2013/06/29

Cerpen Cinta


CINTA YANG TIBA-TIBA DATANG
Agnes Lidya


Siang itu panas, matahari seakan membakar kulitku, kutelusuri jalan untuk pulang ke rumah. Pada saat itu aku kelas 3 SMA, setiap hari aku selalu pergi ke sekolah untuk melihat pengumuman hasil kelulusan. Pada saat itu setelah hampir sampai di rumah, ternyata di depan teras rumah saudaraku ramai dengan anak-anak SMA, tidak jauh dari rumahku. Di situ hanya ada laki-laki saja, aku ragu-ragu untuk jalan ke arah rumahku karena malu untuk melewatinya, tetapi dengan cueknya aku jalan saja.
“Akhirnya sampai rumah juga” kataku sambil membuka pintu.
Dengan cueknya aku berjalan tanpa melihat ke arah kanan dan kiri, dan aku tidak kenal semua laki-laki yang berada di sana, hanya saudaraku saja yang bernama Rizki. Dia dekat denganku dari sejak kecil. Beberapa menit aku baru sampai di rumah Rizki yang datang ke rumahku dengan memanggil “Nes….nes….nes”
Kubukakan pintu rumah ”Kenapa Ki?” kataku, tidak biasanya Rizki siang hari ke rumah.
“Ayo ke rumahku ada yang ingin beretemu. Dia melihat kamu saat pulang sekolah.” Kata Rizki.
“Siapa ? tidak ah….aku malu, banyak teman-teman kamu di sana” jawabku.
Rizki pun memaksaku untuk pergi ke rumahnya. Padahal aku sangat lelah. Aku memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya.di sana banyak teman-temannya yang sedang duduk dan sambil ngopi. Suasana pada saat itu berisik karena mereka bercanda dan tertawa kencang. Aku melihat di balik tembok samping rumahnya, aku berlari ke arah rumah. “Tidak mungkin aku berada di sana dan perempuannya hanya ada aku sendiri.” pikirku. Rizki mengikutiku saatku berlari.
“Kenapa Nes lari?” kata Rizki, memanggilku dengan suara kencang.
“Aku malu rumah kamu ramai. Siapa yang ingin bertemu dengan aku, suruh saja dia ke rumahku, tidak mungkin aku datamg kerumahmu perempuannya hanya aku saja sendiri.” Jawabku.
“Okeee….nanti aku beri tahu kepadanya.” Kata Rizki.
Tidak lama Rizki memanggil temannya yang ingin bertemu denganku dan datang seorang laki-laki dia meninggalkan teman-temannya untuk datang kerumahku. Dia mengucapkan salam dan menemui ibuku. Dia pun memperkenalkan dirinya namanya Adit.
Sambil besalaman Adit berkata “haiii…. Agnes yaa? Salam kenal aku Adit” dia sekolah di SMA Negeri 9 Ciputat.
“Ya, salam kenal juga, silahkan duduk” jawabku.
Setelah aku dan Adit bertemu, Rizki pun meninggalkan Adit. Dia pulang kerumah. Kami banyak bercerita tentang sekolah. Karena sekolahan aku dan Adit berbeda dan kami berdua menjadi teman. Dia pun banyak bertanya-tanya “setelah lulus sekolah ingin melanjutkan kuliah atau tidak nes?”
“Yaa…aku ingin melannjutkan kuliah di UNPAM, kamu sendiri?”
“Ya, aku juga ingin melanjutkan kuliah di Budi Luhur Cileduk.” jawabnya.
Walaupun kami baru bertemu, tetapi sudah seperti teman dekat. Adit meminya nomer handphone, setelah itu dia pamitan untuk pulang. Dengan setianya teman-teman Adit menunggu sampai dia pulang dari rumahku. Lalu mereka semuanya pulang. Sesampainya di rumah dia meneleponku memberi kabar kalau dia sudah sampai di rumahnya. Senangnya mempunyai teman seperti dia, setiap waktu dia selalu memberi kabar aku melihat ternyata ada new message dari Adit. Kami berdua merasanya nyaman karena kenyamanan membuat kita semakin dekat.
Keesokan harinya kami sudah mulai libur sekolah. Adit datang ke rumahku untuk mengajak jalan-jalan ke sebuah taman kecil di penuhi dengan bunga yang sangat indah. Ketika kami sedang asik duduk berdua tampak langit yang yang tadinya begitu terik menjadi mendung dan hujan pun turun dengan derasnya membasahi kami. Aku selalu bahagia saat hujan turun. Karena aku dapat mengenangmu di tempat ini. Selalu ada cerita tersimpan di hatiku. Adit begitu perhatian saat hujan turun, dia memberikan jaket kepadaku sebagai pelindung untuk menutupi kepalaku pada saat kehujanan.
“Pakai Nes…pakai saja jaketku ini, supaya kepala  kamu tidak kehujanan.” kata Adit sambil tersenyum kepadaku.
“Terimakasih, baik sekali kamu” kata aku dengan menatap matanya.
Dia memegang jaket sambil menutupi kepalaku, betapa perhatiannya pada saat itu. Kami berjalan untuk mencari tempat berteduh, kami menemukan saung unik yang terbuat dari bambu. Terasa nyaman saat bersama dengannya. Walaupun dia hanya sebatas teman tetapi dia begitu perhatiannya kepadaku.
Hujan pun berhenti, tetapi kami masih berada di saung. Adit meninggalkanku, aku masih menunggu  di saung. Tiba-tiba dia datang kepadaku dengan membawa setangkai bunga mawar berwarna merah yang baru saja di petiknya. Dengan seriusnya dia berbicara kepadaku.
“Nes, aku suka sama kamu, semenjak aku pertama bertemu denganmu.” katanya sambil menatap mataku dan memberikan bunga itu untuk membuktikan cintanya dan sambil melanjutkan pembicaraannya.
“kamu ingin menjadi milikku? Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu dan menjaga kamu.” kata Adit.
  Aku sangat terharu setelah dia berbicara seperti itu, tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Dengan cepatnya dia mengungkapkan perasaannya. Aku tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar perkataannya aku hanya terdiam. Bunga-bunga indah yang menjadi saksi, padahal kami dekat hanya sebatas teman, tetapi Adit mempunyai perasaan lain padaku. Semua yang di katakannya benar-benar mengagetkan. Aku tak tahu apa semua ini benar apa hanya candaan. Aku berharap dia tidak berbohong.
Memang perasaan tidak bisa di bohongi. Aku pun tetap diam saja, tidak bisa menjawabnya. Dekat dengan dirinya perasaanku menjadi tenang, semua masalah yang ada pasti terlupakan. Tidak secepat itu aku menjawab pertanyaannya, aku harus memikirkannya dahulu. Pada saat itu butuh proses untuk merespon pertanyaannya.
“Kenapa diam Nes, jawab pertanyaan aku?” kata Adit sambil berbicara dengan lembut.
“Maaf…. aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang. Tidak secepat itu aku berikan jawaban ya…padamu. Aku harus memikirkannya lagi untuk menjawabnya. Sepertinya pertanyaan itu membuat terjebak untukku.” kataku sambil tertawa dan tidak menganggap serius. lanjut aku.
“Bisa saja kamu Dit, mana mungkin kamu suka denganku. Padahal setiap kita punya masalah selalu curhat berbagi cerita,. Kenapa tiba-tiba kamu berbicara seperti itu?” kataku sambil membalikan pertanyaan kepadanya.
“Ini serius Nes, masa aku berbohong kepadamu. Tidak mungkin !!” dengan tegasnya dia berbicara seperti itu.
Tetapi aku masih tidak yakin dengan semua ini, Adit masih menunggu jawaban dariku “ akan secepatnya aku akan menjawab pertanyaan itu.” kataku.
Setelah beberapa hari dengan sabarnya dia menunggu jawaban dariku, karena dia sangat membutuhkan jawaban yang pasti. Dan setelah aku pikirkan, memang pada saat Adit mengungkapkan perasaannya, aku pun mempunyai rasa sama sepertinya. Namun tidak secepat itu aku menerimanya karena aku harus menanyakan tentang dirinya apakah di orang yang baik atau tidak? Aku tidak ingin salah memilih. Aku mencari pasangan yang baik untukku dan tidak mengecewakanku. Pada saat itu aku menjawab pertanyaannya melalui handphone. Adit menelepon aku kriingg…kriingg…kriingg suara handphone berbunyi, kulihat ternyata Adit.
“Hallooo Agnes, mana janji kamu, aku sudah menunggu lama tetapi tidak ada jawaban.”
“Baiklah akan kujawab, yaaa….aku ingin menerima kamu, tetapi kamu janji apa yang telah kamu ucapkan pada saat kita jalan bersama.”
“Ya, akan aku buktikan semuanya Nes. Termakasih kamu telah menerimaku” kata Adit.
“Yasudahlah…kita jalanin saja dulu, semoga saja dapat membuat kita nyaman.” jawabku
Adit senang setelah aku menjawab seperti itu. Perasaan yang sudah lama di ungkapkan akhirnya terjawab sudah kami berdua merasa senang sudah mengenal lebih dekat lagi.
Berapa hari kemudian, dia datang ke rumah untuk bertemu dengan orang tuaku. Tanpa memberi kabar dia sudah sampai depan rumahku. Kebetulan orang tuauku sedang ada di rumah, dia menemui ibu dan bapakku.
            “Maen de?” Tanya ibuku.
“Iya bu.” jawabnya dengan malu.
Ibuku bertanya-tanya kepadanya, karena ingin tahu asal Adit dari mana. Ternyata dia orang Betawi dan cara berbicaranya pun berbeda dengan orang Sunda. Ibu senang, aku dekat dengan Adit, karena dia orangnya baik dan ibu setuju kita berdua dekat. Adit mencoba mendekatjan diri kepada orang tuaku.
            “Ingin melanjutkan kuliah di mana Dit?” tanya ibuku
            “Aku sudah mempunyai niat untuk kuliah di Budi Luhur bu.” kata Adit.
            “Semoga kamu lulus tes untuk kuliah di sana.” kata ibu.
            “Terimakasih bu, doakan saja semoja aku lulus.” jawabnya.
            Ibu mendukungnya dan selalu memberikan nasehat  kepada dirinya. Ibu sudah percaya kepadanya dan yakin bahwa dia akan melindungiku. Walaupun itu hanya pacarku saat ini.
Pendaftaran kuliah di buka, aku mengambil formulir untuk tes masuk ke UNPAM. Adit ingin di ambilkan formulir. Padahal saat itu Adit sudah di terima di kampus yang sudah menjadi pilihannya, dia tertarik untuk masuk  kuliah bersamaku. Kami berdua mengisi formulir. Kami selalu  bersama saat pergi ke kampus, karena akan nada tes . akhirnya kami berdua di terima menjadi mahasiswa baru. Namun kami berbeda shift, aku shift pagi dan Adit shift malam. Pada saat melaksanakan ospek, kami berdua sekelompok dan di adakan permainan. Kami saling memandang, betapa senangnya pada saat itu. Perhatian dan senyumannya yang tidak bisa terlupakan selalu membuatku bahagia.
Tidak terasa kami berpacaran sudah lama, aku tidak sendirian lagi dan sudah ada yang menemaniku. Semoga saja Adit menjadi pendamping hidupku sampai nanti.




















2 komentar:

pulpenamiami mengatakan...

gak salahh tuh adit? bukannya bang ipul.. hehee :p

Ruang Kata-kata mengatakan...

Hehehe curhat juga ya :) sarannya sm ky Mia, buat lebih imajinatif lalu perhatikan penulisan ya.