Model
11: DONGENG DENGAN GAYA KILAS-BALIK
TIMUN EMAS
Diceritakan kembali oleh
Maria Ulfa
Setiap hari rasa takuk, sedih diikuti hati yang gelisah selalu menghantui
mereka. Karena mereka takut kehilangan anak yang dicintai dan disanyanginya.
Sebisa mungkin Mbok Sarni dan suaminya menjaga dan melindungi anak semata
wayangnya dari Sang Raksasa yang selalu menagih janji kepada Mbok Sarni dan
suaminya untuk mengambil anaknya. Setiap hari mereka selalu berdoa kepada Tuhan
agar selamat dari Sang Raksasa yang ingin menghancurkan keluarganya. Demi anak
semata wayangnya, mereka rela berkorban walaupun nyawa taruhannya. Karena anak itu
adalah harta satu-satunya, harta yang berharga bagi mereka. Mereka tidak rela
jika ada orang yang menyakiti badan maupun hatinya. Kerena mereka telah
bersusah payah membimbing dan membesarkannya.
Sebelum peristiwa itu terjadi,
kehidupan mereka aman dan tentram tiada seorang pun yang mengganggu.
Hari-harinya selalu dipenuhi dengan kebahagiaan. setiap hari mereka berdoa
kepada Tuhan. Karena mereka belum memiliki seorang anak. Tidak sempurna jika
dalam keluarga belum dikaruniai seorang anak. Suatu hari mereka pergi ke dokter
untuk memeriksakan kandungan kerena untuk mengetahui Mbok Sarni hamil atau
tidak. Tidak lama kemudian dokter membacakan hasil tes laboratorium yang
menyatakan bahwa Mbok Sarni positif hamil.
Dengan rasa kaget dan senang mendengarkan pernyataan dokter, mereka
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan. Mereka sangat sangat bersyukur, karena doa
mereka dikabulkan. Sembilan bulan telah berlalu, sijabang bayi pun lahir di
dunia dengan jenis kelamin perempuan yang diberi nama Timun Emas karena waktu Mbok
Sarni sedang hamil, Mbok Sarni suka ngidam timun. Sempurnalah kebahagiaan
mereka, karena telah memiliki seorang anak yang di nanti-nantikan selama ini.
Mereka merawat dengan penuh kasih sayang.
Enam tahun telah berlalu. Kini usia Timun Emas telah menginjak enam tahun.
Dia sangat cantik dan lucu, semua orang memanggilnya simungil. Karena tubuhnya
yang kecil dan lucu. Pada suatu hari Timun Emas sedang bermain di halaman rumah
sendirian. Tiba-tiba di depan Timun Emas yang sedang asyik bermain ada seorang
yang menyeramkan, badannya tinggi besar. Ternyata itu adalah Raksasa yang ingin
menangkap dan memakan simungil. Matanya yang besar dan melotot membuat Timun
Emas ketakutan dan menangis. Tangisan Timun Emas keras dan kencang sehingga
orang tuanya dan semua orang di sekitarnya mendengar dan segera mendekati anak
itu. Semua terkejut saat melihat ada Raksasa yang ingin berusaha menangkap
Timun Emas.
Semua orang berteriak minta tolong. Sang Raksasa pun kaget lalu melepaskan
Timun Emas dari genggamannya. Timun Emas berusaha lari untuk minta perlindungan
orang tuanya. Orang tuanya pun berusaha melindungi anak semata wayangnya. Orang
tuanya sangat marah dan bertanya kepada sang raksasa: “Kenapa kau ingin
menangkap anakku, sedangkan ia masih kecil dan tidak tahu apa-apa?” Sang
Raksasa pun menjawab: “Aku ingin memakan anakmu karena aku lapar?”. Karena rasa
sayang dan takut anaknya dimakan Sang Raksasa, kemudian Mbok Sarni berkata
kepada Raksasa. “Wahai Raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa
anak ini, maka semakin lezat untuk di santap”. Sang Raksasa pun menyetujui dan
meninggalkan mereka. Semua yang menyaksikan kejadian tersebut menghela nafas
dengan lega. Karena Sang Raksasa sudah pergi meninggalkan kampung itu.
Di tengah
waktu dua tahun yang ia janjikan kepada Sang raksasa, Mbok
Sarni dan suaminya mencari akal agar Timun Emas anaknya
tidak dibawa pergi oleh Sang Raksasa, akhirnya mereka pergi mencari pertapa di atas gunung, dan di
bawanya juga Timun Emas bersama dia. Sesampainya di sana Timun Emas
menceritakan maksud kedatangannya. Setelah itu Sang petapa memberinya tiga buah bungkusan kecil
yang isinya biji mentimun, jarum, dan terasi. Disuruhnya melemparkan satu per satu
bungkusan itu sewaktu di kejar oleh Sang Raksasa.
Akhirnya
harinya tiba di mana Sang Raksasa datang untuk menagih janji. Sang Raksasa
bertanya kepada Mbok Sarni dan
suaminya, tetapi dia tidak mau menberitahu. Karena takut orang tuanya akan dilukai
oleh Sang Raksasa, maka Timun Emas menunjukan diri kepada Sang Raksasa. Lalu
dia berkata “Aku di sini Raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.
Dengan cepat
Raksasa pun mengejarnya, dan Timun Emas mulai melemparkan kantong pertama
yang di berikan oleh Sang petapa. Setelah jatuh ke tanah, kantong tersebut
berubah menjadi tanaman timun yang lebat dan besar-besar, sehingga membuat Raksasa tergoda untuk memakannya. Akhirnya setelah Raksasa sadar, ia pun mulai mengejar Timun Emas lagi. Sekali lagi
Timun Emas melempar kantong kedua yang berisi jarum yang tiba-tiba tersebar dan menjadi
banyak, Sang Raksasa menjadi terluka kakinya dan kesakitan. Namun karena kekuatannya Raksasa pun berhasil lolos dari
jarum-jarum tersebut dan kembali mengejar Timun Emas.
Kemudian Timun Emas membuka kantong ketiga. Seketika itu juga di
sana berubah menjadi lautan luas dan juga ada lautan lumpur yang mendidih. Sang
Raksasa yang tidak berdaya menghindari semua itu akhirnya terperangkap dalam
lumpur yang mendidih, hingga ia mati. Dengan kejadian tersebut Timun Emas selamat dari
Sang Raksasa, ia pun bersyukur kepada Tuhan. Akhirnya Timun Emas kembali ke rumah orang tuanya dan hidup bahagia.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar