SAPUTANGAN MERAH
Blass Rangga
Pagi
begitu cerah dan udara pagi begitu dingin di danau Kelimutu atau yang biasa
disebut danau “tiga warna”. Danau yang
teletak di puncak gunung Kelimutu, salah
satu gunung yang terdapat di tengah-tengah kabupaten Ende Flores. Pegungungan yang tak banyak pepohonan,
sehingga sinar matahari langsung mengeluarkan sinarnya di atas permukaan danau.
Panorama
danau itu sangat indah ketika di pagi hari, Erik adalah seorang mahasiswa
Universitas Flores (UNFLOR) yang sedang melakukan penelitian, dan sambil
menikmati keindahan alam di danau tersebut.
Sambil
menikmati keindahan alam itu, Erik mulai melakukan potretan disetiap sudut
danau itu. Yang pertama kali dia potret adalah danau berwarana merah yang berdekatan
dengan danau berwarna hijau dan terakhir
di danau berwarna coklat.
Ketika
hari sudah siang Erik meras sangat lapar.
Dia pun seggera merapat ke tempat jualan nasi atau pun kopi. Tibalah dia di tempat jualan itu, dia
kelihatan sangat lapar denagn tergesah-gesah, sambil membukakan dompet dan
berkata nona! nasi ini satu bungkus berapa harganya? Rp 10.000 Bung, jawab sih
tukang pedagang itu.
Selesai
makan siang, Erik melakuakan pemotretan lagi, di tengah-tengah kesibukannya, di
bukit-bukit kecil danau itu erik mendengarkan suara tangisan. Tangisan itu tak begitu jelas di telinganya,
Erik terdiam dan berkata dalam hatinya, “aku harus mencari sumber tangisan itu”
. Erik melepaskan kamera dari tangannya
dan menyimpan dalam tas rangsetnya.
Erik
pun segera pergi untuk mencari sumber tangisan itu. Dari jauh Erik melihat sosok seseorang
perempuan yang sedang berdiri di pinggir danau.
Erik coba memanggil wanita itu, “nona jangan berdiri di situ, di situ
sangat berbahaya!”, teriak sih Erik.
Berulang-ulang kali Erik memanggil tetapi
teriakan Erik tak direspon. Erik berdiam
dan berkata dalam hati, “ aku harus fokus ke sumber tangisan tadi, apakah
wanita itu yang menangis? Erik menambahkan.
Erik
cobah mempercepatkan langkahnya dan mendekati wanita itu. Dan suara tangisan itu terdengar sangat
keras, dalam hati kecilnya dia berkata, oh ternyata tangisan tadi berasal dari
wanita itu bukan dari penghuni danau. Katanya sedikit tersenyum.
Erik pun
duduk di sampingnya, sambil memandang wajahnya Erik berkata, “nona kau kenapa menangis? Tanya Erik. Tapi wanita itu tak menjawab apa-apa.
Erik
berdiam dan menarik napas dalam-dalm, dia sambil memikir dengan cara apa,
sehingga wanita itu bisa diam. Tangisan
wanita itu tak henti sehingga banyak air mata yang mengalir keluar.
Dengan
pelan-pelan Erik mengeluarkan palulu dari
kantong celananya, dengan saputangan yang berwarna merah, Erik langsung
mengusap air mata perempuan itu.
Selesai
mengusap wajah wanita itu, muka Erik kelihatan merah, dia kelihatan gugup
karena baru pertama kalinya dia mengusap air mata dari wajah perempuan yang
belum saling mengenal. Perempuan itu
langsung memandang wajah Erik dengan penuh pesona.
Meskipun
gugup dan malu Erik langsung menyodorkan tangannya, sambil menyebut namanya,
Eeeeeerik. Katanya, kalau aaaaade nama siapa? ”Erik tampak gugup,” Taty! bung
jawab sih taty. Erik berdiam sejenak,
lalu melontarkan pertanyaan, maaf nona kenapa tadi nona menangis? Tanya Erik.
Taty
tampak malu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Erik. Erik yang terkenal begitu baik dan sopan
serta berpengertian, tak lagi banyak bertanya, yah sudah kalau kamu tidak mau
cerita, tidak apa-apa aku mengerti perasaan kamu. Dengan rasa malu Taty pun menceritakan
kejadian yang dialaminya. Gadis yang
masih mudah itu, dengan polos dia menceritakan
kronologis yang sebenarnya. Bung! “aku lari dari rumah, karena aku dijodohkan
dengan pria yang tak ku cintai.” Inikan bukan zaman Siti Nurbaya lagi, kenapa
harus dijodohkan. Taty menambahkan
sambil mengelus-elus saputangan yang dibrikan Erik.
Ketika
Erik sudah mendengarkan semua cerita yang diceritakan Taty, Erik pun mengajak
Taty untuk pulang bersamanya, ayolah Taty kita harus pulang dan segera
meninggalkan tempat ini! Karena sebentar
di danau ini akan tertutup dengan kabut dan kita tak bisa melihat arah
jalan pulang. Dan kita pun bisa jatuh ke
danau. Erik menambahkan, Taty pun menuruti perkataan Erik.
Setelah
di perjalanan Erik bertanya kepada Taty, Tati alamat rumah kau di mana? Karena aku
harus mengantar kau pulang. Tidak baik
jika kau menyelesaikan masalah dengan cara kaya begini, Erik menambahkan. Tidak usah kak aku bisa pulang sendiri, jawab
Taty. Tapi aku tidak yakin kalau kau
pulang ke rumah kau, “kata Erik sambil menatap wajah Taty.”
Akhirnaya
pulanglah Taty ke rumahnya yang diantar oleh Erik. Sesampainya di rumah, Taty mengeluarkan
saputangan merah dan mengembalikan ke Erik, tapi Erik mengelah “sambl berkata
tidak usah kau kembalikan itu, simpan sajalah agar itu bisa menjadi sebuah
kenangan di antara aku dan kau, kata Erik sambil tersnyum.” Mendenger perkataan Erik, Taty pun menyimpan
lagi saputangn di kantong celananya, “ sambil berkata terimah kasih kak, aku
akan menyimpan dan menjaga agar saputangan ini tidak hilang. Aku tidak tahu lagi kalau tidak ada kau dan
saputangan merah yang menyentuh wajah ku ini, sehingga niat jahat ku
dibatalkan. Kata Taty sambil ketawa.
Erik pun pamit pulang, Taty melihat Erik sampai hilang dari
pandangannya, lalu Taty pun masuk ke rumahnya.
6 komentar:
eva@ waaaah jgn" blasius curhat nuii ? cerita'y ok, tp terlalu singkat tuh, hrs'y tradisi perjodohan itu lbh d perdlm lg & d kembangkan biar semakin menarik.
Sebenarnya, saya masih mau tahu lebih byk lg ttg Danau Kalimutu, sayang tdk ada cerita lebih lanjut :-)
blas@ ia bu nanti saya masukan lg cerita'y
pada paragraf 6 dan 7 terlalu banyak mengulang nama erik, sehingga mengurangi kenyamanan membaca..tapi so far..so good :)oVy
blas@ trimakasih sudah mengomentari
Posting Komentar