2013/06/23

Cerpen dengan Warna Lokal


SAPUTANGAN MERAH
Blass Rangga

Pagi begitu cerah dan udara pagi begitu dingin di danau Kelimutu atau yang biasa disebut danau “tiga warna”.  Danau yang teletak di puncak gunung  Kelimutu, salah satu gunung yang terdapat di tengah-tengah kabupaten Ende Flores.  Pegungungan yang tak banyak pepohonan, sehingga sinar matahari langsung mengeluarkan sinarnya di atas permukaan danau.
Panorama danau itu sangat indah ketika di pagi hari, Erik adalah seorang mahasiswa Universitas Flores (UNFLOR) yang sedang melakukan penelitian, dan sambil menikmati keindahan alam di danau tersebut.
Sambil menikmati keindahan alam itu, Erik mulai melakukan potretan disetiap sudut danau itu. Yang pertama kali dia potret adalah danau berwarana merah yang berdekatan dengan danau  berwarna hijau dan terakhir di danau berwarna coklat.
Ketika hari sudah siang Erik meras sangat lapar.  Dia pun seggera merapat ke tempat jualan nasi atau pun kopi.  Tibalah dia di tempat jualan itu, dia kelihatan sangat lapar denagn tergesah-gesah, sambil membukakan dompet dan berkata nona! nasi ini satu bungkus berapa harganya? Rp 10.000 Bung, jawab sih tukang pedagang itu.
Selesai makan siang, Erik melakuakan pemotretan lagi, di tengah-tengah kesibukannya, di bukit-bukit kecil danau itu erik mendengarkan suara tangisan.  Tangisan itu tak begitu jelas di telinganya, Erik terdiam dan berkata dalam hatinya, “aku harus mencari sumber tangisan itu” .  Erik melepaskan kamera dari tangannya dan menyimpan dalam tas rangsetnya.
Erik pun segera pergi untuk mencari sumber tangisan itu.  Dari jauh Erik melihat sosok seseorang perempuan yang sedang berdiri di pinggir danau.  Erik coba memanggil wanita itu, “nona jangan berdiri di situ, di situ sangat berbahaya!”, teriak sih Erik.
  Berulang-ulang kali Erik memanggil tetapi teriakan Erik tak direspon.  Erik berdiam dan berkata dalam hati, “ aku harus fokus ke sumber tangisan tadi, apakah wanita itu yang menangis? Erik menambahkan.
Erik cobah mempercepatkan langkahnya dan mendekati wanita itu.  Dan suara tangisan itu terdengar sangat keras, dalam hati kecilnya dia berkata, oh ternyata tangisan tadi berasal dari wanita itu bukan dari penghuni danau. Katanya sedikit tersenyum.
Erik pun duduk di sampingnya, sambil memandang wajahnya Erik berkata, “nona  kau kenapa menangis?  Tanya Erik.  Tapi wanita itu tak menjawab apa-apa.
Erik berdiam dan menarik napas dalam-dalm, dia sambil memikir dengan cara apa, sehingga wanita itu bisa diam.  Tangisan wanita itu tak henti sehingga banyak air mata yang mengalir keluar.
  Dengan pelan-pelan Erik mengeluarkan palulu dari kantong celananya, dengan saputangan yang berwarna merah, Erik langsung mengusap air mata perempuan itu.
Selesai mengusap wajah wanita itu, muka Erik kelihatan merah, dia kelihatan gugup karena baru pertama kalinya dia mengusap air mata dari wajah perempuan yang belum saling mengenal.  Perempuan itu langsung memandang wajah Erik dengan penuh pesona.
Meskipun gugup dan malu Erik langsung menyodorkan tangannya, sambil menyebut namanya, Eeeeeerik. Katanya, kalau aaaaade nama siapa? ”Erik tampak gugup,” Taty! bung jawab sih taty.  Erik berdiam sejenak, lalu melontarkan pertanyaan, maaf nona kenapa tadi nona menangis? Tanya Erik. 
Taty tampak malu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Erik.  Erik yang terkenal begitu baik dan sopan serta berpengertian, tak lagi banyak bertanya, yah sudah kalau kamu tidak mau cerita, tidak apa-apa aku mengerti perasaan kamu.  Dengan rasa malu Taty pun menceritakan kejadian yang dialaminya.  Gadis yang masih  mudah itu, dengan polos dia menceritakan kronologis yang sebenarnya. Bung! “aku lari dari rumah, karena aku dijodohkan dengan pria yang tak ku cintai.” Inikan bukan zaman Siti Nurbaya lagi, kenapa harus dijodohkan.  Taty menambahkan sambil mengelus-elus saputangan yang dibrikan Erik.
Ketika Erik sudah mendengarkan semua cerita yang diceritakan Taty, Erik pun mengajak Taty untuk pulang bersamanya, ayolah Taty kita harus pulang dan segera meninggalkan tempat ini! Karena sebentar  di danau ini akan tertutup dengan kabut dan kita tak bisa melihat arah jalan pulang.  Dan kita pun bisa jatuh ke danau. Erik menambahkan, Taty pun menuruti perkataan Erik.
Setelah di perjalanan Erik bertanya kepada Taty, Tati alamat rumah kau di mana? Karena aku harus mengantar kau pulang.  Tidak baik jika kau menyelesaikan masalah dengan cara kaya begini, Erik menambahkan.  Tidak usah kak aku bisa pulang sendiri, jawab Taty.  Tapi aku tidak yakin kalau kau pulang ke rumah kau, “kata Erik sambil menatap wajah Taty.”
Akhirnaya pulanglah Taty ke rumahnya yang diantar oleh Erik.  Sesampainya di rumah, Taty mengeluarkan saputangan merah dan mengembalikan ke Erik, tapi Erik mengelah “sambl berkata tidak usah kau kembalikan itu, simpan sajalah agar itu bisa menjadi sebuah kenangan di antara aku dan kau, kata Erik sambil tersnyum.”  Mendenger perkataan Erik, Taty pun menyimpan lagi saputangn di kantong celananya, “ sambil berkata terimah kasih kak, aku akan menyimpan dan menjaga agar saputangan ini tidak hilang.  Aku tidak tahu lagi kalau tidak ada kau dan saputangan merah yang menyentuh wajah ku ini, sehingga niat jahat ku dibatalkan. Kata Taty sambil ketawa.   Erik pun pamit pulang, Taty melihat Erik sampai hilang dari pandangannya, lalu Taty pun masuk ke rumahnya.    

6 komentar:

wadahpenasatra mengatakan...

eva@ waaaah jgn" blasius curhat nuii ? cerita'y ok, tp terlalu singkat tuh, hrs'y tradisi perjodohan itu lbh d perdlm lg & d kembangkan biar semakin menarik.

Ruang Kata-kata mengatakan...

Sebenarnya, saya masih mau tahu lebih byk lg ttg Danau Kalimutu, sayang tdk ada cerita lebih lanjut :-)

wadahpenasatra mengatakan...

blas@ ia bu nanti saya masukan lg cerita'y

wadahpenasatra mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
wadahpenasatra mengatakan...

pada paragraf 6 dan 7 terlalu banyak mengulang nama erik, sehingga mengurangi kenyamanan membaca..tapi so far..so good :)oVy

wadahpenasatra mengatakan...

blas@ trimakasih sudah mengomentari