MALIN KUNDANG
Diceritakan kembali oleh
Nurkomariah
Di sore hari, seorang ibu yang sedang duduk
dipelataran rumahnya terlihat yang sedang memikirkan anaknya yang durhaka dan
ia kutuk menjadi batu. Ia kasihan melihat sang anak yang telah ia kutuk menjadi
batu, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Akibat rasa sakit hati yang
tidak tertahan lagi sang ibu mengutuk anak satu-satunya menjadi batu. Ia
mengutuk anaknya karena kelakuan yang sangat durhaka kepada orang tuanya.
“Sedang apa kamu bu, sore-sore
seperti ini duduk diteras sendirian?”. Tanya sang suami yang bernama Abdul
Manaf.
“Ibu sedang memikirkan anak
kita pak, ibu merasa bersalah telah mengutuk anak kita satu-satunya menjadi
batu”. Jawab sang ibu dengan rasa sedih.
“Biarlah ibu, ia sudah sangat
durhaka kepada kita sebagai orant tuanya sendiri. Ia sudah sangat tega
menganggap kita sebagai pembantunya dan bahkan sebagai bintang. Biarkan saja ia
merasakan apa yang telah ia perbuat pada kita bu”. Jawab sang suami dengan rasa
kesal.
“Bagaimana pun Malin tetap anak
kita pak, Malin anak kita satu-satunya”. Kata sang ibu dengan bercucuran air
mata.
Malam ini tepat malam purnama. Biasanya
wujud Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu akan menampakan dirinya. Walaupun
tidak semua orang bisa melihat batu tersebut.
Suatu ketika ada seorang gadis cantik dari desa
seberang melewati hutan sendirian, gadis itu bernama Dewi Sekar Wangi. Gadis
ini tidak mengetahui hutan yang biasa ia
lewati terdapat sebongkah batu dan batu itu adalah seorang lelaki yang dikutuk
oleh ibunya karena sudah berbuat durhaka kepadanya dan orang tuanya.
Ketika ia mulai masuk kedalam hutan, ia
mendengar suara seorang lelaki yang meminta tolong. Karena penasaran dimana
sumber suara itu berada, Sekar biasa ia dipanggil, mencari mencari sumber suara
itu.
“Sepertinya aku mendengar suara
lelaki yang meminta tolong, tapi dimana asal suara itu, tidak mungkin ada orang
didalam hutan karena hari sudah semakin
gelap”. Gumam sang gadis dalam hati.
“Tolong, tolong, tolong
saya!!!” kata batu itu.
Karena semakin penasaran Sekar tetap
mencari sumber suara itu, padahal ia tahu hari sudah semakin gelap. Setelah
hampir tiga jam ia mencari sumber suara itu, tapi tidak menemikan hasil Sekar
tidak menemukan dimana sumber suara itu berada.
Karena Sekar sudah sangat lelah dan ia
takut orang tuanya khawatir padanya karena hari sudah makin malam seperti ini,
ia belum juga pulang kerumah. Sekar pun memutuskan untuk pulang meski dalam
hatinya ia masih penasaran dimana asal suara itu berada.
Keesokan paginya, karena rasa penasaran
yang begitu besar, Sekar pergi kehutan
untuk mencari dimana asal suara itu berada. Sudah hampir satu bulan, Sekar keluar masuk
hutan demi mencari sumber suara itu tapi usaha itu semua tidak ada hasilnya. Ia
tidak mendapati dimana asal suara itu berada.
Ketika ia pergi ke pasar, tak sengaja ia
mendengar sekumpulan ibu-ibu yang membicarakan seorang anak laki-laki yang
dikutuk oleh ibunya sendiri karena perbuatannya yang sangat durhaka. Tetapi
Sekar tidak terlalu mendengar pembicaraan ibu-ibu itu dikarenakan harus cepat
pulang karena ia sedang ditunggu oleh ibunya dirumah.
Setiba dirumah, Sekar menanyakan perihal
cerita yang tadi ia dengar dari pasar tentang desa seberang kepada ibunya.
“Ibu aku ingi bertanya sesuatu
kepada ibu”. Tanya Sekar dengan penuh rasa penasaran.
Dan ibunya pun langsung menjawab pertanyaan anaknya
itu.
“Kamu mau bertanya apa Sekar?”.
Jawab sang ibu.
“Aku ingin bertanya apakah ibu
pernah mendengar cerita dari desa seberang, tentang seorang anak laki-laki yang
dikutuk oleh ibunya”. Tanya Sekar dengan penuh tanda tanya besar.
“Oh itu, oya ibu pernah
mendengar tentang cerita itu tapi tidak terlalu jelas, menurut yang ibu dengar
, laki-laki itu adlah seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya sendiri dan
ia dikutuk oleh ibunya menjadi batu”. Jawab sang ibu.
“Jadi seperti itu bu ceritanya”.
Jawab Sekar. Seakan-akan beban yang ada dikepalanya lenyap seketika, setelah
mengetahui semuanya.
Ketika Sekar tidak sengaja melewati hutan
tersebut dan pada saat itu tepat malam purnama, dan hujan begitu lebat maka
Sekar berhenti sebentar dibawah pohon besar untuk melindungi dirinya dari hujan
dan petir yang begitu besar. Disaat itu pula ia kembali mendengar suara minta
tolong dari arah belakang badannya. Setelah ia mengetahui suara minta tolong itu dari sebongkah batu dan ia mendekati
batu itu dan berkata:
“Wahai batu siapa kau
sebenarnya, kenapa kau menjadi sebongkah
batu seperti ini”. Kata Sekar.
Tetapi batu itu terus meminta tolong, tanpa
menjawab pertanyaan dari Sekar.
Karena ia tidak tega melihat batu itu terus
meminta tolong dan menangis maka Sekar mencium batu itu. Dan saketika batu itu
berubah menjadi sesosok pria yang sangat tampan, Sekar pun terkejut melihat
batu itu berubah menjadi manusia. Sekar bersembunyi dibalik pohon besar, dan
pada saat itu hujan menjadi begitu sangat lebat dan petir tak henti-hentinya
menyambar muka bumi ini. Dan setelah batu itu berubah menjadi manusia yang
tampan, pria itu berkata kepada Sekar:
“Terima kasih putri, kau telah
menyelamatkan ku dari kutukan ini” kata pemuda itu dengan rasa penuh terima
kasih.
“Aku tidak merasa membantumu”. Jawab
Sekar dengan gemetar.
“kau telah mencium ku dengan
penuh ketulusan, maka dengan seketika aku bebas dari kutukan ini”. Jawab Malin.
Malin pun menceritakan kepada Sekar mengapa ia bisa dikutuk menjadi batu seperti
ini oleh orang tuanya. Dan pada saat itu Malin menyesali perbuatannya dan
berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Singkat cerita, setelah kejadian waktu itu
Malin dan Sekar menikah, mereka mempunyai satu anak putra dan satu anak putri. Dan
sikap Malin kepada orang tuanya menjadi begitu baik dan sopan, Malin pun
menjadi seorang saudagar kaya dan dikenal sebagai saudagar yang baik hati.
Tapi itu semua tidak bertahan lama sikap
Malin berubah 180o, Malin
mulai bersikap sombong dan angkuh. Malin
pun kembali kesikap semula, Malin bersikap durhaka kepada orng tuanya dan tidak
segan-segan jika orang tuanya melakukan kesalahan Malin langsung memukuli
mereka tanpa ampun.
Pada saat itu sang ibu sedang shalat lalu
berdo’a kepada Allah SWT sambil menangis. Ibu Malin menangisi mengapa anaknya
berubah kembali menjadi anak yang durhaka kepada orang tuanya. Dan pada saat
itu pula ibu Malin berdo’a agar anaknya kembali dikutuk menjdi batu, setelah
ibunya mengucapkan semua keluh kesah sikap anaknya terhadap dirinya, hujan pun
turun dengan sangat lebat dan pada saat itu juga Malin berubah menjadi batu
untuk kedua kalinya.
3 komentar:
Keren ci ceritanya. Tapi teragis kisanya sampai 2 kali di kutuk jadi batu. Kutukan ke dua bersambung ya.
wahh.. ternyata berbeda dalam cerita keahliannya,hehe
Hehehe menarik, konflik dan klimaks cukup jelas. Semoga makin semangat menulis :-)
Posting Komentar