2014/02/02

Soft News Review Buku


GENGGAM DUNIA DENGAN MENULIS


Ditulis oleh seorang  pengajar baru pindahan dari Jurusan Inggris IKIP Negeri di Medan ke Jurusan Inggris Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, pada tahun 1971. Buku ini berisi tentang tata cara menulis berbagai macam tulisan.

Buku ini tidak dimaksudkan sebagai buku acuan, dan bukan pula untuk dipakai sebagai pegangan dan sasaran utama dari buku ini adalah orang-orang yang awam sama sekali belum pernah menulis, namun ingin mencoba-coba menulis, dan ingin melihat tulisan mereka dimuat  di surat-surat kabar dan majalah.



OLEH NURKOMARIAH
Berusaha dan Terus Mencoba

Dosen salah satu Universitas Indonesia ini merupakan sosok yang patut diacungi jempol karena kerja kerasnya dan kegigihannya akhirnya terbitlah buku yang berjudul Menulis Secara Populer, buku ini sudah tidak diragukan lagi keabsahannya karena sudah terjadi 9 kali edisi revisi. Di mulai dari tahun 1994 buku ini pertama kali terbit dan edisi revisi terakhirnya terjadi pada tahun 2010.

Buku Menulis Secara Populer ini adalah hasil jerih payah banyak orang dalam waktu yang sangat lama. Penulis hanya sekedar menulisnya saja, tetapi hampir seribu orang terlibat, baik secara moral maupun materiel, baik secara jasmani maupun rohani, baik secara sadar maupun tidak, dalam pembuatan buku ini, sejak tahun 1980. (hlm 3)

Dengan Mendengar, Berbicara, Membaca, Menulis Dunia ada Digenggaman kita
Kita sering bertemu dengan orang yang tidak bisa mendengar. Maksudnya, dia tidak bisa menangkap isi pembicaraan dalam segala aktivitas. Ini merupakan sebuah bentuk tida menguasai teknik mendengar, dan seperti yang dikatakan di atas, hal ini banyak ditemukan di masyarakat. Namun agaknya kesalahan bukan pada orang-orang yang tidak bisa mendengar itu, karena memang mendengar tidak dianjarkan di sekolah-sekolah pada umumnya. (hlm 15)

Pelajaran berbicara pun tidak dipelajari di sekolah mana pun, oleh karena itu hampir setiap kali kita mendengarkan sesuatu pembicaraan, di berbagai situasi kita selalu bisa menemukan kesalahan, kejanggalan-kejanggalan, dll.

Kalau dikatakan bahwa sebagian besar kita tidak bisa membaca, sukar rasanya diterima masuk akal. Sekolah-sekolah mengajarkan anak-anak membaca dan menulis dari hari pertama mereka masuk ke sekolah.

Hal yang sama dengan kemampuan membaca terjadi pula pada kemampuan menulis. Sampai dengan penulisan buku ini, sudah cukup banyak tulisan-tulisan di media masa yang secara terbuka mempertanyakan mengapa menulis sangat dianaktirikan di negeri ini.

Jadi kesimpulannya penulis ingin meyakinkan pada masyarakat awam bahwa kegiatan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis bukan saja melik para penulis dan sastrawan, melainkan itu semua bisa mereka kuasai dengan cara belajar dan terus belajar, dan tidak ada kata menyerah.


Tidak ada komentar: