Burhan
Nurgiyantoro Ramaikan Dunia Fiksi
Ditulis oleh seorang staf pengajar
FBS dan PPs Universitas Yogyakarta (UNY). Buku ini membicarakan masalah-masalah
yang berhubungan dengan keteorisastraan.
OLEH NOVIA INDRIYANI
Buku yang membicarakan
masalah-masalah yang berhubungan dengan keteorisastraan relatif banyak, apalagi
yang berbahasa Inggris. Namun, buku-buku itu tak mudah untuk sampai ke “tangan”
mahasiswa, atau peminat buku kesastraan
pada umumnya, yang disebabkan oleh bahasa yang digunakannya yaitu bahasa
Inggris. Karena tidak semua mahasiswa memahami buku dalam bahasa inggris.
Unsur-unsur
karya fiksi
Buku Teori Kajian Fiksi
ini sengaja ditulis untuk ikut “meramaikan” dunia penulisan buku-buku keteorisastraan,
sekaligus untuk menambah buku bacaan perkuliahan mahasiswa jurusan Bahasa dan
Sastra. Dan bisa gunakan sebagai buku panduan dalam menganalisis karya-karya
sastra baik dalam unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik.
Sebagai sebuah karya
imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup
dan kehidupan yang mengandung kebenaran serta masuk akal dalam mendramatisirkan karya sastra
tersebut. Mahasiswa tidak akan
dipersulit dalam memahami buku ini.
Ambil saja contoh
tentang “fiksi” merupakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta
interaksinya dengan Tuhan. Namun demikian karya fiksi tetap sebuah cerita yang
bertujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik”
(hlm 3). Dengan begitu mahasiswa akan lebih mudah memahami apa itu karya fiksi.
Demikian pula dengan
hakikat kajian fiksi. Kegiatan analisis karya fiksi dalam hal ini tampil dengan
mencoba menerangkan, misalnya, apa
peranan masing-masing unsur, bagaimana kaitan antara unsur yang satu dengan lainnya. Seperti, unsur penokohan,
pelataran, penyudut pandangan , dan lain-lain (hlm 31).
Dalam hal tersebut,
penulis juga menjelaskan kerja analisis yang tak jarang dianggap sebagai ciri
khas kelompok akademikus itu, bukan merupakan tujuan, melainkan sekedar sarana,
sarana untuk memahami karya-karya kesastraan itu sebagai satu kesatuan yang
padu dan bermakna, bukan sekedar bagian per bagian yang terkesan sebagai suatu
pencincangan karya fiksi (hlm 32).
Buku
pedoman menulis cerita
Selain itu penulis juga
menjelaskan mengenai perkembangan semiotik hingga dewasa ini dapat dibedakan
kedalam jenis, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi. Semiotik
komunikasi menekankan diri pada teori produksi tanda, sedangkan semiotik
signifikasi menekankan pemahaman dan pemberian makna suatu tanda (hlm 40).
Penulis mengemukakan
berbagai hal tentang fiksi yang
tergolong elementer. Ia mengandaikan pembacanya adalah para peminat kesastraan
tingkat awal. Ia memberikan berbagai pengetahuan dasar tentang fiksi, khususnya
yang berkaitan dengan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu yang meliputi tema,
cerita, plot, tokoh, latar, sudut pandang, latar, bahasa dan moral, yang
ditempatkan mulai Bab 3-10.
Buku setebal 346
halaman ini “berciri akademis”, yang melihat sesuatu tidak hanya dari segi keseluruhannya, melainkan juga secara
analitis. Agar mahasiswa atau pun penikmat sastra lainnya lebih mudah dalam
menganalisis karya sastra setelah membaca buku ini. Selain itu, buku ini juga
bisa dipakai untuk menilai cerita. Apakah cerita itu baik atau tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar