SKENARIO
IBUKU
OLEH
: NOERMA NINGSIH
Sore itu aku tidak
sengaja memergoki ibu sedang berbicara dengan seorang pria yang berbadan tinggi
dan memakai kacamata, Mereka mengendarai mobil yang mewah. Aku tak tahu apa
yang sedang mereka bicarakan. Lima menit berlalu aku pun masih berdiri dibalik
jendela rumahku, aku tetap memperhatikan ibu.
Tak lama mereka pergi
dan ibu segera masuk ke dalam rumah dengan membawa amplop kecil yang berwarna
coklat dan cukup tebal isinya. Ketika ibu ada di hadapanku, aku segera
menanyakan tentang laki-laki yang barusan pergi itu.
“ibu…. Ibu…, siapa
mereka ? kok tampaknya ibu berbicara sangat serius sekali dengan mereka?” Tanya
ku kepada ibu.
“jangan banyak Tanya
kau anak setan ini uang untukmu seratus ribu rupiah. Nanti malam ibu akan pergi
ada urusan dan ibu akan pulang besok lusa. Kamu jangan nakal dan boros, dan
kamu akan aku titipkan kepada ibu marti”. Ucap
ibu sambil marah kepada ku.
Lagi – lagi ibu akan
meninggalkan ku sendiri, aku belum mengerti sampai sekarang kenapa setiap
hampir malam banyak pria yang mendatangi ibu dan mengajaknya pergi hingga larut
malam terkadang sampai pagi.
Aku tak ingin berada di
lingkungan ini. Lingkungan yang gelap dan dipenuhi oleh wanita cantik yang
memakai pakaian pendek dan berdandan sangat tebal. Hitam tebal yang terdapat
pada alis, kuning langsat yang tebal yang menempel pada pipi, warna-warna yang
gemerlap yang menerangkan wajahnya, serta lukisan merah tebal yang terlukis di
bibir indah nya.
Asap yang keluar dari
mulut mereka satu persatu yang menambah pengap ruangan yang sempit dan gelap
ini. Aku tak mengerti kenapa mereka ini berbeda dengan warga yang lain. Mengapa
seakan-akan mereka menjadikan siang itu malam, dan malam itu siang. Mengapa
mereka tidur itu selalu bangun siang hari malah bisa saja sampai sore hari.
Tapi aku, 10 Tahun, belum begitu paham dengan pekarjaan mereka termasuk ibuku,
mengapa banyak lelaki yang bermobil mewah, berhenti didepan rumah di sekitar sini.
Lalu mengeluarkan uang
dan memberinya uang kepada mami, untuk mengajak salah satu wanita yang di
tawarkan oleh mami. Mami sebutan dari
para wanita cantik disini yang merupakan ibu dari para wanita cantik ini, mami
yang memiliki badan besar, berambut pirang, berdandan sangat tebal, memakai pakaian
seksi, dan juga mamakai perhiasan besar yang dipakai di tangan, dan lehernya.
Aku selalu menanyakan
tentang ayah kepada ibuku, tapi kenapa dia hanya diam, sekalipun ia
menjawab “ayah mu sudah mati”. Aku tidak tahu apa benar yang dibicarakan
oleh ibu, tapi sampai saat ini aku belum pernah melihat makam ayahku sendiri.
Ibu pun tidak pernah mengajakku ke TPU (tempat pemakaman umum). Bahkan hari
libur tiba pun ibu tidak pernah mengajak ku pergi.
Aku rindu kepada sosok
seorang ibu yang lemah dan lembut, penyayang, dan perhatian kepada anaknya,
kenapa ibu yang saat ini aku kenal dan ku panggil ibu, jauh berbeda dengan
bayanganku. Apakah ini adalah ibuku?. lalu mana ayahku?. Aku rindu dengan sosok
ibu yang selalu mengajak anaknya jalan-jalan saat liburan tiba, menyuapi makan
saat aku sakit, membacakan dongeng saat aku mau tidur, dan mencium keningku
saat aku tidur. Aku tidak pernah mendapatkan hal-hal seperti itu dari ibuku,
mengapa aku berbeda dengan teman-temanku yang lain.
Mengapa jika aku
bermain ke tetangga sebelah mereka memandangku seperti mereka melihat kotoran
hewan yang sedang berjalan dihadapan mereka, dan merekapun langsung membawa
anak-anak mereka masuk ke dalam rumah, padahal anak mereka itu adalah teman
sekolahku. Aku sedih apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku dan keluargaku.
Setiap ibu pulang ke
rumah pasti ibu berjalan dengan sempoyongan, rambut berantakan, dan mulut yang
bau sekali alcohol. Aku sudah biasa melihat ibu jika pulang dengan keadaan yang
seperti ini, dan aku pun membersihkan botol minuman, kaleng-kaleng, dan bekas
kulit kacang yang berserakan diatas kursi sampai di atas ranjang.
Aku sebenarnya ingin
sekali menjerit sekencang-kencang nya melihat keadaan ibu yang seperti ini, aku
sedih mendengar cemoohan orang-orang terhadap ibuku, apa salah ibuku, sehingga
ibu sangat dibenci dan kucilkan sekali oleh warga tetangga. Padahal lingkungan
kami hanya di garisi oleh kali besar dan jernih ini, tetapi aku tidak bisa
berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam dan menangis melihat keadaan ibu yang
seperti ini.
Suara mendengkur
seorang pria yang sangat keras di atas ranjang, dan laki-laki itu pun tidur
dengan nyenyak sekali dan berpelukan bersama ibuku. Mengapa setiap laki-laki
yang tidur bersama ibuku selalu berbeda. mengapa setiap aku keluar rumah dan
pergi ke sekolah aku selalu diejek oleh warga sekitar.
Aku tak mau mendengar,
melihat, dan menjalani hal buruk seperti ini. Aku ingin seperti anak-anak yang
lain, seperti mereka yang selalu tertawa lepas dengan siapa pun. Hanya ada satu
ibu yang baik kepada aku yaitu ibu marti, ibu marti ini baik sekali kepadaku,
dia selalu memanjakan aku, seperti anaknya sendiri memanggilku saja dengan
sebutan “cah ayu”, kebetulan ibu
marti juga tidak memiliki seorang anak bahkan suami. Padahal ibu marti ini
cantik, sudah cantik baik lagi. Aku ingin menanyakan tentang keluargaku apa
yang sebenarnya terjadi dengan diriku dan keluargaku ini.
“Apakah benar bu ayahku
sudah mati ?” tanyaku pada ibu marti.
“sebenarnya ayahmu ada
dan masih hidup, mungkin saja sekarang ayahmu sudah berkeluarga dengan orang
lain, dulu waktu kamu masih kecil, ayahmu begitu saja meninggalkan kalian,
tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Ada pun alasan yang ibu tahu bahwa ayahmu
meninggalkan kalian karena ayahmu sudah
memiliki isteri lagi dan sampai saat ini ayahmu tidak ada balik lagi dan ibumu
juga sebenarnya tidak ingin bekerja seperti ini, tetapi tidak ada pilihan lain,
karena zaman dulu itu jika kita tidak berpendidikan tinggi maka kitapun tidak
akan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan hanya itulah pekerjaan yang ibumu
dapatkan sampai saat ini, yang penting tujuan dia untuk menyekolahkan kamu
tercapai saat ini”. jawab ibu marti
kepadaku.
Jadi pesan ibu kepadamu
cah ayu, yang sabar yah dan kamu harus bisa melebihi ibumu, buatlah dirimu
lebih baik dari ibumu. Ibu yakin sebenarnya ibumu juga tidak ingin seperti ini,
dan ibu sangat yakin bahwa ia sangat sayang sekali kepadamu, meskipun ia selalu
memarahimu, tapi itu seakan-akan, rasa capek yang sedang ia rasakan karena
habis bekerja. Jadi kamu harus selalu sayang dan sabar terhadap ibumu cah ayu. Ia
bu aku akan selalu sayang kepada ibuku, apapun yang akan terjadi kepadanya.
“ia sudah makan dulu
sana, ibu sudah masak banyak tuh kamu makan ya, kamu sudah makan belum ?”
ucap bu marti.
“tidak bu, kebetulan
aku tadi sudah makan di ruamh, ia sudah aku pamit pulang ia bu, aku takut ibu
mengkhawatirkan ku”. Ucap ku kepada bu
marti.
Aku bergegas pulang untuk
bertemu ibu, akut ibu mengkhawatirkan aku, saat aku sampai di rumah, aku kaget
saat melihat ibuku sedang berpelukan sangat lengket sekali dengan laki-laki
lain. Dengan keadaan tidak sadar aku berteriak sangat kencang sambil berkata “lepaskan pelukanmu dari ibuku laki-laki
tidak sopan. Aku tidak mau melihat ibuku berpelukan dengan laki-laki yang tidak
jelas seperti kamu. Ibu aku sayang kepada ibu tapi ibu kenapa melakukan ini
semua kepadaku, apa bu salahku apa tidak ada pekerjaan yang lain yang lebih
baik dari ini?. Aku tidak mau mempunyai ibu yang selalu di cap tidak baik oleh
orang-orang sekitar bu”. Ucapku kepada ibu sambil menangis.
“diam
kamu, kamu tahu apa tentang ibu, yang penting kamu sekaranng bisa makan, tidur,
dan sekolah dengan lancarkan, jadi kamu nggak usah sok perhatian terhadap ibu. Kalau
kamu nggak suka melihat ibu seperti ini dan malu mempunyai ibu yang hina
seperti aku. Pergi saja kamu dari rumah ini, terserah kamu mau pergi kemana,
aku sudah capek mengurusimu dari kecil, bukannya banyak terima kasih kepadaku,
tapi apa balasan mu, siapa yang mengajari mu untuk berlaku tidak sopan kepada
ibumu sendiri?, hah”. Ucap ibu sambil marah besar kepaku.
“tidak
bu, aku tidak mau meninggalkan ibu sendiri disini, aku sangat sayang kepada
ibu, ibu jangan suruh aku pergi bu, aku sayang sama ibu, ibu juga sayangkan
kepada ku?” ucapku sambil memeluk ibu.
“ia
nak ibu juga sangat sayang kepadamu, maafkan ibu tadi ibu sudah marah besar
kepadamu, sebenarnya ibu juga tidak ingin bekerja seperti ini tapi mau
bagaimana lagi hanya ini satu-satunya jalan untuk mencari uang menghidupimu dan
menyekolahkan mu hingga tinggi nanti, ibu tidak mau melihat anak ibu
satu-satunya yang cantik ini jika besar nanti kamu seperti ibu nak, ibu sayang
kepada mu nak, jangan tinggalkan ibu iyah, ia sudah sekarang kamu masuk kamar
dulu iya ibu mau membangunkan bapak ini”. Ujar
ibu smabil memelukku sangat erat dan hangat.
“ia
bu, iya tuhan seandai nya setiap hari aku bisa mendapatkan kasih sayang yang
lembut dari ibuku, pasti aku tidak akan merasakan kesepian lagi”.
Ucapku dalam hati.
Tak lama ibu pun masuk
ke kamarku dan memelukku, sambil menemani ku tidur di atas tempat tidurku,
sentuhan tangan nya yang mengusap-usap rambutku, sambil mencium keningku. Aku
pun tertidur lelap sampai pagi tiba, dan matahari pun bersinar sangat terik.
Entah siapa laki-laki
yang bersama ibuku tadi, aku tidak mau
memikirkan nya berlarut-larut, yang aku ingin sekarang hanyalah bersama ibu
saat ini. Ibu dan aku pun tidur bersama di atas tempat tidurku, kami pun
tertidur sangat pulas.
Aku harus tetap sayang
kepada ibuku, bagaimana juga dia adalah ibuku, ibu yang mengandungku selama
Sembilan bulan, dan melahirkanku dengan pertaruhan nyawa. Aku ingin keluar dari
lingkungan ini aku ingin hidup tenang dan bahagia bersama ibuku meskipun tanpa
seorang ayah, aku yakin ibu pasti kuat menghadapi semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar