2013/06/30

CERPEN "Story Of Love"



BULETIN CINTA
Oleh: Ayu Safitria
K

ali ini Senja tak ingin mengirimkan pesan singkat melalui telepon genggamnya terlebih dahulu kepada Fajar, tidak seperti biasanya. Wajahnya muram seakan-akan menggambarkan ingin melakukan sesuatu tetapi tidak bisa. Pagi ini matahari bersinar lembut. Tadi malam hujan yang mendadak membuat orang-orang kaget namun berlega hati. Kemarau tiba-tiba terputus sejenak seperti hati Senja yang semenjak membaca pesan singkat itu menjadi gelisah.
            Sebelum peristiwa itu terjadi, hari-harinya tidak seperti ini. Walaupun setiap harinya air mata Senja selalu tertetes, setidaknya banyak hal yang dibuat Fajar membuat bibir kecilnya terseret manis. Walaupun mereka selalu berada di kelas yang sama tetapi kedekatannya dimulai sejak mereka di semester tiga. Kedekatan itu pun tidak sesingkat yang dibayangkan, Fajar sakit dan dirawat berbulan-bulan tanpa ada teman satu kelasnya yang tahu hal itu. Seketika Fajar kembali masuk kuliah layaknya mahasiswa baru. Penampilannya berbeda sekali, dulu rambutnya masih panjang, kuku ibu jari tangan kirinya yang panjang sekitar 25cm sudah ia potong.
            Senja tertegun memandangnya, hasrat untuk menjadi kekasihnya tumbuh setiap waktu. Ia mulai berani mengirimkan BBM  kepada Fajar tanpa menyebutkan siapa dia. Suatu ketika dosen mereka memberikan tugas berupa tugas pembuatan buletin kelas dengan berkelompok. Tak ragu, Senja langsung mencantumkan nama Fajar ke dalam daftar nama anggota kelompoknya. Fajar tidak menolak, karena ketika itu dirinya belum mendapatkan kelompok. Memang, para anggota kelompok yang lain bilang kalau Fajar bisa bertanggung jawab atas tugasnya.
            Sebagai anggota kelompok yang baik, Fajar datang ke tempat Senja dan kawan yang lain berkumpul untuk berdiskusi secara formal.
     “Maaf sebelumnya, gue belum begitu kenal sama semua mahasiswa kelas ini”
     “Yaudah lu kenalan dulu aja” Fajar tertegun sambil mengarahkan kedua matanya ke arah Senja “Klo sama lu, gue udah kenal kok”
            Mereka mulai berdiskusi dengan anggota kelompok yang lain. Keesokan harinya mulai terlihat bahwa tugas itu membuat mereka semakin berdekatan. Tugas itu pun menjadi alasan Fajar sesekali mengunjungi kost milik Senja, begitu sebaliknya. Mereka menjadi sering bertemu dan sering melakukan banyak perbincangan setiap harinya.
            Perasaan itu mulai tak tertahan oleh Senja, awalnya ia bertahan menahan perasaan terpendamnya kepada Fajar tapi justru keadaan mereka saat itu mendukung perasaan Senja semakin menjadi.
            Suatu ketika, Fajar, Senja, Mia dan Nisa berkumpul di kost milik Fajar, Senja melihat-lihat seisi ruangan, mengarahkan pandangannya ke dinding yang begitu banyak kertas-kertas yang menempel di setiap sudutnya tidak sengaja Senja melihat secarik foto perempuan tertempel rapi di salah satu bagian dinding yang beralaskan sterofoam.
     “Siapa dia?” sambil menunjuk foto itu.
     “Oh, itu mantan gue. Udah lama juga putus, dia udah nikah” jawabnya tegas.
     “Kayaknya berkesan banget sampe masih ditempel sampai sekarang..” Senja menyindir kesal.
            Mia dan Nisa yang juga bagian dari kelompok mereka juga ikut bertanya dan memancing Fajar untuk bercerita perempuan di foto itu di tengah-tengah diskusi mereka tentang buletin yang sedang mereka buat. Senja yang sedang asik dengan laptopnya diam menyimak seakan tidak mau tahu. Kesal ketika itu, hal tadi siang masih difikirkannya hingga larut malam.
            Suatu ketika, air mata Senja tertetes sedih. Tidak ada yang tahu tentang perasaannya, dirinya semakin ingin memiliki Fajar tanpa terkecuali. Dian mulai memberanikan diri mengeretik pesan singkat kepada Fajar bertuliskan “gue itu suka sama lo, tolong ngerti yaa..” Dengan rasa malu dia kirimkan pesan itu. Senja menunggu telepon genggamnya berbunyi nada pesan. Tidak berdering. Hal itu tak sesekali ia alami. Senja terbiasa dengan beribu-ribu pesan yang ia kirim kepada Fajar namun tidak pernah dibalas.
            Balasan pesan yang ditunggunya kali itu tidak membangunkannya dari tidur karna lama menunggu. Saat pagi datang, Senja membacanya dan menangis. Tenyata isi pesannya,
     “Hahahaha, jangan main-main. Semuanya teman kok”
            Jawaban itu membuat hatinya sakit, membuat ia menangis sesekali membuang perasaannya. Cintanya tidak terbalas. Perasaannya tertuju kepada orang yang salah. Pesan itu membuat tiap kali pertemuannya dengan Fajar menjadi canggung. Dan Senja memutuskan untuk membuang perasaannya dengan menggantinya dengan orang lain. Buletin yang mereka buat bersama-sama diserahkannya kepada Fajar untuk meneruskan menyelesaikannya.
            Di tangga pintu belakang kampus, tak kurang dua belas orang berjejel. Semua perempuan. Semua mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Dua diantaranya menghalangi pandangan Fajar. Tangannya meraih jari-jari Senja yang ketika itu dia tidak ada kesempatan untuk menanyakan alasan Senja menjauh darinya. Ketika Senja menoleh, dengan cepat Senja melepaskan genggaman tangan Fajar.
     Lo kenapa si? Ada yang salah sama gue? Sikap lo gak usah kayak gini!” tegasnya kepada Senja sambil berjalan cepat.
     Gue gak mau aja punya perasaan lebih sama lo, gue cuma pengen ngejauh aja biar bisa lupa tentang perasaan ini” jawab Senja dengan wajah penuh kecewa.
     “Gak perlu ngejauh!” bentaknya.
            Siaran televisi menjelang malam itu kembali dengan program yang dia gemari. Malam ini, siaran itu menyajikan dua pasang kekasih yang sedang bertengkar, melihat program acara televisi itu Fajar teringat kejadian siang tadi yang membuatnya terheran mengapa ia melarang Senja untuk menjauh. Fajar menyadari bahwa dirinya hanya menganggap Senja seorang teman sekelasnya tetapi malam itu membangunkannya dari mimpi panjang mengingat tiga tahun belakangan itu Fajar tidak mau berpacaran.
            Fajar terbiasa mendapatkan pesan singkat dari Senja yang walaupun sekedar mengingatkannya untuk beribadah dan makan, tetapi hari itu Senja tak juga mengirimkannya kata-kata itu. Fajar mencoba mengirim pesan terlebih dulu kepada Senja.
            Dengan terheran, Senja melihat telepon genggamnya bergetar dan bertuliskan SATU PESAN BARU DARI FAJAR. “Kemana aja? Kok gak ada kabarnya?”
            Dengan senangnya saat membaca pesan itu. Berpikir ulang ketika Senja hendak membalasnya dengan kata yang manis. Dia anggap bahwa Fajar tidak pernah mempunyai perasaan yang sama terhadapnya. Pesan yang sudah ia ketik pun dihapusnya kembali.
            Dari kejauhan, Fajar sedang menunggu balasan pesan itu. Dia pun mengetik ulang pesan kepada Senja dengan isi pesannya hanya lambang sedih “L” Senja tertawa kecil saat membacanya.
            Di bawah sinar matahari, ketika waktu perkuliahan tekah selesai. Di sebelah kanan lift naik. Fajar mendekati Senja perlahan. Membisikkannya tentang hal yang mengingatkannya bahwa tugas buletin mereka telah selesai dan harus dicetak. Fajar memintanya menemani saat mencetak buletinnya.
            Entah siapa yang mulai, percakapan mereka menjadi begitu serius. Merasa dirinya tidak pantas menjadi kekasih Fajar, Senja pun mengutarakan kekesalan dan kekecewaannya
     “Yaudahlah lo jadian aja sama cewek lain biar gue benci sama lo, daripada terus-menerus gue harus mengagumi lo dalam diam” ucap Senja sambil menundukkan kepalanya.
     “gak bisa.. aku maunya kamu tetap sama aku”
     “ Tetap jadi Senja yang selalu mengagumiku dengan timbal balik dari aku sendiri!”
            Beberapa puluh menit kemudian, Fajar memberanikan dirinya mengutarakan apa yang selama ini dia rasa. Suatu hal yang mustahil terjadi, menurut Fajar, Sudi adalah perempuan untukterhebat yang mampu mengalahkan egonya demi mempertahankan perasaannya walaupun Fajar sempat tidak ada respon balik terhadapnya. Hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih yang bertemu setiap hari di dalam kelas.
            Fajar dan Senja satu pasang kodrat untuk saling mengawali dan mengakhiri harinya dengan baik.  

cerita kisah cinta oleh Noviyanti


CERITA PENDEK, KISAH CINTA
Gara-Gara Sebuah Shall
Oleh: Noviyanti
 Pertemuanku dengan seorang laki-laki bernama Alnuary cukup mengesankan bagiku, karena aku dengan dia di pertemukan dengan cara tak sengaja, bermula aku dan temanku Rara sedang asik berbelanja di salah satu mall di cinere, aku dan temanku itupun memilah-milah barang yang akan aku dan temanku beli, mataku tertuju pada sebuah toko yang menawarkan aksesoris yang sangat menarik dan unik sepertinya, seketika akupun menghampiri tanpa sadar aku meninggalkan rara dan kehilangan jejaknya, “taka apa lah,, biar nanti rara aku telpon saja”, pikirku
Aku melangkahkan kakiku untuk membuka satu buah pintu berukuran cukup besar yang terbuat dari kaca, hal utama yang aku lihat adalah deretan jepit rambut unik, aneka shall, pajangan gelas-gelas keramik pun tersedia di tempat ini, akupun tergoda dengan deretan shall lucu dan menarik yang terletak dekat pajangan aneka jepit rambut, pada saat ku melihat-lihat shall tersebut terdapat satu buah shall berbahan wall, berwarna coklat, dan sepertinya sangat netral jika di kenakan oleh laki-laki atau perempuan,  terlebih lagi shall itu hanya tinggal satu-satunya, dan menurut penjaganya sudah tak akan mengeluarkan kembali jenis jenis yang sudah  terpajang hari itu, karena akan diganti dengan barang baru, dan itu berarti kesempatanku untuk cepat membelinya,
Tetapi di saat ku hendak melihat dan menyentuh shall itu, ada tangan seorang yang menyentuh pula bagian tangan atasku, tanganku dan tangannya bersentuhan guna mengambil shall yang sama, sepertinya dia menginginkan pula shall itu, seketika aku kaget dan segera menatap wajahnya,
   “alamaaak… si tampan ini rupanya, aku mengenalinya, ia seorang  vokalis band Mozarella yang terkenal di daerah dekat kawasanku tinggal, ia sering manggung setiap kali ada event, aku pun sering melihatnya setiap kali ia tampil, hanya saja aku tak kenal dekat dengannya, bertatapan secara langsung saja belum pernah, banyak sekali perempuan yang tergila-gila oleh vokalis tampan satu ini, benar kata temanku  laki-laki ini rupanya sangat menawan nan elok,  matanya tajam bercahaya     bagaikan  bulan sabit,  jambul tipisnya menambah ketampanannya,  postur tubuh nya pun ideal”,
Saat ia menyentuh tanganku, jantungku terasa berdebar-debar,  tubuhku gemetar, aliran darah ku terasa deras  mengalir, salah tingkah ku jadinya, sedikit berlebihan memang, yah…tapi itulah yang ku rasakan pada saat itu, akupun mencoba menutupi kekagumanku padanya, tak mau terlihat gampang suka terhadap orang lain, terlebih lagi ia hanya menginginkan shall itu, barang kali untuk menunjang performanya,   aku pun langsung mencoba bertegur sapa dengannya,
     “maaf mas, tapi shall ini saya yang melihat terlebih dahulu”, ujarku dengan nada lembut
     ‘’justru saya yang terlebih dahulu melihatnya mbak, jadi ini punya saya”…
Mendengar ucapannya hatiku berubah menjadi kesal, karena  sepertinya orang ini tak mau  mengalah,
    “masih banyak kan mas shall-shall yang lain, di sana.. pilih saja,
    “tapi saya menginginkan shall yang ini, bukan yang di sana, saya sudah mengincarnya dari tadi”, ucapannya dengan nada tinggi dan sinis, tambah jengkel saja aku di buatnya,
    “Enak saja main ngaku-ngaku, udah merasa membayar belum”? ujarku dengan nada tinggi pula,
    “ya belum,, ini saya langsung mau bayar,, iih…ada apa tuh di pundak mbak?..
Seketika aku menoleh kea rah pundakku, dengan rasa takut sesuatu menempel di pundaku entah itu ulat, kecoa atau yang lain-lain, aku pun merenggangkan dan mengarahkan shall pada tangan yang semula erat aku genggam pada hadapannya, sial…ternyata ia membohongiku, ia mencoba untuk merebut shall itu dari genggamanku.
Di toko itu kami jadi main rebut-rebutan, halnya seperti anak kecil, tetapi ya bagaimana, aku dan dia sama-sama merasa bahwa shall itu terlebih dahulu di lihat dan mencoba untuk membelinya, jelas tenaga laki-laki lebh kuat di bandingkan dengan perempuan, aku pun ikut tertarik olehnya dan terjatuh di pelukannya, aduhaiii….lagi-lagi rasa ini datang lagi,badannya yang tinggi besar membuat ku merasa nyaman sesaat aku berada di pelukannya, dan wangi parfumnya itu lho…harum bangeet..
Aku si berharap agar rasa yang ada dalam hatiku saat itu tak terbaca olehnya, takut ia tambah Gede Rasa saja, aku mencoba menutup-nutupi rasa ku dengan mencoba jual mahal, aku berpura-pura marah padanya dan menuduh bahwa ia sengaja manariku ke pelukannya hanya untuk melecehkanku,
”E’eh..apa yang kau lakukan? Kau sengaja ya.. mau aku laporkan tindakan pelecehan ini dengan security? Dengan nada yang sedikit menakut nakuti,
“maaf,maaf,, aku tidak bermaksud untuk berbuat seperti itu ko”..
sepertinya ia ketakutan, takut aku benar  melaporkannya ke security, padahal aku Cuma iseng saja, hehe
“enak saja maaf,maaf, gak segampang itu ya.. security..”!!  dengan nada setengah kencang
 “Mba,mba, jangan mba, gimana kalau tanda permintaan maafku, aku traktir dengan makan es krim sepuasnya,
“Apa es krim..? harga diri ku mau kau samakan dengan harga es krim ?...  aku masih  tetap tak mau memaafkannya pada saat itu, dia mencoba terus  merayuku, sampai pada akhirnya aku tak bisa membohongi  diriku untuk bisa lebih kenal dan dekat padanya, aku pun mau untuk menuju tempat yang menjual aneka es krim yang ada dalam mall tersebut, dan yang palin penting diam-diam membayar shall yang semula ada di genggamanku.
Pada awalnya memang merasa canggung, tetapi di sela-sela pembicaraan kami membicarakan soal musiknya, yang kebetulan aku sangat suka dengan musik pop alternatif, salah satu band yang aku suka ya..bandnya lah, sungguh tak menyangka diriku bisa berhadapan dengannya, habis.. banyak sekali perempuan-perempuan yang mengidolakannya, tetapi ia selalu mengacuhkannya, kali ini aku beruntung sepertinya, tanda-tanda obrolan kami pun sepertinya akan segera berakhir, karena waktu sudah hampir sore, dan aku harus segera pulang, setelah aku pamit pulang dengannya, ia malah meminta nomor teleponku, apa boleh buat, aku pun memberikan nomor telepon ku untuknya,
 sulit memang kalau sudah suka dengan seseorang, seperti kalanya melupakan logika, apalagi pada saat itu aku masih menjadi seorang remaja yang baru gede, bisa di maklumi lah. Tetapi itulah pengalaman rasa indah dalam hatiku dulu. Pada saat itu Ia juga selalu menghubungiku setiap waktu, aku merasa bahagia setiap kali aku mengangkat telpon darinya,
 sampai pada akhirnya ia mengundangku dalam acara ulang tahunnya, saat ku  datang bersama temanku ia menggandeng tanganku untuk berdiri di samping tengah acara pemotongaan kue, tak ku sangka, kue pertamanya di berikan kepada ku, dahsyaaat… berjuta rasa saat itu yang ada di hatiku, sungguh aku sangat bahagia, dari sekian banyak perempuan yang datang, aku yang mendapatkan kue pertamanya, entah apa yang ia rasakan itu sama dengan perasaan ku terhadapnya atau tidak,
aku merasa menjadi orang yang paling spesial hari itu, awalnya aku tak sempat melihat persis penampilannya, jelas lah ia terlihat tampan pada waktu itu, ternyata ia mengenakan shall yang aku pernah perebutkan dengannya, jadi ingat cerita lucu itu, sepertinya ia lebih cocok mengenakannya di banding aku, tetapi tak berhenti sampai di situ ia malah memberikan shall yang di pakainya untukku, lengkaplah sudahrasa bahagia yang pernah ku raskan saat itu.




kisah cinta


CERITA PENDEK, KISAH CINTA
Gara-Gara Sebuah Shall
Oleh: Noviyanti
 Pertemuanku dengan seorang laki-laki bernama Alnuary cukup mengesankan bagiku, karena aku dengan dia di pertemukan dengan cara tak sengaja, bermula aku dan temanku Rara sedang asik berbelanja di salah satu mall di cinere, aku dan temanku itupun memilah-milah barang yang akan aku dan temanku beli, mataku tertuju pada sebuah toko yang menawarkan aksesoris yang sangat menarik dan unik sepertinya, seketika akupun menghampiri tanpa sadar aku meninggalkan rara dan kehilangan jejaknya, “taka apa lah,, biar nanti rara aku telpon saja”, pikirku
Aku melangkahkan kakiku untuk membuka satu buah pintu berukuran cukup besar yang terbuat dari kaca, hal utama yang aku lihat adalah deretan jepit rambut unik, aneka shall, pajangan gelas-gelas keramik pun tersedia di tempat ini, akupun tergoda dengan deretan shall lucu dan menarik yang terletak dekat pajangan aneka jepit rambut, pada saat ku melihat-lihat shall tersebut terdapat satu buah shall berbahan wall, berwarna coklat, dan sepertinya sangat netral jika di kenakan oleh laki-laki atau perempuan,  terlebih lagi shall itu hanya tinggal satu-satunya, dan menurut penjaganya sudah tak akan mengeluarkan kembali jenis jenis yang sudah  terpajang hari itu, karena akan diganti dengan barang baru, dan itu berarti kesempatanku untuk cepat membelinya,
Tetapi di saat ku hendak melihat dan menyentuh shall itu, ada tangan seorang yang menyentuh pula bagian tangan atasku, tanganku dan tangannya bersentuhan guna mengambil shall yang sama, sepertinya dia menginginkan pula shall itu, seketika aku kaget dan segera menatap wajahnya,
   “alamaaak… si tampan ini rupanya, aku mengenalinya, ia seorang  vokalis band Mozarella yang terkenal di daerah dekat kawasanku tinggal, ia sering manggung setiap kali ada event, aku pun sering melihatnya setiap kali ia tampil, hanya saja aku tak kenal dekat dengannya, bertatapan secara langsung saja belum pernah, banyak sekali perempuan yang tergila-gila oleh vokalis tampan satu ini, benar kata temanku  laki-laki ini rupanya sangat menawan nan elok,  matanya tajam bercahaya     bagaikan  bulan sabit,  jambul tipisnya menambah ketampanannya,  postur tubuh nya pun ideal”,
Saat ia menyentuh tanganku, jantungku terasa berdebar-debar,  tubuhku gemetar, aliran darah ku terasa deras  mengalir, salah tingkah ku jadinya, sedikit berlebihan memang, yah…tapi itulah yang ku rasakan pada saat itu, akupun mencoba menutupi kekagumanku padanya, tak mau terlihat gampang suka terhadap orang lain, terlebih lagi ia hanya menginginkan shall itu, barang kali untuk menunjang performanya,   aku pun langsung mencoba bertegur sapa dengannya,
     “maaf mas, tapi shall ini saya yang melihat terlebih dahulu”, ujarku dengan nada lembut
     ‘’justru saya yang terlebih dahulu melihatnya mbak, jadi ini punya saya”…
Mendengar ucapannya hatiku berubah menjadi kesal, karena  sepertinya orang ini tak mau  mengalah,
    “masih banyak kan mas shall-shall yang lain, di sana.. pilih saja,
    “tapi saya menginginkan shall yang ini, bukan yang di sana, saya sudah mengincarnya dari tadi”, ucapannya dengan nada tinggi dan sinis, tambah jengkel saja aku di buatnya,
    “Enak saja main ngaku-ngaku, udah merasa membayar belum”? ujarku dengan nada tinggi pula,
    “ya belum,, ini saya langsung mau bayar,, iih…ada apa tuh di pundak mbak?..
Seketika aku menoleh kea rah pundakku, dengan rasa takut sesuatu menempel di pundaku entah itu ulat, kecoa atau yang lain-lain, aku pun merenggangkan dan mengarahkan shall pada tangan yang semula erat aku genggam pada hadapannya, sial…ternyata ia membohongiku, ia mencoba untuk merebut shall itu dari genggamanku.
Di toko itu kami jadi main rebut-rebutan, halnya seperti anak kecil, tetapi ya bagaimana, aku dan dia sama-sama merasa bahwa shall itu terlebih dahulu di lihat dan mencoba untuk membelinya, jelas tenaga laki-laki lebh kuat di bandingkan dengan perempuan, aku pun ikut tertarik olehnya dan terjatuh di pelukannya, aduhaiii….lagi-lagi rasa ini datang lagi,badannya yang tinggi besar membuat ku merasa nyaman sesaat aku berada di pelukannya, dan wangi parfumnya itu lho…harum bangeet..
Aku si berharap agar rasa yang ada dalam hatiku saat itu tak terbaca olehnya, takut ia tambah Gede Rasa saja, aku mencoba menutup-nutupi rasa ku dengan mencoba jual mahal, aku berpura-pura marah padanya dan menuduh bahwa ia sengaja manariku ke pelukannya hanya untuk melecehkanku,
”E’eh..apa yang kau lakukan? Kau sengaja ya.. mau aku laporkan tindakan pelecehan ini dengan security? Dengan nada yang sedikit menakut nakuti,
“maaf,maaf,, aku tidak bermaksud untuk berbuat seperti itu ko”..
sepertinya ia ketakutan, takut aku benar  melaporkannya ke security, padahal aku Cuma iseng saja, hehe
“enak saja maaf,maaf, gak segampang itu ya.. security..”!!  dengan nada setengah kencang
 “Mba,mba, jangan mba, gimana kalau tanda permintaan maafku, aku traktir dengan makan es krim sepuasnya,
“Apa es krim..? harga diri ku mau kau samakan dengan harga es krim ?...  aku masih  tetap tak mau memaafkannya pada saat itu, dia mencoba terus  merayuku, sampai pada akhirnya aku tak bisa membohongi  diriku untuk bisa lebih kenal dan dekat padanya, aku pun mau untuk menuju tempat yang menjual aneka es krim yang ada dalam mall tersebut, dan yang palin penting diam-diam membayar shall yang semula ada di genggamanku.
Pada awalnya memang merasa canggung, tetapi di sela-sela pembicaraan kami membicarakan soal musiknya, yang kebetulan aku sangat suka dengan musik pop alternatif, salah satu band yang aku suka ya..bandnya lah, sungguh tak menyangka diriku bisa berhadapan dengannya, habis.. banyak sekali perempuan-perempuan yang mengidolakannya, tetapi ia selalu mengacuhkannya, kali ini aku beruntung sepertinya, tanda-tanda obrolan kami pun sepertinya akan segera berakhir, karena waktu sudah hampir sore, dan aku harus segera pulang, setelah aku pamit pulang dengannya, ia malah meminta nomor teleponku, apa boleh buat, aku pun memberikan nomor telepon ku untuknya,
 sulit memang kalau sudah suka dengan seseorang, seperti kalanya melupakan logika, apalagi pada saat itu aku masih menjadi seorang remaja yang baru gede, bisa di maklumi lah. Tetapi itulah pengalaman rasa indah dalam hatiku dulu. Pada saat itu Ia juga selalu menghubungiku setiap waktu, aku merasa bahagia setiap kali aku mengangkat telpon darinya,
 sampai pada akhirnya ia mengundangku dalam acara ulang tahunnya, saat ku  datang bersama temanku ia menggandeng tanganku untuk berdiri di samping tengah acara pemotongaan kue, tak ku sangka, kue pertamanya di berikan kepada ku, dahsyaaat… berjuta rasa saat itu yang ada di hatiku, sungguh aku sangat bahagia, dari sekian banyak perempuan yang datang, aku yang mendapatkan kue pertamanya, entah apa yang ia rasakan itu sama dengan perasaan ku terhadapnya atau tidak,
aku merasa menjadi orang yang paling spesial hari itu, awalnya aku tak sempat melihat persis penampilannya, jelas lah ia terlihat tampan pada waktu itu, ternyata ia mengenakan shall yang aku pernah perebutkan dengannya, jadi ingat cerita lucu itu, sepertinya ia lebih cocok mengenakannya di banding aku, tetapi tak berhenti sampai di situ ia malah memberikan shall yang di pakainya untukku, lengkaplah sudahrasa bahagia yang pernah ku raskan saat itu.




CERPEN CERITA CINTA

KISAH KASIH ASMARA
Diceritakan oleh
Nurkomariah

Nama ku Kasih Tungga Dewi. Menurut teman-teman ku aku merupakan tipe anak yang periang, walaupun banyak sekali masalah yang menerpa hidup ku, terutama masalah percintaan. Tak tahu kenapa Dewi Fortuna tidak memihak pada ku, selalu rasa sakit yang aku rasakan ketika menjalin hubungan dengan seorang laki-laki.
Awal perkenalan ku dengannya bisa dikatakan tidak wajar, kami bertemu di sebuah pasar, dimana pada saat itu aku sedang mengantar ibu ku berbelanja bulanan. Ini awal kisah pertemuan ku dengan dirinya.
Mungkin banyak orang yang mengatakan jodoh, beberapa minggu belakangan ini aku selalu bertemu dengannya, entah apalah itu namanya yang terpenting aku senang ketika melihatnya. Dan suatu ketika pada saat aku sedang makan di sebuah Mall dibilangan Tangerang Selatan, aku bertemu dengannya. Pada saat itu hati ku berdegub sangat kencang rasanya jantung ini mau meledak, dan dia pun menyapaku dengan senyum ramahnya.
“Hy”. Sapa dia dengan nada sangat lembut dengan senyum simpul yang dia berikan untuk ku.
Bodohnya aku mengapa disaat dia menyapa ku, aku malah bengong menatap wajahnya yang begitu tampan dimataku.
“Eh hy”. Jawab ku singkat, karena malu cuma kata itu yang bisa aku ucapkan.
“Kenalkan namaku Juna”. Ujarnya
Dia mulai memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangan pada ku sebagai tanda perkenalan
“Nama ku Kasih Tunggal Dewi, tapi kamu cukup panggil saja Kasih”. Jawab ku sambil menenangkan hati ku yang tidak karuan ini
Ternyata Juna seorang lelaki yang tampan, baik dan menurut ku dia sosok pria idaman semua wanita. Termasuk diri ku.
Tak terasa hampir tiga jam aku dan Juna mengobrol, entah apa yang kami sedang bicarakan tapi tak penting bagi ku, yang terpenting aku nyaman dan senang bisa bertemu dengan Juna.
“Sudah sore, sepertinya aku harus pulang”. Kataku, padahal dalam hati ku tak ingin ku akhiri pertemuan ini.
“Oh iya tidak kerasa kita mengobrol hampir tiga jam, maaf ya kalau waktu kamu terbuang hanya untuk menemani ku mengobrol”.  Jawabnya dengan penuh kharisma.
Aku pun langsung menjawab. “Oh iya tidak apa-apa aku senang bisa kenal sama kamu”.
“Lain kali boleh kita bertemu lagi? Hmm apa aku boleh minta nomer handphone mu, siapa tahu ada hal penting atau apalah itu”. Pintanya dengan sopan.
“Oh iya boleh 08577....”. jawab ku langsung
Setelah pertemuan  itu wajahnya selalu terbayang-bayang dalam benak ku, apa ini cinta, tapi terlalu dini untuk menyimpulkan perasaan ku saat ini.
Hampir tiga Minggu aku menunggu dia menghubungi ku atau sekedar mengirim pesan singkat, tapi itu semua tidak dia lakukan. Dia sama sekali tidak menghubungi ku atau sekedar memberi kabar pun tidak. Tapi satu bulan lamanya aku menunggu, tiba-tiba hanphone ku berbunyi bertanda pesan masuk, tanpa berbasa-basi langsung ku bukan pesan itu dan ku baca. Aku berharap Juna yang sms aku saat ini, benar dugaan ku ternyata Juna yang sms aku.
            “Hy Kasih apa kabar?”. Isi pesan dari Juna
            Aku pun tak ragu untuk membalas pesan dari Juna.
            “Kabar ku baik, kabar kamu bagaimana?”. Jawab ku basa-basi
“Boleh tidak kapan-kapan kita bertemu lagi, tapi kalau kamu mau dan tidak sibuk?”.
                        Tanyanya.
                        “Hmm boleh banget, kapan?”. Tanya ku balik
                        “Bagaimana Sabtu malam ini, bisa?”. Tanyanya.
                        “Oke, sampai ketemu nanti malam”. Jawabku.
Saat setelah aku dapat pesan darinya kenapa hat ini begitu senang seakan-akan aku sedang jatuh cinta. Cinta, apa mungkin ini cinta. Oh Tuhan, apa benar aku jatuh cinta pada Juna, kalau benar ini perasaan cinta, tapi mengapa harus dengan Juna orang yang baru aku kenal. Dan aku pun langsung menepis semua persaan ini.
Tepat jam empat sore aku mulai memilah dan memilih baju apa yang mau aku pakai nanti malam untu bertemu dengan Juna, aku mau Juna terpesona melihat melihat ku malam ini. Aku pun langsung mengeluarkan koleksi baju-baju terbaik ku tapi rasanya baju yang ku punya sudah ketinggalan zaman, maklum aku bukan tipe perempuan yang mengikuti perkembangan pashion saat ini. Setelah ku pilih-pilih akhirnya pilihan ku jatuh pada baju dress berwarna cokelat muda, dan dilengkapi dengan ikat pinggang yang mempermanis dress ini. Waktu pun berjalan begitu sangat cepat sudah jam tujuh tepat aku mulai berdandan dan mengenakan pakaian yang ku pilih tadi dan menggunakan sepatu berhak tidak terlalu tinggi dengan warna senada dengan baju yang ku kenakan. Setelah itu aku mulai merapihkan rambutku, sengaja aku biarkan rambut ku terurai lepas, agar terlihat lebih natural dan tak lupa juga aku memakai lipp gloss untuk menambah percaya diriku.
Tak lama kemudian terdengar suara orang yang mengetuk pintu depan rumah ku, itu ternyata Juna. Hati ku sunggu sangat senang bercampur malu, karena aku baru pertama kali keluar rumah pada malam hari dan malam pula.
            “Kamu cantik sekali Kasih?”. Puji Juna.
            Dengan wajah memerah aku pun langsung menjawab
“Terimakasih Juna!!”. Jawab ku singkat, karena aku bingung  harus mengatakan apa.
Lalu kami berdua langsung berpamitan pada orang tua ku dan kami langsung pergi. Setelah kami memasuki mobil dan Juna langsung menyalahkan mesin mobil lalu kita mulai pergi. Seketika rasa senang ini langsung menyelimuti hati ini apa lagi saat Juna memutarkan sebuah lagu yang super-super romantis. Lampu merah pun terasa cepat sekali berubah warna menjadi hijau kalau aku lewatkan semua ini dengan Juna.
Kami pun di sebuah lestoran siap saji dan kami langsung duduk dan memesan beberapa makanan dan minuman. Juna pun memulai pembicaraan.
“Kasih sebenarnya aku sudah lama memperhatikan kamu, tapi aku malu untuk berkenalan dengan mu”. Kata Juna.
“Lah kamu malu kenapa Juna aku orangnya engga sombong ko..hee!!!”. jawab ku untu memecahkan ketegangan saat ini.
Cukup lama kami bercerita, sampai tak terasa waktu sudah sangat larut, ini tandanya aku harus cepat pulang. Dan kami pun bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah kenapa perasaan ku tak karuan seperti ini, hati ku sangat teramat senag semua ini seperti mimpi bagi ku, tapi mimpi yang begitu sangat nyata.
Setelah pertemuan itu kami makin sering bertemu dan semua ini berjalan cukup lancar. Mulai dari pertemuan pertama hingga sekarang. Yang aku rasa Cuma rasa senang dan nyaman ketika berada didekatnya.
Tapi setelah kamikenal sekitar enam bulan lamanya, tiba-tiba ada yang berubah dari sikap Juna, dia begitu sangat berbeda dari yang ku kenal, sekarang dia menjadi seorang lelaki yang sangat egois, mudah marah dan sudah tidak perhatian lagi. Entah apa yang merasuki jiwanya sehingga dia bisa tega berbuat itu pada ku.
Karena aku merasa penasaran mengapa dia bisa berbuat seperti ini, akhirnya aku mulai mencari informasi tentang dia dari beberapa temannya yang ku kenal. Pada awalnya mereka semua tidak mau bercerita siapa juna itu sebenarnya, tapi aku terus mendesak mereka dan setelah aku mendesak mereka, akhirnya mereka bercerita semua tentang Juna pada ku.
Setelah mereka semua bercerita, aku menangkap satu kesimpulan bahwa Juna itu sudah mempunya seorang istri. Pada saat aku mengetahui bahwa Juna sudah mempunyai seorang istri, betapa sakit hatiku, aku sangat malu pada diri ku sendiri, aku merasa menjadi orang yang paling bodoh, mau saja aku dipermainkan seorang lelaki yang tidak jelas asal usulnya.
Hati ku begitu sangat hancur, orang yang begitu ku sayangi, aku percaya tega berbuat seperti ini pada ku. Untuk saat ini aku hanya bisa berharap semoga kisah asmara ku ini tak akan terulang lagi...

---------TAMAT-----------

            

CERPEN CERITA CINTA



Cintaku Nusantaraku
(Tuti Apriliyani)

Masjid Islamic Center Tajung Priok, siang ini suasananya yang sangat panas. Aku pun langsung turun dari angkot 106, angkot yang telah mengantarkan aku dari terminal Tanjung Priok sampai ke Masjid Islamic Center.
“Ficka rumahnya yang mana?” Tanya ku kepada keponakanku 
“Pokoknya yang gerbangnya yang warna hijau dan pas di tikungan dan namanya sekolah….Sambil garuk-garuk kepala “Ficka lupa nama sekolahnya mba”
“Terus gimana dong” kata ku
“Gak papa mba nanti Ficka tau ko kalau udah nglewatin”
            Hmmm dari pada panas-panas begini kita langsung pulang ke rumah mending mampir dulu aja ke masjid Islamic Center lagian kan ini waktunya shalat dhuhur, jadi kita shalat dhuhur aja di masjid Islamic ini, setelah shalat nanti kita minta jemput aja sama mama kamu Fic? “Ok deh” jawab Ficka.
            Kita pun langsung mengambil air wudhu ke tempat wudhu. Masjid yang begitu besar dan tanpa tiang, tempat wudhunya pun sangat besar, sangat membingungkan untuk yang baru pertama kali ke masjid ini. Kita pun segera shalat dhuhur karena imam pun sudah mulai takbirratul ihram.
            Selesai shalat kita pun segera membereskan barang bawaannya dan menelphon mamanya Ficka suruh jemput kita di Masjid Islamic, “dari pada naik becak mending minta jemput aja lagian kan ada motor nganggur”, pikir saya. Ficka pun menelphon mamanya. Tapi kini mamanya Ficka tidak bisa jemput karena sedang sibuk dengan pekerjaannya, akhirnya kita pun naik becak supaya muat berdua dan bisa bawa barang-barang dari pada ojek muatnya Cuma satu orang dah itu gak bisa bawa barang lagi.
            kita pun naik becak, jalannya yang sangat pelan karena jalanannya pada bolong, sehingga sampai ke tempat tujuan kini memakan waktu satu jam. Di sepanjang perjalan Ficka pun mencoba mengingat-ingat rumahnya, akhirnya sudah sampai lima belas menit ia mengingat-ingat ia pun jadi ingat. Oh ya mba namanya itu Sekolah Nusantara, dan aku pun langsung bilang ke      abang becak, SMK Nusantara ya bang?.
Sesampainya di SMK Nusantara  aku pun langsung menurunkan barang-barang bawaannya dan aku bawa sendiri, sedangkan Ficka bawa tas mungilnya yang dari tadi berada di punggungnya. Ficka pun langsung lari karena ia pingin cepat-cepat bertemu ibunya dan adiknya yang sangat lucu.
“Ficka, Fickaaaaaa” kata ku sambil triak, karena aku belum tau jalannya, Ficka pun tidak menghiraukan ia malah lari dengan cepat.
Di depan kantor guru kini ku lihat ada seorang pemuda yang sedang duduk di kursi dan memakai kaos hitam, berbadan tinggi, putih dan tampaknya ia sedang mendengarkan music karena di telinganya ku lihat ada headset. Karena Ficka meninggalkan aku dan aku tidak tahu kantinnya yang mana akhirnya aku pun mencoba bertanya kepada pemuda itu.
“Maaf ka mau tanya kantin di sekolah ini mana ya? Tanyaku.
“Lurus terus aja nanti pas ada belokan sebelah kanan kamu belok aja” jawabnya. Aku pun langsung jalan ke arah yang dikatakan pemuda itu tadi.
Waktu pun berjalan sangat cepat, tiba-tiba sudah jam lima sore, perasaan baru berbincang-bincang dengan keluarga, orang-orang yang bekerja di sekolah ini pun mulai pada minta makan dan kini aku dan tante ku mulai sibuk menyiapkan makanan.
Ketika aku nganterin makanan ternyata itu pemuda yang tadi sedang duduk di depan ruang guru. Dan dia pun langsung menegur aku dan mengulurkan tangannya, hmmm mau tidak mau aku pun juga mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, hanya menyebut namaku dan namanya aku pun langsung pergi untuk membantu tante.
Ali nama pemuda itu, dan aku pun menanyakannya kepada tante
“Ali itu kerja di sekolah ini?”
“Gak, dia mah asisten guru sini dan anak kesayannya guru juga” jawab tante
“Tapi kan ini hari libur kenapa dia masuk?” kata ku
“Iya, di suruh Bapak kepala sekolah kan beliau juga hari ini masuk”
Selesailah pemuda itu makan, kebetulan aku sedang menonton tv di ruang tv dia pun langsung bilang makasih mba Uti. Eh tiba-tiba tante yang jawab sama-sama mas Ali, “Ali ko tau namanya Uti” kata tante kepada Ali
“Tau dong aku kan punya indra keenam hehe” jawab Ali
            “Bohong dah tan orang kita sudah kenalan tadi hehe” kata ku
Setelah beberapa lama kemudian Ali pun pergi dan tante ku selalu bilang “kayanya ada yang lagi  pdkt nih”
“apaan si tan bilang makasih aja masa pdkt” kata ku sambil nada sedikit marah
“Gak papa ti, kan dia itu ganteng, tinggi, putih kaya lagi hehe cocok tau ti untuk kamu” kata tante
“Yaelah tan cocok dikira aku nyobain baju, tante aja kalau tante mau sama brondong hehe” samnbil pergi ke kamar mandi.
Hari ini, hari Sabtu dan tepatnya malam minggu. Hari yang membosankan tidak pergi kemana-mana, yang biasanya aku pergi bareng bersama temen-temen SMP, kini di Jakarta belum ada temen sama sekali, hmmm maklumlah baru tiga hari di Jakarta, pikirku. Aktivitas di malam minggu ini hanya menonton tv bareng sama ponakan, om dan tente.
Mungkin karena orang menganggapnya rumah ini hanya kantin di dalam sekolah padahal kantin ini tidak hanya berupa kantin tetapi untuk tempat tinggal juga bisa disebut juga dengan rumah J. Rumah yang biasanya tidak ada tamu di malam hari, malam minggu tepat pada pukul delapan malam kini telah ada yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tente pun segera menjawab salam tersebut dan bilang buka aja gak di kunci, tamu itu pun segera membuka pintunya dan langsung berkata Utinya ada tan?
Oh Ali toh ternyata kirain tamu siapa malam-malam, ada nih lagi nonton tv
Aku pun langsung nyamperin, dan berkata ada yang bisa saya bantu?
Ali pun menjawab dengan senyum. Senyumnya ya ampun manis banget kata ku dalam hati
Dan akhirnya kita pun ngobrol bersama.
            Semenjak malam minggu itu aku jadi kenal lebih dekat dengan Ali, gak disangka ternyata tidak hanya fisiknya yang bagus tapi hatinya pun juga bagus. Malam minggu yang tadinya menjenuhkan tapi kini telah berubah. Aku pun sangat bangga dengan diriku sendiri karena ada yang bisa diajak curhat baik sedang susah maupun senang J