Masku Milikku
(Oleh Mia Pratiwi*)
Aku
tidak tahu siapa dia, aku tidak mengenalnya tapi hampir setiap pagi aku selalu mendapat titipan
salam darinya melalui temanku sari, sampai-sampai sari bosan dan bilang padaku,
"mi(miku), bosen gw tiap pagi nyampein salam mulu buat lu". Aku hanya
balas dengan senyum dan aku tak pernah menanyakan dari siapa salam itu. Tapi
karena seringnya dapat ledekan teman-teman mengenai orang yang titip salam
kepadaku, mereka bilang dia menyukaiku, dan semacamnya itulah, akhirnya aku
juga penasaran siapa sih dia?
Awalnya
aku rasa tidak jelas dan tidak penting sebenarnya, karena saat itu aku masih
punya pacar (Mipta), dan dia (sebut saja Masu) dia juga tau kalau aku sudah
punya pacar. Mungkin karena itu dia juga tidak pernah berani menyampaikan
salamnya sendiri bahkan untuk mengenalku lebih dekat sekalipun.
Aku
hanya dikasih unjuk itu loh dia "Masu". Begitu kata teman-temanku
setiap kali ada dia, atau dia lewat. Ohh ternyata dia, aku tidak percaya, dia
menyukaiku bahkan titip salam untukku, “melihatku saja dia buang muka, gimana
bisa dibilang dia suka? Aneh”. Kataku ketika melihatnya.
Aku
mulai penasaran siapa sih dia? Benar atau gak sih dia suka sama aku? Oke, aku
mulai cari tau. Ahh, ternyata dia sudah menjadi temanku di akun jejaring sosialku,
iya (di facebook) dia. “Dia yang selalu like aku, like status, like photo
bahkan aku tidak tau sejak kapan aku berteman?” Berawal dari facebook sampai
akhirnya dia mulai sms, lucu sih, aku yang pura-pura gak tau, dan dia yang sok
asik memulai perkenalan, awal yang cukup baik, samapai aku lupa aku punya
pacar,"hee"
Tapi,
di situ dia tau, dia tidak mengungkapkan perasaanya walaupun sebenarnya aku
mulai respek sama dia. Posisinya pacarku juga cuek, jadi wajar kalau aku merasa
asik dengan dia, dia datang disaat yang tepat. Aku tidak tau pacarku kemana
(mungkin dia juga sedang cari selingkuhan). Dari yang aku panggil dia "Abang"
sampai aku panggil "Mas". iya Mas, "begitulah aku
memanggilnya". Perkenalan berjalan mulus pacarku masih aman.
Karena
aku yang juga terbawa oleh keadaan, hampir tiap malam kita smsan, bahkan dengan
pacarku tidak. Masu sms aku sampai tengah malam, dan aku sms pacarku hanya kira-kira
sampai jam sepuluh, itupun sudah pamit untuk tidur, tapi aku gak pernah bisa
tdur jam segitu, jadi Masu yang selalu temani aku sampai aku benar-benar tertidur.
Dari situlah pendekatan kita dimulai, “gak baik sebenarnya karena posisiku
sudah mempunyai pacar”, namun aku hanya menganggapnya teman (teman dalam sepi).
Sampai
akhirnya dia bilang suka padaku, akupun tak bisa bohongi perasaanku sendiri aku
merasa nyaman, aku suka sama masu, kita sudah saling kenal, saling tau dari
cerita kegiatan, keluarga, kesukaan dan lainnya aku menikmati kedekatan itu,
tapi aku punya pacar. Aku mulai merasa bersalah sama pacarku, tapi aku juga gak
bisa menolak saat Masu tawarkan cinta. Ohh rasanya aku bingung sekali. Aku gak bisa punya dua pacar dan aku pun gak
bisa memilih Masu yang sebenarnya baru aku kenal.
Setelah
saling mengungkapkan diapun menerima, dia salah tidak seharusnya seperti ini,
perkenalan kita sepertinya terlalu jauh, tapi dia hanya menyuruhku untuk tetap
bersama pacarku. Bagiku dia sudah seperti pacarku, pacar bayangan, karena Masu
selalu ada dibayang-bayang pacarku. Pacarku bukan Masu tapi yang memberi
perhatian itu Masu, yang menemani malamku itu Masu, sepertinya aku sudah mulai
jatuh cinta sama Masu.
Kita
masih berhubungan setelah dia mengatakan “jangan hiraukan aku, lebih baik kamu
sama pacar kamu saja”. Tadinya aku juga berpikir seperti itu, tapi perasaan aku
sama dia udah terlalu jauh, kita terlalu asik saat berkenalan. Tapi aku dan
Masu memilih jalan sendiri-sendiri, cukup sampai di sini, kita tidak punya
hubungan lebih. Hanya perasaan suka sama suka tanpa kita harus bersama.
Sampai
akhirnya aku dan pacarku yang memang sudah tidak baik hubungannya aku memilih
menyudahi hubunganku dengan pacarku. Padahal aku tidak sama sekali berharap aku
putus dengan pacarku, lalu aku pacaran sama Masu. Pacarku bingung kenapa aku
bisa minta putus, dia terus menyangka adanya orang ketiga. Masu, dia orang
ketiga dalam hubunganku dengan pacarku, tapi aku tidak pernah mersa begitu,
karena Masu baik, dia malah menyuruhku untuk mempertahankan pacarku. Bahkan
setelah itu Masu seolah menhilang.
Akupun
putus dengan pacarku, aku memilih “sudahi saja toh punya pacar atau gak punya
pacar sama saja, seperti tidak ada perhatian dan rasanya sudah hambar”. Jadi
aku pikir buat apa pacaran kalau sudah tidak ada perasaan. Perasaanku saat itu
mengambang, Mipta aku putuskan, Masu aku hiraukan mungkin aku butuh waktu untuk
sendiri.
Sudah
sekitar satu mingggu aku sendiri Masu dating lagi, dia tau aku sudah tidak
punya pacar lagi, dia mulai menghubungiku lagi. Aku selalu ingin terlihat
sebagai wanita kuat, aku tdak sedih karena putus cinta, tapi aku sedih karena
permainan cinta. Masu yang aku kenal berubah, dia jadi tidak baik, dia tau aku
sendiri tapi dia seperti senang dengan kesendirianku, namun dia tidak kembali,
kembali perhatiann padaku, kembali menemaniku seperti saat dimana aku masih punya
pacar.
Kita
sudah saling kenal, saling tau bagaimana perasaan kita, kita sama-sama suka,
bahkan kedekatan kita sudah diketahui teman-teman kita, Sari yang dulu selalu
menyampaikan salam untukku, dia mengira kita sudah pacaran. “Padahal gak, Aku
gak tau maksudnya, aku gak ngerti”, kita deket, deket banget malahan, tapi kita
bukan pacar, kita teman. Hanya teman yang saling menyembunyikan perasaan.
Dulu
saat Masu mengungkapakan perasaannya padaku aku tidak bisa terima, karena jelas
masih ada Mipta, pacarku. Tapi skarang aku sudah sendiri, tidak punya pacar
Masupun tidak punya pacar pikirku ‘kita saling suka, kita saling kenal, kenapa
kita tidak pacaran?”. Alasannya dia tidak baik untukku, iya dia selalu bilang
seperti itu, Masu selalu bilang “Aku bukan orang baik, kamu terlalu baik
untukku”. Menurutku alas an yang tidak masuk akal.
Aku
jadi benci Masu, aku dipermainkan, aku marah, aku kesal karena dari yang aku
biasa saja sampai aku mulai menyukainya, kenapa di saat kita tau kita punya
perasaan yang sama kita tidak bisa bersama. “Apa alasan kamu Mas?”. Aku selalu
bilang Masu cuma modus, aku pikir mungkin aku hanya dipermainkan, kalau dia
benar- benar suka kenapa tidak ambil kesempatan? “Entahlah aku tidak tau”.
Hubunganku
jadi tidak baik, sangat tidak baik dengan Masu. Masu yang juga merasa tidak
enak mencoba menjaga hubungan baik kita dia masih aktif di jejaring sosialku,
di inbok pesanku tapi aku kecewa, dia pengecut, dia gak seperti lelaki, dia
cemen. Karena begtu dia mendapatkan hatiku, dia biarkan saja tidak dia ambil
dan simpan di hatinya.
Perasaanku
masih berkabung atas sikapnya, tapi aku selalu mencoba untuk tidak menjadi
wanita lemah, sama seperti saat aku putus cinta, aku berusaha kuat. Aku tidka
mau teman-temanku tau, karena pasti akan merasa kecewa juga. Aku biasa lagi,
biasa sama Masu sama seperti saat aku masih punya pacar dan lum mengenal Masu. Tapi
kini perasaanya berbalik kalau dulu Masu yang suka aku, sekarang aku yang suka
Masu.
“Aku
gak bisa lupain Masu”, perasaanku masih sama seperti sebelumnya walaupun sudah
kecewa, hanya saja sekarang aku memilih untuk tidak mengungkapkannya seperti
dia mengungkapkan kepadaku. Aku rasa lebih baik hanya aku yang tau, aku tidak
mau kecewa lagi biarkan perasaan itu mengalir saja, Masu juga selalu ada dia
masih sms aku, masih ada komunikasi denganku hanya posisinya saja yang berbeda,
sudah pernah saling kecewa.
5 komentar:
Wihh Mia curhat, semangat hehehe
wedew mia, Masu sampe bisa dijadikan objek
bagus bagus
eh Sari itu kan nama gua ?
ternyta masih ingat masu y hehhe...
antara dua pilihan lohhh miaaa. hahah
Agnes :)
aihh rame benerr?:o
yaa sari itu lu mala.hehee
aduhh #tepokjidat
Saya baru mau komentar, Mia Curhat bgt hehehe. Buat lebih imajinatif ya Mia :-)
Posting Komentar