2013/06/29

Cerpen tentang Cinta

Masku Milikku
(Oleh Mia Pratiwi*)
Aku tidak tahu siapa dia, aku tidak mengenalnya tapi  hampir setiap pagi aku selalu mendapat titipan salam darinya melalui temanku sari, sampai-sampai sari bosan dan bilang padaku, "mi(miku), bosen gw tiap pagi nyampein salam mulu buat lu". Aku hanya balas dengan senyum dan aku tak pernah menanyakan dari siapa salam itu. Tapi karena seringnya dapat ledekan teman-teman mengenai orang yang titip salam kepadaku, mereka bilang dia menyukaiku, dan semacamnya itulah, akhirnya aku juga penasaran siapa sih dia?
Awalnya aku rasa tidak jelas dan tidak penting sebenarnya, karena saat itu aku masih punya pacar (Mipta), dan dia (sebut saja Masu) dia juga tau kalau aku sudah punya pacar. Mungkin karena itu dia juga tidak pernah berani menyampaikan salamnya sendiri bahkan untuk mengenalku lebih dekat sekalipun.
Aku hanya dikasih unjuk itu loh dia "Masu". Begitu kata teman-temanku setiap kali ada dia, atau dia lewat. Ohh ternyata dia, aku tidak percaya, dia menyukaiku bahkan titip salam untukku, “melihatku saja dia buang muka, gimana bisa dibilang dia suka? Aneh”. Kataku ketika melihatnya.
Aku mulai penasaran siapa sih dia? Benar atau gak sih dia suka sama aku? Oke, aku mulai cari tau. Ahh, ternyata dia sudah menjadi temanku di akun jejaring sosialku, iya (di facebook) dia. “Dia yang selalu like aku, like status, like photo bahkan aku tidak tau sejak kapan aku berteman?” Berawal dari facebook sampai akhirnya dia mulai sms, lucu sih, aku yang pura-pura gak tau, dan dia yang sok asik memulai perkenalan, awal yang cukup baik, samapai aku lupa aku punya pacar,"hee"
Tapi, di situ dia tau, dia tidak mengungkapkan perasaanya walaupun sebenarnya aku mulai respek sama dia. Posisinya pacarku juga cuek, jadi wajar kalau aku merasa asik dengan dia, dia datang disaat yang tepat. Aku tidak tau pacarku kemana (mungkin dia juga sedang cari selingkuhan). Dari yang aku panggil dia "Abang" sampai aku panggil "Mas". iya Mas, "begitulah aku memanggilnya". Perkenalan berjalan mulus pacarku masih aman.
Karena aku yang juga terbawa oleh keadaan, hampir tiap malam kita smsan, bahkan dengan pacarku tidak. Masu sms aku sampai tengah malam, dan aku sms pacarku hanya kira-kira sampai jam sepuluh, itupun sudah pamit untuk tidur, tapi aku gak pernah bisa tdur jam segitu, jadi Masu yang selalu temani aku sampai aku benar-benar tertidur. Dari situlah pendekatan kita dimulai, “gak baik sebenarnya karena posisiku sudah mempunyai pacar”, namun aku hanya menganggapnya teman (teman dalam sepi).
Sampai akhirnya dia bilang suka padaku, akupun tak bisa bohongi perasaanku sendiri aku merasa nyaman, aku suka sama masu, kita sudah saling kenal, saling tau dari cerita kegiatan, keluarga, kesukaan dan lainnya aku menikmati kedekatan itu, tapi aku punya pacar. Aku mulai merasa bersalah sama pacarku, tapi aku juga gak bisa menolak saat Masu tawarkan cinta. Ohh rasanya aku bingung sekali.  Aku gak bisa punya dua pacar dan aku pun gak bisa memilih Masu yang sebenarnya baru aku kenal.
Setelah saling mengungkapkan diapun menerima, dia salah tidak seharusnya seperti ini, perkenalan kita sepertinya terlalu jauh, tapi dia hanya menyuruhku untuk tetap bersama pacarku. Bagiku dia sudah seperti pacarku, pacar bayangan, karena Masu selalu ada dibayang-bayang pacarku. Pacarku bukan Masu tapi yang memberi perhatian itu Masu, yang menemani malamku itu Masu, sepertinya aku sudah mulai jatuh cinta sama Masu.
Kita masih berhubungan setelah dia mengatakan “jangan hiraukan aku, lebih baik kamu sama pacar kamu saja”. Tadinya aku juga berpikir seperti itu, tapi perasaan aku sama dia udah terlalu jauh, kita terlalu asik saat berkenalan. Tapi aku dan Masu memilih jalan sendiri-sendiri, cukup sampai di sini, kita tidak punya hubungan lebih. Hanya perasaan suka sama suka tanpa kita harus bersama.
Sampai akhirnya aku dan pacarku yang memang sudah tidak baik hubungannya aku memilih menyudahi hubunganku dengan pacarku. Padahal aku tidak sama sekali berharap aku putus dengan pacarku, lalu aku pacaran sama Masu. Pacarku bingung kenapa aku bisa minta putus, dia terus menyangka adanya orang ketiga. Masu, dia orang ketiga dalam hubunganku dengan pacarku, tapi aku tidak pernah mersa begitu, karena Masu baik, dia malah menyuruhku untuk mempertahankan pacarku. Bahkan setelah itu Masu seolah menhilang.
Akupun putus dengan pacarku, aku memilih “sudahi saja toh punya pacar atau gak punya pacar sama saja, seperti tidak ada perhatian dan rasanya sudah hambar”. Jadi aku pikir buat apa pacaran kalau sudah tidak ada perasaan. Perasaanku saat itu mengambang, Mipta aku putuskan, Masu aku hiraukan mungkin aku butuh waktu untuk sendiri.
Sudah sekitar satu mingggu aku sendiri Masu dating lagi, dia tau aku sudah tidak punya pacar lagi, dia mulai menghubungiku lagi. Aku selalu ingin terlihat sebagai wanita kuat, aku tdak sedih karena putus cinta, tapi aku sedih karena permainan cinta. Masu yang aku kenal berubah, dia jadi tidak baik, dia tau aku sendiri tapi dia seperti senang dengan kesendirianku, namun dia tidak kembali, kembali perhatiann padaku, kembali menemaniku seperti saat dimana aku masih punya pacar.
Kita sudah saling kenal, saling tau bagaimana perasaan kita, kita sama-sama suka, bahkan kedekatan kita sudah diketahui teman-teman kita, Sari yang dulu selalu menyampaikan salam untukku, dia mengira kita sudah pacaran. “Padahal gak, Aku gak tau maksudnya, aku gak ngerti”, kita deket, deket banget malahan, tapi kita bukan pacar, kita teman. Hanya teman yang saling menyembunyikan perasaan.
Dulu saat Masu mengungkapakan perasaannya padaku aku tidak bisa terima, karena jelas masih ada Mipta, pacarku. Tapi skarang aku sudah sendiri, tidak punya pacar Masupun tidak punya pacar pikirku ‘kita saling suka, kita saling kenal, kenapa kita tidak pacaran?”. Alasannya dia tidak baik untukku, iya dia selalu bilang seperti itu, Masu selalu bilang “Aku bukan orang baik, kamu terlalu baik untukku”. Menurutku alas an yang tidak masuk akal.
Aku jadi benci Masu, aku dipermainkan, aku marah, aku kesal karena dari yang aku biasa saja sampai aku mulai menyukainya, kenapa di saat kita tau kita punya perasaan yang sama kita tidak bisa bersama. “Apa alasan kamu Mas?”. Aku selalu bilang Masu cuma modus, aku pikir mungkin aku hanya dipermainkan, kalau dia benar- benar suka kenapa tidak ambil kesempatan? “Entahlah aku tidak tau”.
Hubunganku jadi tidak baik, sangat tidak baik dengan Masu. Masu yang juga merasa tidak enak mencoba menjaga hubungan baik kita dia masih aktif di jejaring sosialku, di inbok pesanku tapi aku kecewa, dia pengecut, dia gak seperti lelaki, dia cemen. Karena begtu dia mendapatkan hatiku, dia biarkan saja tidak dia ambil dan simpan di hatinya.
Perasaanku masih berkabung atas sikapnya, tapi aku selalu mencoba untuk tidak menjadi wanita lemah, sama seperti saat aku putus cinta, aku berusaha kuat. Aku tidka mau teman-temanku tau, karena pasti akan merasa kecewa juga. Aku biasa lagi, biasa sama Masu sama seperti saat aku masih punya pacar dan lum mengenal Masu. Tapi kini perasaanya berbalik kalau dulu Masu yang suka aku, sekarang aku yang suka Masu.
“Aku gak bisa lupain Masu”, perasaanku masih sama seperti sebelumnya walaupun sudah kecewa, hanya saja sekarang aku memilih untuk tidak mengungkapkannya seperti dia mengungkapkan kepadaku. Aku rasa lebih baik hanya aku yang tau, aku tidak mau kecewa lagi biarkan perasaan itu mengalir saja, Masu juga selalu ada dia masih sms aku, masih ada komunikasi denganku hanya posisinya saja yang berbeda, sudah pernah saling kecewa.




5 komentar:

Friyansyah mengatakan...

Wihh Mia curhat, semangat hehehe

malla novita sari mengatakan...

wedew mia, Masu sampe bisa dijadikan objek
bagus bagus
eh Sari itu kan nama gua ?

wadahpenasatra mengatakan...

ternyta masih ingat masu y hehhe...
antara dua pilihan lohhh miaaa. hahah


Agnes :)

pulpenamiami mengatakan...

aihh rame benerr?:o
yaa sari itu lu mala.hehee

aduhh #tepokjidat

Ruang Kata-kata mengatakan...

Saya baru mau komentar, Mia Curhat bgt hehehe. Buat lebih imajinatif ya Mia :-)