2013/09/13

CERPEN TEMA LINGKUNGAN


SUNGAI BERSIH, BANJIR PUN PERGI

Pada siang hari, di sebuah hutan yang sangat lebat terdapat rumah tua, rumah itu tidak ada penghuninya dan terlihat sungai yang cukup besar di dalamnya namanya Sungai Cikeas. Hutan tersebut selalu di tutupi pohon-pohon besar. Sungainya pun airnya sangat jernih dan menyegarkan, sangat indah untuk di lihatnya.
Pada suatu hari, terdengar bahwa sebentar lagi di pinggir hutan akan di bangun sebuah pabrik besar, pabrik pengolah bahan-bahan industri. Pabrik tersebut rencananya akan di bangun tepat menghadap depan sungai Cikeas. Para penghuni hutan sangat terkejut mendengar kabar tersebut, terutama Pak Diyan yang sering menjelajah hutan itu. Ia berpikir bahwa nantinya pabrik industri tersebut akan membuang limbah-limbah hasil olahannya. Jika itu terjadi, kelangsungan hidupnya akan terancam. Ia tidak ingin sampai hal itu terjadi.
Sungai Cikeas terasa sejuk karena di atas hutan terdapat pohon-pohon yang di tanami oleh Pak Diyan dan Pak Joko, mereka adalah laki-laki rajin yang sering membersihkan hutan dan ia di perintahkan oleh Pak Sakti pemilik hutan itu, supaya tetap menjaga kebersihan hutan tersebut. Suatu hari, Pak Joko berencana untuk mengunjungi sungai. Ia ingin bertemu dengan Pak Diyan. Karena sudah beberapa hari tidak bertemu. Pak Joko pun jarang pergi ke hutan itu, karena ia sakit dan kondisinya pun sudah tua.
Setelah menelusuri hutan lebat. Pak Joko bertemu dengan Pak Diyan di pinggir sungai. Kemudian mereka saling berbincang-bincang. Pak Diyan pun bercerita tentang keadaan yang sedang ada di hutan saat ini, masalah yang di hadapi berkaitan dengan akan di bangunnya pabrik industri yang letaknya di pinggir sungai. Pak Diyan sangat khawatir dengan dengan hal seperti ini dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena Pak Sakti marah apabila sampai ada pembangunan  pabrik industri. Pak Joko pun mendengarkannya karena ia tidak tahu yang sedang terjadi di hutan ini. Pak Diyan meminta solusi kepada Pak Joko. Namun, Pak Joko dimintai solusi ia merasa ketakutan mendengar cerita Pak Diyan. Pak Diyan pun bertanya kepada Pak Joko mengapa ia merasa ketakutan setelah mendengar cerita Pak Diyan. Katanya Pak Joko merasa khawatir jika pabrik itu di bangun, pabrik tersebut akan mengganggu kesehatan dan akan mengeluarkan asap berpolusi yang akan mencemari udara. Asap tersebut akan merusak dirinya dan semua penghuni hutan.
Tidak terasa sudah pukul lima sore, mereka belum menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Namun, mereka berdua kembali ke atas hutan karena hujan turun dengan derasnya dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Pak Diyan dan Pak Joko telah sepakat untuk meneruskan pembicaraan keesokan harinya.
Keesokan harinya, pukul enam pagi, pak Joko yang awal datang ke hutan itu,  tidak lama kemudian setelah Pak Joko duduk di bawah pohon besar ternyata Pak Diyan datang menghampirinya karena mereka ingin melanjutkan pembicaraan yang terpotong kemarin. Belum sempat mereka berbicara, tiba-tiba terdengar orang yang sedang berjalan ke arah mereka, tanpa mereka melihat ke arah belakang. Ternyata yang datang adalah Pak Sakti dan putranya bernama Bisma. Ia melihat keadaan hutan. Pak Sakti memanggil Pak Diyan dan Pak Joko, mereka berdua segera menemui Pak Sakti. Pak Sakti pun mengajak mereka untuk pergi ke pinggir hutan. Setelah sampai di pinggir hutan Pak Sakti sangat terkejut dan ia tidak percaya apa yang di lihatnya, ia melihat truk besar yang ada di sana. ia juga melihat banyak pekerja yang sedang sibuk mempersiapkan alat-alat dan sebagainya. Nampaknya mereka ingin membangun sesuatu di pinggir hutan itu.
Pak Diyan dan Pak Joko sangat ketakutan, ia menceritakan tentang rencana pembangunan pabrik besar di pinggir hutan di ceritakannya kepada Pak Sakti. Jantungnya berdetak, dan wajanya memucat. Kemudian Pak Sakti dan putranya memutuskan untuk pergi dari hutan itu, ia tidak percaya apa yang telah di katakan oleh Pak Diyan dan Pak Joko.
Sudah hampir dua bulan pabrik itu berdiri. Pak Diyan dan Pak Joko semakin khawatir saja. Tidak lama kemudian mereka mengabari teman-temannya untuk datang ke hutan dan mereka memberikan solusi. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, mereka hanya menunggu apa yang akan terjadi untuk selanjutnya.
Keesokan harinya Jemi adalah anaknya Pak Joko. Ia sedang berjalan di sekitar pabrik tiba-tiba ia terkejut melihat di pinggir sungai banyak tumpukan sampah dan kayu-kayu sisa pembangunan terapung di sungai. Terlihat sangat kotor dan berbau menyengat sehingga dapat mengganggu pernapasan manusia. Ia segera pulang ke rumah untuk memberitahukan apa yang terjadi di hutan.
Sesampainya di rumah, Jemi segera memberitahu Pak Joko, ia melihat dengan jelas bahwa para pekerja pabrik membuang sampah dengan seenaknya saja. Kebetulan di rumah Jemi sedang ada pak Diyan dan teman-temannya. Segera mereka berbicara untuk mengatasi masalah ini.
Pukul satu siang, semua berkumpul di hutan. Setelah semuanya datang Pak Sakti dengan muka serius menerangkan semua masalah yang mungkin akan mengancam kehidupan hutan. Semua dengan tenang mendengarkan Pak Sakti berbicara semuanya mengelurakan ide-ide. Namun, semuanya hampir putus asa dan merasa bingung.
Namun, lain halnya dengan Jemi, ia cukup cerdik untuk menyelesaikan masalah ini. Sejak tadi, terlihat sangat santai tanpa mengeluarkan pendapat. Hari sudah sore, saat semua terlihat bingung tiba-tiba Jemi angkat tangan, sepertinya ia ingin mengeluarkan pendapat.
“Selamat sore bapak-bapak…..” Jemi berkata.
“Kita memang sedang di hadapkan pada masalah yang sangat sulit, kita semua tidak boleh panik ataupun merasa takut, kita harus menyelesaikan masalah ini dengan baik, saya punya usul, apakah bapak-bapak setuju membuat bencana dan merusak pabrik yang sudah di bangun?” tanya Jemi.
“Apa maksudmu membuat bencana?”  tanya Pak Sakti.
“Maksudku adalah membuat bencana banjir agar pembuatan pabrik tidak bisa di lanjutkan.” jawab Jemi.
“Bagaimana caranya nak?” tanya Pak Sakti.
“Raja, untuk masalah seperti ini Raja bisa menyerahkan semuanya kepada kami dan Pak tinggal menunggu hasilnya saja.” kata Jemi menjawab dengan tenang.
“Apakah benar itu semua?” tanya Pak Sakti.
“Benar Pak, kami akan menyelesaikan dan menyelamatkan hutan ini” jawab Jemi, berbicara dengan yakin.
“Saya akan menyerahkan kepada kalian semua. Apakah semuanya siap?” tanya Pak Sakti.
“Siiiaaaapppp,,,,,,” jawab serentak.
           Pada pagi harinya, semua para penghuni hutan kembali untuk melaksanakan rencana Jemi dan semua orang yang datang membagagi-bagi tugas masing-masing. Pertama bekerja adalah Jemi, ia dengan beberapa orang pergi ke pembangunan pabrik dan sungai. Tiba-tiba hujan pun turun. Semakin lama hujan turun semakin lebat.
           Semua orang yang berada di pabrik panik. Air sungai meluap dan mulai menggenangi area pabrik, bahan-bahan bangunan belum sempat di selamatkan sudah hancur terbawa arus sungai. Para pekerja tidak berani menyelamatkan alat-alat yang hanyut karena terbawa arus sungai yang sangat deras.bukit-bukit mulai melongsorkan tanah. Semua alat tidak bisa digunakan lagi. Bangunan pabrik hampir jadi, setelah turun hujan yang sangat deras, kini sudah rata dengan tanah.
           Para pekerja sangat kebingungan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka hanya melihat bangunan yang mereka baru saja bangun sudah hancur. Mereka tidak tahu apakah ini akan dilanjutkan atau tidak. Mereka menunggu keputusan dari bos.
           Hujan pun turun, mereka terlihat sangat sedih, kesal dan juga marah. Para pekerja pergi dari tempat pembangunan pabrik dan meninggalkan semua alat perlengkapan.mereka segera melapor apa yang baru saja terjadi di hutan.
           Keesokannya, Raja Sakti mengumpulkan orang yang telah membuat. Pak Sakti ingin berterimakasih kepada semuanya karena telah berhasil menyelamatkan hutan dan pemcemaran limbah pabrik industri. Semua terlihat sangat senang dan bahagia. Kini pembangunan pabrik di hutan tidak di lanjutkan lagi. Hutan bebas dari ancaman polusi dan limbah pabrik. Semua penghuni hutan menjalani kehidupan seperti biasanya dan mereka hidup dengan tenang.

Tidak ada komentar: