2013/09/01

cerpen




SKENARIO IBUKU
OLEH : NOERMA NINGSIH

Sore itu aku tidak sengaja memergoki ibu sedang berbicara dengan seorang pria yang berbadan tinggi dan memakai kacamata, Mereka mengendarai mobil yang mewah. Aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Lima menit berlalu aku pun masih berdiri dibalik jendela rumahku, aku tetap memperhatikan ibu.
Tak lama mereka pergi dan ibu segera masuk ke dalam rumah dengan membawa amplop kecil yang berwarna coklat dan cukup tebal isinya. Ketika ibu ada di hadapanku, aku segera menanyakan tentang laki-laki yang barusan pergi itu.
“ibu…. Ibu…, siapa mereka ? kok tampaknya ibu berbicara sangat serius sekali dengan mereka?” Tanya ku kepada ibu.
“jangan banyak Tanya kau anak setan ini uang untukmu seratus ribu rupiah. Nanti malam ibu akan pergi ada urusan dan ibu akan pulang besok lusa. Kamu jangan nakal dan boros, dan kamu akan aku titipkan kepada ibu marti”. Ucap ibu sambil marah kepada ku.
Lagi – lagi ibu akan meninggalkan ku sendiri, aku belum mengerti sampai sekarang kenapa setiap hampir malam banyak pria yang mendatangi ibu dan mengajaknya pergi hingga larut malam terkadang sampai pagi.
Aku tak ingin berada di lingkungan ini. Lingkungan yang gelap dan dipenuhi oleh wanita cantik yang memakai pakaian pendek dan berdandan sangat tebal. Hitam tebal yang terdapat pada alis, kuning langsat yang tebal yang menempel pada pipi, warna-warna yang gemerlap yang menerangkan wajahnya, serta lukisan merah tebal yang terlukis di bibir indah nya.
Asap yang keluar dari mulut mereka satu persatu yang menambah pengap ruangan yang sempit dan gelap ini. Aku tak mengerti kenapa mereka ini berbeda dengan warga yang lain. Mengapa seakan-akan mereka menjadikan siang itu malam, dan malam itu siang. Mengapa mereka tidur itu selalu bangun siang hari malah bisa saja sampai sore hari. Tapi aku, 10 Tahun, belum begitu paham dengan pekarjaan mereka termasuk ibuku, mengapa banyak lelaki yang bermobil mewah, berhenti didepan rumah di sekitar sini.
Lalu mengeluarkan uang dan memberinya uang kepada mami, untuk mengajak salah satu wanita yang di tawarkan oleh  mami. Mami sebutan dari para wanita cantik disini yang merupakan ibu dari para wanita cantik ini, mami yang memiliki badan besar, berambut pirang, berdandan sangat tebal, memakai pakaian seksi, dan juga mamakai perhiasan besar yang dipakai di tangan, dan lehernya.  
Aku selalu menanyakan tentang ayah kepada ibuku, tapi kenapa dia hanya diam, sekalipun ia menjawab  “ayah mu sudah mati”. Aku tidak tahu apa benar yang dibicarakan oleh ibu, tapi sampai saat ini aku belum pernah melihat makam ayahku sendiri. Ibu pun tidak pernah mengajakku ke TPU (tempat pemakaman umum). Bahkan hari libur tiba pun ibu tidak pernah mengajak ku pergi.
Aku rindu kepada sosok seorang ibu yang lemah dan lembut, penyayang, dan perhatian kepada anaknya, kenapa ibu yang saat ini aku kenal dan ku panggil ibu, jauh berbeda dengan bayanganku. Apakah ini adalah ibuku?. lalu mana ayahku?. Aku rindu dengan sosok ibu yang selalu mengajak anaknya jalan-jalan saat liburan tiba, menyuapi makan saat aku sakit, membacakan dongeng saat aku mau tidur, dan mencium keningku saat aku tidur. Aku tidak pernah mendapatkan hal-hal seperti itu dari ibuku, mengapa aku berbeda dengan teman-temanku yang lain.
Mengapa jika aku bermain ke tetangga sebelah mereka memandangku seperti mereka melihat kotoran hewan yang sedang berjalan dihadapan mereka, dan merekapun langsung membawa anak-anak mereka masuk ke dalam rumah, padahal anak mereka itu adalah teman sekolahku. Aku sedih apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku dan keluargaku.
Setiap ibu pulang ke rumah pasti ibu berjalan dengan sempoyongan, rambut berantakan, dan mulut yang bau sekali alcohol. Aku sudah biasa melihat ibu jika pulang dengan keadaan yang seperti ini, dan aku pun membersihkan botol minuman, kaleng-kaleng, dan bekas kulit kacang yang berserakan diatas kursi sampai di atas ranjang.
Aku sebenarnya ingin sekali menjerit sekencang-kencang nya melihat keadaan ibu yang seperti ini, aku sedih mendengar cemoohan orang-orang terhadap ibuku, apa salah ibuku, sehingga ibu sangat dibenci dan kucilkan sekali oleh warga tetangga. Padahal lingkungan kami hanya di garisi oleh kali besar dan jernih ini, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam dan menangis melihat keadaan ibu yang seperti ini.


Suara mendengkur seorang pria yang sangat keras di atas ranjang, dan laki-laki itu pun tidur dengan nyenyak sekali dan berpelukan bersama ibuku. Mengapa setiap laki-laki yang tidur bersama ibuku selalu berbeda. mengapa setiap aku keluar rumah dan pergi ke sekolah aku selalu diejek oleh warga sekitar.
Aku tak mau mendengar, melihat, dan menjalani hal buruk seperti ini. Aku ingin seperti anak-anak yang lain, seperti mereka yang selalu tertawa lepas dengan siapa pun. Hanya ada satu ibu yang baik kepada aku yaitu ibu marti, ibu marti ini baik sekali kepadaku, dia selalu memanjakan aku, seperti anaknya sendiri memanggilku saja dengan sebutan “cah ayu”, kebetulan ibu marti juga tidak memiliki seorang anak bahkan suami. Padahal ibu marti ini cantik, sudah cantik baik lagi. Aku ingin menanyakan tentang keluargaku apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku dan keluargaku ini.
“Apakah benar bu ayahku sudah mati ?” tanyaku pada ibu marti.
“sebenarnya ayahmu ada dan masih hidup, mungkin saja sekarang ayahmu sudah berkeluarga dengan orang lain, dulu waktu kamu masih kecil, ayahmu begitu saja meninggalkan kalian, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Ada pun alasan yang ibu tahu bahwa ayahmu meninggalkan kalian karena ayahmu  sudah memiliki isteri lagi dan sampai saat ini ayahmu tidak ada balik lagi dan ibumu juga sebenarnya tidak ingin bekerja seperti ini, tetapi tidak ada pilihan lain, karena zaman dulu itu jika kita tidak berpendidikan tinggi maka kitapun tidak akan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan hanya itulah pekerjaan yang ibumu dapatkan sampai saat ini, yang penting tujuan dia untuk menyekolahkan kamu tercapai saat ini”. jawab ibu marti kepadaku.
Jadi pesan ibu kepadamu cah ayu, yang sabar yah dan kamu harus bisa melebihi ibumu, buatlah dirimu lebih baik dari ibumu. Ibu yakin sebenarnya ibumu juga tidak ingin seperti ini, dan ibu sangat yakin bahwa ia sangat sayang sekali kepadamu, meskipun ia selalu memarahimu, tapi itu seakan-akan, rasa capek yang sedang ia rasakan karena habis bekerja. Jadi kamu harus selalu sayang dan sabar terhadap ibumu cah ayu. Ia bu aku akan selalu sayang kepada ibuku, apapun yang akan terjadi kepadanya.
“ia sudah makan dulu sana, ibu sudah masak banyak tuh kamu makan ya, kamu sudah makan belum ?” ucap bu marti.
“tidak bu, kebetulan aku tadi sudah makan di ruamh, ia sudah aku pamit pulang ia bu, aku takut ibu mengkhawatirkan ku”. Ucap ku kepada bu marti.

Aku bergegas pulang untuk bertemu ibu, akut ibu mengkhawatirkan aku, saat aku sampai di rumah, aku kaget saat melihat ibuku sedang berpelukan sangat lengket sekali dengan laki-laki lain. Dengan keadaan tidak sadar aku berteriak sangat kencang sambil berkata “lepaskan pelukanmu dari ibuku laki-laki tidak sopan. Aku tidak mau melihat ibuku berpelukan dengan laki-laki yang tidak jelas seperti kamu. Ibu aku sayang kepada ibu tapi ibu kenapa melakukan ini semua kepadaku, apa bu salahku apa tidak ada pekerjaan yang lain yang lebih baik dari ini?. Aku tidak mau mempunyai ibu yang selalu di cap tidak baik oleh orang-orang sekitar bu”. Ucapku kepada ibu sambil menangis.
“diam kamu, kamu tahu apa tentang ibu, yang penting kamu sekaranng bisa makan, tidur, dan sekolah dengan lancarkan, jadi kamu nggak usah sok perhatian terhadap ibu. Kalau kamu nggak suka melihat ibu seperti ini dan malu mempunyai ibu yang hina seperti aku. Pergi saja kamu dari rumah ini, terserah kamu mau pergi kemana, aku sudah capek mengurusimu dari kecil, bukannya banyak terima kasih kepadaku, tapi apa balasan mu, siapa yang mengajari mu untuk berlaku tidak sopan kepada ibumu sendiri?, hah”. Ucap ibu  sambil marah besar kepaku.
“tidak bu, aku tidak mau meninggalkan ibu sendiri disini, aku sangat sayang kepada ibu, ibu jangan suruh aku pergi bu, aku sayang sama ibu, ibu juga sayangkan kepada ku?” ucapku sambil memeluk ibu.
“ia nak ibu juga sangat sayang kepadamu, maafkan ibu tadi ibu sudah marah besar kepadamu, sebenarnya ibu juga tidak ingin bekerja seperti ini tapi mau bagaimana lagi hanya ini satu-satunya jalan untuk mencari uang menghidupimu dan menyekolahkan mu hingga tinggi nanti, ibu tidak mau melihat anak ibu satu-satunya yang cantik ini jika besar nanti kamu seperti ibu nak, ibu sayang kepada mu nak, jangan tinggalkan ibu iyah, ia sudah sekarang kamu masuk kamar dulu iya ibu mau membangunkan bapak ini”. Ujar ibu smabil memelukku sangat erat dan hangat.
“ia bu, iya tuhan seandai nya setiap hari aku bisa mendapatkan kasih sayang yang lembut dari ibuku, pasti aku tidak akan merasakan kesepian lagi”. Ucapku dalam hati.
Tak lama ibu pun masuk ke kamarku dan memelukku, sambil menemani ku tidur di atas tempat tidurku, sentuhan tangan nya yang mengusap-usap rambutku, sambil mencium keningku. Aku pun tertidur lelap sampai pagi tiba, dan matahari pun bersinar sangat terik.
Entah siapa laki-laki yang bersama ibuku tadi,  aku tidak mau memikirkan nya berlarut-larut, yang aku ingin sekarang hanyalah bersama ibu saat ini. Ibu dan aku pun tidur bersama di atas tempat tidurku, kami pun tertidur sangat pulas.
Aku harus tetap sayang kepada ibuku, bagaimana juga dia adalah ibuku, ibu yang mengandungku selama Sembilan bulan, dan melahirkanku dengan pertaruhan nyawa. Aku ingin keluar dari lingkungan ini aku ingin hidup tenang dan bahagia bersama ibuku meskipun tanpa seorang ayah, aku yakin ibu pasti kuat menghadapi semua ini.

Tidak ada komentar: