2013/06/17

Dongeng Dengan Gaya Kilas-balik "TIMUN EMAS"



Model 11: DONGENG DENGAN GAYA KILAS-BALIK 

TIMUN EMAS
Diceritakan kembali oleh
Maria Ulfa

Setiap hari rasa takuk, sedih diikuti hati yang gelisah selalu menghantui mereka. Karena mereka takut kehilangan anak yang dicintai dan disanyanginya. Sebisa mungkin Mbok Sarni dan suaminya menjaga dan melindungi anak semata wayangnya dari Sang Raksasa yang selalu menagih janji kepada Mbok Sarni dan suaminya untuk mengambil anaknya. Setiap hari mereka selalu berdoa kepada Tuhan agar selamat dari Sang Raksasa yang ingin menghancurkan keluarganya. Demi anak semata wayangnya, mereka rela berkorban walaupun nyawa taruhannya. Karena anak itu adalah harta satu-satunya, harta yang berharga bagi mereka. Mereka tidak rela jika ada orang yang menyakiti badan maupun hatinya. Kerena mereka telah bersusah payah membimbing dan membesarkannya.
 Sebelum peristiwa itu terjadi, kehidupan mereka aman dan tentram tiada seorang pun yang mengganggu. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan kebahagiaan. setiap hari mereka berdoa kepada Tuhan. Karena mereka belum memiliki seorang anak. Tidak sempurna jika dalam keluarga belum dikaruniai seorang anak. Suatu hari mereka pergi ke dokter untuk memeriksakan kandungan kerena untuk mengetahui Mbok Sarni hamil atau tidak. Tidak lama kemudian dokter membacakan hasil tes laboratorium yang menyatakan bahwa Mbok Sarni positif hamil.
Dengan rasa kaget dan senang mendengarkan pernyataan dokter, mereka mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan. Mereka sangat sangat bersyukur, karena doa mereka dikabulkan. Sembilan bulan telah berlalu, sijabang bayi pun lahir di dunia dengan jenis kelamin perempuan yang diberi nama Timun Emas karena waktu Mbok Sarni sedang hamil, Mbok Sarni suka ngidam timun. Sempurnalah kebahagiaan mereka, karena telah memiliki seorang anak yang di nanti-nantikan selama ini. Mereka merawat dengan penuh kasih sayang.
Enam tahun telah berlalu. Kini usia Timun Emas telah menginjak enam tahun. Dia sangat cantik dan lucu, semua orang memanggilnya simungil. Karena tubuhnya yang kecil dan lucu. Pada suatu hari Timun Emas sedang bermain di halaman rumah sendirian. Tiba-tiba di depan Timun Emas yang sedang asyik bermain ada seorang yang menyeramkan, badannya tinggi besar. Ternyata itu adalah Raksasa yang ingin menangkap dan memakan simungil. Matanya yang besar dan melotot membuat Timun Emas ketakutan dan menangis. Tangisan Timun Emas keras dan kencang sehingga orang tuanya dan semua orang di sekitarnya mendengar dan segera mendekati anak itu. Semua terkejut saat melihat ada Raksasa yang ingin berusaha menangkap Timun Emas.
Semua orang berteriak minta tolong. Sang Raksasa pun kaget lalu melepaskan Timun Emas dari genggamannya. Timun Emas berusaha lari untuk minta perlindungan orang tuanya. Orang tuanya pun berusaha melindungi anak semata wayangnya. Orang tuanya sangat marah dan bertanya kepada sang raksasa: “Kenapa kau ingin menangkap anakku, sedangkan ia masih kecil dan tidak tahu apa-apa?” Sang Raksasa pun menjawab: “Aku ingin memakan anakmu karena aku lapar?”. Karena rasa sayang dan takut anaknya dimakan Sang Raksasa, kemudian Mbok Sarni berkata kepada Raksasa. “Wahai Raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin lezat untuk di santap”. Sang Raksasa pun menyetujui dan meninggalkan mereka. Semua yang menyaksikan kejadian tersebut menghela nafas dengan lega. Karena Sang Raksasa sudah pergi meninggalkan kampung itu.
Di tengah waktu dua tahun yang ia janjikan kepada Sang raksasa, Mbok Sarni dan suaminya mencari akal agar Timun Emas anaknya tidak dibawa pergi oleh Sang Raksasa, akhirnya mereka pergi mencari pertapa di atas gunung, dan di bawanya juga Timun Emas bersama dia. Sesampainya di sana Timun Emas menceritakan maksud kedatangannya. Setelah itu Sang petapa memberinya tiga buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, dan terasi. Disuruhnya melemparkan satu per satu bungkusan itu sewaktu di kejar oleh Sang Raksasa.
Akhirnya harinya tiba di mana Sang Raksasa datang untuk menagih janji. Sang Raksasa bertanya kepada Mbok Sarni dan suaminya, tetapi dia tidak mau menberitahu. Karena takut orang tuanya akan dilukai oleh Sang Raksasa, maka Timun Emas menunjukan diri kepada Sang Raksasa. Lalu dia berkata “Aku di sini Raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.
Dengan cepat Raksasa pun mengejarnya, dan Timun Emas mulai melemparkan kantong pertama yang di berikan oleh Sang petapa. Setelah jatuh ke tanah, kantong tersebut berubah menjadi tanaman timun yang lebat dan besar-besar, sehingga membuat Raksasa tergoda untuk memakannya. Akhirnya setelah Raksasa sadar, ia pun mulai mengejar Timun Emas lagi. Sekali lagi Timun Emas melempar kantong kedua yang berisi jarum yang tiba-tiba tersebar dan menjadi banyak, Sang Raksasa menjadi terluka kakinya dan kesakitan. Namun karena kekuatannya Raksasa pun berhasil lolos dari jarum-jarum tersebut dan kembali mengejar Timun Emas.
Kemudian Timun Emas membuka kantong ketiga. Seketika itu juga di sana berubah menjadi lautan luas dan juga ada lautan lumpur yang mendidih. Sang Raksasa yang tidak berdaya menghindari semua itu akhirnya terperangkap dalam lumpur yang mendidih, hingga ia mati. Dengan kejadian tersebut Timun Emas selamat dari Sang Raksasa, ia pun bersyukur kepada Tuhan. Akhirnya Timun Emas kembali ke rumah orang tuanya dan hidup bahagia.

SEKIAN


















Tidak ada komentar: