2013/09/14

CERPEN TEMA LINGKUNGAN

MBAH DAKEM

Di Desa Wanarata hiduplah seorang nenek tua yang rambutnya sudah putih jalannya pun sudah membungkuk. Orang-orang di desa ini biasa memanggilnya mbah Dakem. Mbah Dakem sekarang ini tinggal bersama anaknya yang kedua sedangkan suaminya Mbah Dakem meninggalkan Mbah Dakem dan kedua anaknya begitu saja tanpa sebab dan akibat.
Pada  jam dua belas siang orang-orang di desa Wanarata ini baru pulang dari sawah ada yang bekerja di sawahnya sendiri dan ada juga yang bekerja di sawahnya orang lain, sedangkan Mbah Dakem pada siang ini baru berangkat ke sawah entah itu sawah siapa, sawah orang lainkah atau sawah sendiri. Masyarakat desa Wanarata ini pulang dari sawah pun langsung tiduran ada yang tidur di bawah pohon, ada yang tidur di teras depan rumah masing-masing, dan ada juga yang shalat dhuhur. Tapi di desa ini sangat sedikit yang mementingkan shalat hanya beberapa saja, ya.. mungkin karerna desa Wanarata ini tidak mempunyai mushala yang terdekat. Seperti Mbah Dakem ini tidak pernah menjalankan shalat sama sekali mungkin karena orang tua juga dulu tidak mengajarkan yang namanya shalat.
Pada siang hari mbah Dakem yang sedang berjalan ke sawah dengan menggunakan pakaian lengkap memakai topi kerucut, memakai baju sawah dan ditangannya ini membawa golok dan keranjang kecil. Di pertengahan jalan mbah Dakem bertemu dengan Turiyah. Turiyah  ini tetangganya mbah Dakem.
“mau kemana mbah siang-siang begini?” tanya Turiyah
“mau ke sawah” jawab mbah Dakem
“siang-siang begini mau dhuhur juga ko ke sawah mbah?” tanya Turiyah
Mbah Dakem pun tidak menjawab pertanyaan dari Turiyah ini, beliau melanjutkan perjalannya ke sawah. Sesampainya di sawah, mbah Dakem istirahat di gubuk sambil makan pisang yang beliau bawa dari rumah. Sawah ini dinamakan sawah patoman, sawah patoman ini bukan sawahnya mbah Dakem tapi sawah orang lain. Mbah Dakem ini selalu menanam pohon-pohon atau sayuran di sawah orang lain, anak atau tetangganya mbah Dakem pun menganggap mbah Dakem ini sedikit gila karena tanah orang lain selalu ingin dimilikinya. Siang ini mbah Dakem menanam pohon singkong di sawah patoman milik muji. Tidak lama anaknya mbah Dakem pun mencari-cari mbah Dakem karena sudah maghrib.
Bu…bu…bu… kemana ini si ibu gumam anak mbah Dakem dalam hati, anaknya mbah Dakem pun bertanya-tanya sama tetangganya apakah ada yang melihat mbah Dakem?. Tetangganya pun tidak tahu kemana mbah Dakem pergi hanya Turiah yang tahu tapi saat ini Turiyah tidak ada di rumah.
“Biasanya tidak dicariin?” tanya tetangga
“iya, ibu pergi dari siang sampai maghrib belum pulang juga biasanya kalau sudah maghrib sudah ada di rumah”. Jawab anak mbah Dakem
“Coba cari di sawah-sawah kan beliau selalu di sawah?” tanya tetangga
Anak mbah Dakem pun langsung pergi ke sawah, ke sawah mbaron, sawah legok, sawah galing di cari-cari tidak ada orang yang ada di sawah pun tidak melihat mbah Dakem dan akhirnya di carilah ke sawah patoman, sawah yang paling jauh dari rumah mbah Dakem. Bu…ibu…ibu… mbah Dakem pun tidak menjawab karena sudah tua pendengarannya pun sudah tidak jelas, dan anaknya pun tidak melihat mbah Dakem yang sedang jongkok sambil menanam singkong, anaknya kini sudah putus asa tidak tau harus cari ibunya kemana lagi karena langit pun sudah mulai gelap. Untuk melapas rasa lelah anak mbah Dakem pun istirahat di gubuk sambil melihat-lihat kanan kiri siapa tau ada mbah Dakem, dan tidak lama anak mbah Dakem melihat topi kerucut warna hijau seperti topinya mbah Dakem. “Mudah-mudahan itu ibu” dalam hati anak mbah Dakem, akhirnya anak mbah Dakem berjalan menuju topi hijau itu sambil membaca basmallah, sudah mulai dekat dan sudah keliatan jelas bahwa topi hijau itu benar bahwa beliau adalah ibunya
“ibu…sedang ngapain” tanya anak mbah Dakem
“nanam pohon singkong” jawab mbah Dakem
“langit sudah gelap bu hujan pun mau turun, ayo pulang!”
Mbah Dakem bersama anaknya pun segera pulang, dan ditengah jalan pun anaknya menasehati ibunya, itu sawah orang bu.. tidak usah ditanamin pohon apapun kan yang punya sawah tidak suruh ibu untuk nanam pohon itu.
mbah dakem pun menjawab kata siapa tanah orang itu kan tanah ku dulu, jadi terserah saya dong mau nanam apa saja.
 Tanah ibu? duit dari mana ibu beli tanah orang dari dulu itu tanah milik muji. Dan akhirnya mbah dakem pun marah-marah sendiri.
Mbah Dakem emang orangnya selalu begitu kalau di bilangin selalu marah-marah sendiri. Anak mbah Dakem pun diam karena sudah tau watak dari sifat ibunya seperti orang setengah gila tanah orang pun ingin dimilikinya.
            Karena perjalanan dari sawah patoman sampai rumah, mbah Dakem dan anaknya kini sampai pada pukul delapan malam. Sesampainya di rumah anak mbah dakem pun bertanya “kenapa si bu selalu menanam pohon atau tanaman di sawah orang?”
“aku ingin kerja, tapi tidak ada satu orang pun yang ngasih kerjaan ke aku” jawab mbah Dakem
“tapi kan ibu sudah tua?” tanya anak
“ya, emang kenapa kalau sudah tua? Apakah orang tua itu tidak boleh bekerja?” tanya mbah Dakem
“orang tua boleh bekerja, tapi kan ibu sudah tidak ada tenaganya lagi” kata anak
Percakapan pun mulai hening dan tiba-tiba anak mbah Dakem bertanya “kalau ibu kerja di mushala suruh bersih-bersih mushala, nanam pohon di mushala apakah ibu mau?”
“tentu saja saya mau, dari pada tidak bekerja apapun”
            Anak mbah Dakem pun meminta kepada ketua RT maupun RW untuk membangun mushala dan nanti yang akan membersihkan mushala itu mbah Dakem dan supaya masyarakat desa Wanarata ini pun mementingkan untuk shalat.

Tidak ada komentar: