2013/09/03

Deskripsi Berbagai Kejadian Dalam Waktu Yang Lama



  

PASAR KRANDON TEGAL
Nur Kholis Majid


          Saya memasuki Pasar Krandon sekitar pukul lima pagi ingin membeli tahu dan tempe. Luas pasar yang membentang dari utara ke selatan di tepi kiri jalan raya pantura Kota Tegal, dengan panjang sekitar 50 meter dan lebar 20 meter, sedikit demi sedikit sudah mulai dipenuhi oleh pedagang sayur, buah, jajanan, nasi, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan toko-toko di tepi pasar sudah mulai membuka toko satu demi satu. Pada pukul lima seperti ini jalanan di tepi kiri dan kana pasar di padati kendaraan yang mengangkut barang-barang dagangan.
          Di dalam pasar para pedagang tampak membentuk deretan-deretan panjang yang lurus dan rapi dari ujung utara sampai selatan. Terdapat sepuluh deret di dalam pasar. Deret pertama dari sisi barat pasar terlihat para pedagang makanan dan jajanan pasar seperti pedagang nasi, pedagang roti dan jajanan. Pada deret kedua dan ketiga para pedagang pakaian. Deret ketiga, empat, lima dan keenam para pedagang sayur-mayur, buah, tempe, tahu, dan lain sebagainya. Deret tujuh dan delapan para pedagang beras, minyak dan kebutuhan pokok lainnya. Dan pada deret sembilan dan sepuluh para pedagang ikan, dan ayam, yang kebetulan sebelah timur pasar terdapat kali yang memudahkan para penjual ikan dan ayam membuang air cucian ayam dan ikan.
          Para pedagang sayur terlihat paling sibuk diantara pedagang lainnya, karena barang dagangannya banyak. Tidak sedikit para pelanggan sudah menunggu pedagang sayuran, karena para pelanggan ingin mendapatkan sayuran yang masih segar dan bagus. Para pedagang nasi sudah siap melayani pelanggan mereka. Hanya dengan meja yang tingginya 40 centimeter dan panjang satu setengah meter pedagang nasi mampu menjajakan dagangannya dengan baik dan rapi, karena para pelanggan tidak ada yang makan di pasar, mereka membungkus dan dibawa pulang.
          Pukul tujuh saya keluar pasar dari pasar, di trotoar jalan sudah banyak para pedagang mainan, pedagang kembang api, pedagang bunga, pedagang sandal, tukang sol sepatu memadati trotoar menambah ramai Pasar Krandon. Tukang parkir mulai sibuk dan tak henti-hentinya meniup peluit mengatur kendaraan yang keluar masuk pasar. Dan saya pulang ke rumah dengan membawa tahu dan tempe pesanan ibu.
          Hiruk pikuk keramaian pasar masih terdengar ketika saya melewatinya pada pukul setengah sebelas siang, saya bersama seorang teman menuju kediaman teman yang berhadapan dengan Pasar Krandon. Siang itu panas terik matahari sangat menyengat di kulit. Para pedagang mainan, pedagang kembang api, pedagang bunga, pedagang sandal, tukang sol sepatu mulai menepi dan menyiapkan atap yang terbuat dari plastik sebagai penghalang matahari menyentuh tubuh mereka.
          Kami duduk di tepi jalan tepat di seberang pasar. Semakin siang jalanan di sebelah barat pasar mulai lengang dan tukang parkir yang dari pagi sibuk mengatur kendaraan terlihat sedang santai duduk sambil minum kopi dan mengipas tubuhnya dengan topi yang ia kenakan. Pukul dua belas terdengar adzan dhuhur berkumandang, saya dan teman-teman lekas menuju musholah yang hanya kira-kira lima puluh meter dari pasar.
          Pukul satu siang kami kembali ke kediaman teman yang berada di seberang pasar, dalam perjalanan banyak pelanggan yang sudah selesai berbelanja dan terlihat kerepotan membawa barang belanjaan mereka. Pasar pada pukul satu siang seperti ini sudah mulai sepi dan ramainya lagi sore hari. Sesampainya di kediaman teman kami kembali duduk di seberang pasar, tercium aroma bunga melati begitu menyengat, karena di sebelah kanan tempat saya duduk terdapat pedagang bunga yang baru menjajakan dagangannya.
          Mobil dan motor berlalu-lalang di jalan raya pantura. Terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang diiringi suara gitar, seorang pengamen. Dia berjalan menghampiri satu persatu pedagang di trotoar jalan di tepi pasar, menyanyikan lagu Iwan Fals dengan suara yang lantang dan merdu serasi dengan suara gitarnya. Orang-orang di pasar terlihat sudah terbiasa dengan kehadiran pengamen itu, banyak tukang becak, tukang parkir yang menyapanya dan saling colek-colek bergurau. Tidak sedikit pedagang yang memasukkan uang ke dalam bungkus permen Kiss yang disandang si pengamen. Dia terus berjalan dari ujung selatan sampai ke ujung utara, sosoknya menghilang dari pandangan saya, dan tidak lama kemudian suara nyanyian dan suara gitarnya pun lenyap ditelan kebisingan orang tawar-menawar jual-beli barang, dan suara bising kendaraan di jalan raya pantura.
          Pada sekitar pukul setengah dua siang saya pamit pulang bersama teman. Dalam perjalanan terlihat dari luar para pedagang pasar santai karena pembeli mulai sepi. Seorang pedagang buah sedang asyik menyantap bakso di tempat jualannya, dengan duduk diatas ember, di depan kios buahnya dia menyantap bakso. Saya tersenyum melihatnya.
          Sampai di rumah saya buka pintu dan ucapkan salam, ibu menjawab dari dalam rumah. Saya menghampiri dan mencium tangannya yang sedang asyik menyaksikan acara televisi. Terlihat pintu kamar terbuka adik sedang tidur lelap saya pun masuk dan ikut tidur di sebelahnya. Tak lama sekitar pukul tiga saya dibangunkan oleh Ibu untuk berangkat ke musholah melaksanakan sholat ashar. Kembali melewati Pasar Krandon terlihat aktivitas pasar masih sama jual-beli dan tawar-menawar harga.

         

Tidak ada komentar: