Terwujud Harmony
Oleh: Novia Indriyani
Bilal
terlahir dari keluarga yang sangat kaya. Orang tuanya sangat protektif padanya.
Setiap hari yang ia lakukan adalah belajar dan menggunakan fasilitas-fasilitas
yang ada di rumahnya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya, apapun yang Bilal
inginkan selalu dipenuhi oleh mereka kecuali
urusan pertemanan dan percintaan Bilal. Dia diperbolehkan jatuh cinta
setelah ia lulus kuliah. Orang tuanya juga melarang agar Bilal tidak terlalu
akrab dalam berteman. Bilal tidak pernah bermain di luar rumah. Karena orang
tua Bilal memang tidak menginginkan hal itu. Bagi bilal kebiasaannya selama ini
tidak terlalu bermasalah untuknya. Seperti sepulang sekolah ia istirahat,
belajar kemudian bermain games.
Karena
Bilal rajin belajar nilai-nilainya di sekolah pun selalu membanggakan, ia juga
selalu menjadi juara umum. Kebiasaannya bermain games dan menyendiri itu bukan
tanpa alasan. Itu berlangsung setelah kejadian perkelahian Bilal dengan
temannya sewaktu SD. Dari situlah orang tua Bilal mulai melarang Bilal untuk
tidak bermain di luar dan dilarang untuk tidak terlalu bersosialisasi dengan
teman sebayanya. Sampai orang tuanya membelikan Bilal gadget untuk menemani
hari-hari Bilal.
Tahun
ajaran baru masuk perguruan tinggi pun tiba. Bilal diterima di salah satu
Universitas ternama di Jakarta. Saat perkuliahan tiba seperti biasa, bila
sedang menunggu dosen datang atau bila
sedang istirahat, Bilal menghabiskan waktunya untuk duduk di sudut kelas sambil
memainkan gadget-nya untuk bermain games. Kebiasaan ini memang mulai
membosankan, tapi Bilal hanya bisa menikmatinya. Sampai suatu hari ada seorang
gadis tomboy yang menghampirinya di sudut kelas sambil bertanya, “hey lo Bilal
kan si anak orang kaya itu ?”. tanyanya sambil meledek. Anak satu kelas memang
tahu Bilal adalah anak orang kaya,
bahkan dia dipanggil dengan sebutan “cowo gadget” karena kebiasaannya yang suka
sekali bermain games yang ada di gadget-nya itu.
“Kamu
anak baru itu kan ?” Bilal bertanya sinis. Gadis tomboy itu menjawab “yap”
sambil berkata “eh lo gak bosen apa tiap kali ada waktu kosong yang lo lakuin
cuma duduk dipojokan sambil main games”. Bilal pun hanya terdiam mendengar
perkataan gadis tomboy itu. “ko diem ? kenalin gue Bunga”. Gadis tomboy itu
menyebutkan namanya sambil mengulurkan tangan. Bilal pun meraih uluran tangan
Bunga sambil menyebutkan namanya. Entah apa yang ada di hati Bilal saat ia
berjabat tangan dengan Bunga. Yang pasti Bilal belum pernah merasakan perasaan
seperti itu sebelumnya.
Setelah
perkenalan itu mereka pun berteman. Karena Bunga merasa risih dengan kebiasaan
menyendiri dan permainan games yang ada di i-pad Bilal itu, Bunga pun
memberikan tantangan kepada Bilal agar dia
bisa menghentikan kebiasaannya bermain games. Bila Bilal bisa melakuan
itu, Bunga berjanji akan memberikan Bilal hadiah. Dengan tegasnya Bilal pun
menerima tantangan dari Bunga.
Akhirnya
Bilal pun berhasil menghentikan kebiasaannya itu, bahkan semua games yang ada
di gadget-nya dihapus. Bunga pun mengakui kemenangan Bilal, dan Bunga menepati
janjinya pada Bilal. Hadiahnya adalah Bilal diajak jalan-jalan ke puncak
tepatnya ke kebun strawberry. Di sana Bilal diajak menanam pohon strawberry
oleh Bunga. Setelah itu Bilal di ajak untuk melihat pemandangan yang indah dan
merasakan udara yang sejuk juga melihat pohon-pohon yang rindang. Pemandangan
dan suasana yang belum pernah dirasakan dan dilihat oleh Bilal sebelumnya.
Sambil
memandangi bukit dan gunung-gunung yang kokoh berdiri, Bunga bercerita tentang
alam kepada Bilal. Betapa indahnya semua ciptaan Tuhan, dan sayang sekali bila
kita melewatkannya begitu saja. Tidak terasa langit pun mulai gelap, mereka pun
pulang. Bilal sangat senang hari itu, ia menyesal mengapa baru sekarang ia
dipertemukan oleh Bunga. Bunga yang memberikan warna pelangi Dalam hidup Bilal.
Dan Bilal berpikir hidup itu bukan hanya dengan kemewahan dan kesendirian.
Walaupun kita merasa nyaman saat sendiri dan tidak butuh orang lain, tapi tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia hidup butuh sahabat dan juga lingkungan yang
bersahabat seperti alam. Tiba-tiba Bunga mengatakan ia akan mengajak Bilal naik
ke puncak gunung yang mereka pandangi tadi. Bilal pun tersenyum senang.
Setibanya
di rumah, orang tua Bilal sedang duduk
di atas kursi dengan cemas. Dan Bilal pun dimarahi oleh orang tuanya, Bilal pun
menceritakan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Sampai pada akhirnya
orang tua Bilal melarangnya untuk tidak bermain lagi dengan Bunga. Karena
semenjak perkenalannya dengan Bunga, Bilal jadi sering pulang ke rumah lewat
dari jam yang sudah ditentukan oleh orang tuanya yaitu jam lima sore. Padahal berkat
Bunga Bilal jadi terbuka pada lingkungan, entah itu dengan orang lain ataupun
dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Dan ayah berkata bila Bilal masih
berhubungan dengan Bunga, maka kuliah Bilal akan dipindahkan ke Malang.
Keesokan
harinya seperti biasa Bunga selalu mengejutkan Bilal bila Bilal sedang melamun.
Melihat wajah temannya yang sangat suntuk, Bunga pun menghiburnya dengan cara
menjelek-jelekkan wajah Bunga agar Bilal tersenyum. Bunga pun berhasil membuat
Bilal tersenyum. Tapi Bilal tidak mau menceritakan apa yang terjadi padanya.
Jam
kuliah pun telah usai, Bilal langsung bergegas keluar kelas tanpa berpamitan
pada Bunga. Bilal langsung menuju mobilnya yang memang supirnya sudah menunggu
dalam mobil itu. Malam harinya handphone Bilal berbunyi, ternyata Bunga yang
menelpon. Bilal sangat senang mendengar suara Bunga walau hanya lewat telepon
genggam. Bunga menelpon untuk menepati janjinya yaitu mengajak Bilal naik
gunung bersama teman-teman Bunga yang lain. Mendengar ajakan Bunga, Bilal langsung
menyetujuinya, tanpa memikirkan resiko yang akan ia terima bila orang tuanya
tahu.
Malam
itu juga Bilal langsung bergegas mempersiapkan segala sesuatunya dengan bantuan
Bunga melalui telepon. Bunga memberi tahu apa saja yang harus dibawa. Keesokan harinya
di pagi buta Bilal pergi dari rumah tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya.
Tanpa rasa bersalah Bilal melewati dinginnya pagi itu dengan berjalan kaki
menuju rumah Bunga yang memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sesampainya di
rumah Bunga, semua teman-teman Bunga sudah berkumpul ada tujuh orang teman
Bunga yang terdiri dari tiga wanita dan empat pria. Lagi-lagi Bunga membawa
Bilal pada situasi dan suasana yang memang tidak pernah Bilal alami. Serunya
perkumpulan seperti itu, tidak ada lagi rasa bosan karena permainan games yang
itu-itu saja.
Perjalanan
yang melelahkan, kini mereka berada di puncak gunung. Bunga senang bisa
menepati janjinya pada Bilal. Setelah dua hari berada di atas gunung akhirnya
mereka kembali ke rumah. Orang tua Bilal marah besar mengetahui hal itu, dan
tidak segan-segan orang tua Bilal langsung mengurus surat kepindahan kuliah
Bilal di Malang. Bilal sangat sedih, namun apa boleh buat dia tidak bisa
berbuat apa-apa. Bilal berangkat dua hari setelah orang tuanya mengurus semuanya.
Tanpa berpamitan pada Bunga dan mengucapkan terima kasih karena telah
memberikan warna pertemanan, lingkungan hidup juga mensyukuri indahnya semua
ciptaan Tuhan. Semua itu tak sempat ia ucapkan pada Bunga.
Kini
Bilal menjalani hari-harinya sendiri lagi dan ia mulai men-download kembali
games yang sudah cukup lama tidak ia mainkan. Karena orang tuanya yang
menginginkan Bilal agar fokus pada pendidikannya dan tidak bermain-main. Itu
yang membuat Bilal sangat dilarang berhubungan dengan Bunga, sampai harus
pindah kuliah. Semuanya terasa kosong dan sepi. Bilal tinggal bersama paman dan
bibinya yang setiap saat bisa saja melaporkan kejadian yang Bilal lakukan pada
orang tuanya. Sampai pada batas kesepiannya karena tidak ada lagi Bunga yang
menemani hari-hari Bilal. Akhirnya Bilal memutuskan untuk mengurus kebun apel
yang ada di belakang rumah pamannya setelah pulang kuliah. Berharap dengan
begitu Bilal akan selalu merasa bahwa Bunga ada di sampingnya, seperti saat
mereka menanam bibit di kebun strawberry waktu itu. Dan Bilal berjanji pada
dirinya sendiri bila dia pulang ke Jakarta nanti, dia akan langsung menemui
Bunga walaupun orang tuanya melarang. Karena Bilal merasa dia benar-benar
menyayangi Bunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar