepupu
ku yang bernama Kiki yang tadi sore aku jalan-jalan dengan sepeda bersamanya
juga tampak senang berada di keramaian pasar kaget ini, lalu Kiki melihat-lihat
kios pakaian aku pun menemani dia membeli pakaian. Memang harga-harga di sini
sangat murah dan bisa di tawar. Di sebelah kios baju ada kios boneka yang cukup lengkap, si
Dibah pun langsung menarik tangan ku, "aa aku mau beli yang itu" boneka beruang
berwarna coklat dia menunjuknya.
Setelah semuanya mendapatkan barang-barang yang
diinginkan, aku pun tertarik melihat-lihat kios jam tangan, dan ternyata ada jam
besar tergantung di tengah nya yang menunjukan pukul 20:45. Aku pun terkejut dan
berbisik sudah hampir jam Sembilan, apa kalian berdua ingin pulang. Mereka
bersahutan “yah sudah ayo kita pulang”. Dibah berkata “aa bagaimana dengan aa
tidak ada yang ingin di beli” aku pun menggelengkan
kepala tidak ada, yang penting aa bisa buat kalian semua senang. Yasudah ayo
kita berbalik arah dan pulang, meskipun kami tidak sampai ke ujung Gang Adam
ini untuk melihat-lihat kios yang unik-unik, yang penting kami bertiga senang bisa
ke pasar kaget di malam yang cerah ini.
Malam ini memang terlihat banyak
bintang, dan bulan pun sangat cerah menambah ke indahan pasar kaget Gang Adam
ini. Setelah sampai di depan mesjid kami pun bergegas mangambil sepeda, yah
sepeda memang kami parkir di lapangan parkir mesjid karena tempat itu yang di
saran kan nenek untuk menaruh sepeda kami. Kami pun bertiga bergegas untuk
pulang dengan goesan sepeda yang pelan-pelan, berbeda sekali dengan berangkat
nya yang sangat semangat. Kami semua memang tampak kelelahan di tambah bawaan
belanja boneka Dibah yang aku pegang di tangan kiri, sedangkan Kiki membawa
belanjaannya sendiri, hanya Dibah lah yang masih semangat “ayo aa cepetan goes
sepedanya” Dibah berteriak-teriak. Dengan semangat gadis cilik itulah kami
pulang dengan canda senyuman bahagia di malam sabtu yang indah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar