RORO JONGGRANG
Cerita
asli dapat di lihat di: http://www.reviewdong.com/anak/cerita-anak/cerita-rakyat-indonesia/1168-roro-jonggrang
Diceritakan
kembali Oleh : Noerma Ningsih
Malam
ini Bandung Bondowoso tampak sangat gelisah memikirkan bagaimana caranya mengembalikan
seseorang yang sangat dicintai nya agar kembali kepelukannya. Dari ketulusan,
kelembutan, dan kasih sayang yang tulus dari Roro Jonggrang membuat Bandung
Bondowoso tiada henti memikirkan Roro Jonggrang. Tiada satu orang pun yang
mampu menghibur kegelisahan, kesedihan, dan kegundahan hatinya. Salah satu cara
yag bisa mengobati itu semua adalah bertemu dengan Roro Jonggarang.
Bandung
Bondowoso pun sekarang menjadi seorang yang pemurung dan pemarah, kepada semua
orang yang bertanya kepadanya, meskipun orang itu berniat baik untuk memberi
nya ia makan. Bandung Bondowoso pun merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi,
karena mulai sekarang sampai selama nya penyemangat hidup nya sudah tidak bisa
ia kasihi lagi.
Sebelum
peristiwa itu terjadi, kehidupannya tidak lah sesedih ini. Ia tidak pernah
merasa kesepian. Cukup dengan memanggil Adinda saja kebutuhan Bandung Bondowoso
sudah terpenuhi. Adinda merupakan panggilan sayang Bandung Bondowoso kepada
Roro Jonggrang. Hari-harinya di penuhi dengan kegembiran. Pagi harinya seperti biasa
Roro Jonggrang menyiapkan sarapan pagi untuk sang suami. Lauk yang disediakan
oleh Roro Jonggrang itu ialah seekor ayam hitam yang di dapat dari hasil
berburu dari para Bala Tentara.
“
Kakanda ini aku sediakan sarapan pagi untukmu.”
“
Terima kasih Adindaku tersayang.”
Entah
mengapa saat Bandung Bondowoso memakan makanan itu, ia merasakan ada hal yang
berbeda, seketika itu pula badan Bandung Bondowoso menjadi lemas dan pusing.
“
Adinda ayam apa yang engkau masak ?”
“
Aku tidak tahu kakanda, aku mendapatkan ayam ini dari hasil buruan para Bala
Tentara, apa yang terjadi padamu?. Mengapa tiba-tiba engkau menanyakan hal ini
kepada ku ?”
“
Engkau tahu salah satu larangan kesaktianku yaitu aku tidak boleh memakan ayam
hitam.”
“
Maafkan aku Kakanda aku tidak mengetahui hal ini.”
Perasaan
Kecewa, marah, sedih, berkecambuk di dalam hatinya. Karena ia tidak bisa
memarahi seseorang yang sangat ia sayangi. Namun tak ada yang dapat dilakukan
lagi. Kesaktiannyapun sekarang sudah lenyap.
Bandung Bondowoso pun sekarang hanya bisa pasrah, dan tersenyum saja dengan
semua keadaan ini. Ia harus membiasakan diri untuk menjalani kehidupannnya
tanpa kesaktiannya lagi.
Kini
di hadapannnya hanya ada lembaran-lembaran kertas surat. Yang mengingatkan ia
pada masa lalunya saat bertemu dengan roro jonggarang. Apa yang akan di lakukan
nya lagi setelah kesaktian nya hilang dan Roro Jonggrang pun hilang dari
kehidupannya ?
Di
angkatnya pelan-pelan selembar kertas itu. Ia pun tertuju dengan satu kalimat
yang menyatakan “ Kakanda Aku Sangat Mencintaimu, Aku ingin Selamanya Hidup
Bahagia Dengan Dirimu”. Ingatannya melayang ke masa lalu, sebelum ia menikah
dengan Roro Jonggrang.
Pada saat
Bandung Bondowoso tinggal di Istana Kerajaan Prambanan, dia melihat seorang
wanita yang sangat cantik jelita. Wanita tersebut adalah Roro Jonggrang, putri
dari Prabu Baka. Saat melihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso mulai jatuh
hati. Dengan tanpa berpikir panjang lagi, Bandung Bondowoso langsung memanggil
dan melamar Roro Jonggrang. Roro Jonggrang sangat terkesima dengan kesaktian dan
ketampanan Bandung Bondowoso yang bisa membuat banyak candi dengan jumlah yang
cukup banyak.
Maka dari
itu Bnadung Bondowoso membuatkan candi yang sangat istimewa untuk Roro
Jonggrang agar menerima lamaran Bandung Bondowoso dan Roro Jonggarng pun
menerima lamaran itu dengan senang hati. Karena diam-diam Roro Jonggrang
mengagumi Bandung Bondowoso. Akhirnya Bandung Bondowoso pun dengan Roro
Jonggrang menikah, mereka pun menjadi keluarga yang sangat bahagia.
Meskipun mereka
belum mendapatkan buah hati dari hasil pernikahan mereka, merka tetap menjalani
dengan bahagia. Ketika suatu hari Roro Jonggrang pergi dengan diam-diam menuju
candi prambanan karena rasa penasaran yang sangat besar terhadap 1000 candi
yang telah di buat oleh Bandung Bondowoso. Roro
Jonggrang pun teepaku pada satu candi dimana candi itu belum selesai dibuat dan
candi itu merupakan candi yang ke 1000. Roro Jonggrangpun menyentuh candi itu,
seketika itu pula Roro Jonggrang berubah menjadi patung di dalam candi itu. Karena
salah satu larangan nya adalah Roro Jonggrang tidak boleh melihat candi yang
belum terselaikan itu.
Apa yang akan dilakukan dengan selembar kertas dan kesendirian
yang tanpa kesaktian? jika ia mengakhiri hidupnya, bagaimana dengan nasib
kerajaan yang ia pimpin?. Tapi salah satu bala tentara Bandung Bondowoso
mengingatkan Bandung Bondowoso pada pesan terakhirnya Roro Jonggrang “bahwa
jadilah engkau menjadi pemimpin kerajaan yang berwibawa dan jadilah engkau
menjadi seorang raja yang kuat”.
Kini pun Bandung Bondowoso hanya
bisa menikmati kesendirian nya di dalam kerajaan itu sendiri. Berkat pesan
terakhir Roro Jonggrang orang yang paling berharga dalam hidupnya. Perlahan-lahan
Bnadung Bondowoso pun mulai sadar dengan keadaan dan mulai menyadari dengan
takdir yang sudah terjadi pada diri dan keluarga nya. kini pun Bandung
Bondowoso hanya bisa melihat Roro Jonggrang dengan gambaran patungnya saja.
1 komentar:
Kilas balik tp konfliknya kurang jelas. Coba fokus pada tahapan alur :-)
Posting Komentar