2013/06/15

Modifikasi dongeng dengan gaya kilas-balik


MALIN KUNDANG
Diceritakan kembali oleh Novia Indriyani


Musim liburan pun tiba, aku beserta keluargaku memutuskan untuk berlibur pertama kalinya ke daerah Sumatra Utara yaitu Padang. Aku dan keluargaku akan berlibur di rumah adik tiri ayah. Minggu pagi kami pergi menggunakan pesawat, perjalanan hanya membutuhkan waktu tiga jam saja. Setibanya di rumah paman aku beristirahat sejenak, dan sore harinya puku tiga, aku bangun dan bergegas mandi. Kemudian paman mengajakku untuk keliling kota padang.

Paman mengajakku ke sebuah daerah terpencil yang ada di Sumatra Utara. Daerah itu di sebut dengan sebutan desa malin. Aku pun bertanya pada paman tentang sejarah desa itu, karena aku melihat keanehan di desa itu. Aku melhat di gerbang pintu masuk itu ada sebuah batu besar berbentuk manusia yang sedang sujud. Nama desa itu pun aneh. Untuk itu aku bertanya banyak kepada paman tentang sejarah nama dan batu yang ada di desa itu. Dan paman pun mulai menceritakanya sambil kita duduk di pelataran rumah yang sudah sangat reyot.

Dulu di desa terpencil ini tidak terlalu banyak penghuninya, namun ada seorang ibu yang mempunyai satu anak bernama Malin. Anak itu di kenal oleh ibunya sangat baik dan patuh, karena hampir setiap suruhan ibunya ia laksanakan, seperti mengangkat jemuran, belajar, pergi ke pasar dan lain-lain.

Namun siapa sangka anak yang dikira baik itu ternyata memiliki tingkah laku tidak baik ketika berada di luar rumah. Suatu malam Malin meminta izin kepada ibu untuk pergi ke rumah temannya di desa sebelah. Ibu pun mengizikannya, karena Malin beralasan akan mengerjakan tugas.

Ternyata malam itu Malinn berbohong pada ibunya. Malam itu ternyata Malin pergi menemui seorang wanita. Dan peristiwa yang tidak di inginkan pun terjadi. Hari demi hari Malin lalui seperti biasanya. Ada yang sering dilakukan iu kepada Malin yaitu bertanya pada Malin ketika Malin sering sekali membawa barang-barang mewah ke rumah. Namun Malin selalu menjawab bahwa barang-barang itu dibelinya dengan hasil uang jajan yang ia kumpulkan. Dan ibu pun mempercayainya. Padahal barang-barang itu adalah hasil curian Malin.

Sebulan berselang setelah kejadian malam itu. Tiba-tiba warga desa sebelah dengan beramai-ramai datang ke rumah Malin untuk menuntut Malin atas perbuatan yang dilakukannya terhadap putri seoarang lurah di desa tersebut. Ibu pun terkejut mendengar hal itu, dan langsung bertanya kepada Malin, namun Malin tidak mau mengakuinya. Bahkan untuk meyakini ibunya Malin pun rela bersumpah bahwa ia di fitnah dan ia tidak bersalah. Malin yang di kenal baik dan sopan oleh ibu, akhirnya ibu pun membela Malin, dan mengatakan bahwa bukan Malin yang melakukannya.

Mendengar perkataan ibu, warga pun menantang ibu untuk melakukan sumpah demi membuktikan bahwa anaknya Malin tidak bersalah. Akhirnya ibu pun menyetujuinya dan ibu bersumpah sambil berkata “bila anakku Malin memang bersalah dan melakukan hal itu, maka aku bersumpah anakku akan menjadi batu saat ini juga”.

Tidak lama petir menggelegar, hujan pun turun begitu deras dan Malin seketika berubah menjadi batu. Melihat kejadian itu warga hanya terdiam dan ibu menangis sesegukan seperti menyesali perkataannya. Namun dibalik tangis ibu terselip rasa kecewa yang amat mendalam bahwa ternyata anak yang ia kenal baik mempunyai perilaku yang amat sangat memalukan. Hari demi hari ibu lalui sendri tanpa seorang teman, ibu jarang sekali makan. Yang dilakukan ibu hanyalah menangisi batu yang ada di pelataran rumahnya. Sampai pada akhirnya ibu pun sakit dan tidak ada yang mengetahuinya. Tiba-tiba warga tahu bahwa ibu sudah meninggal di dalam rumahnya yang reyot itu. Akhirnya warga setempat memutuskan untuk memindahkan batu itu ke depan pintu masuk desa, dan desa itu di beri nama desa Malin.




3 komentar:

Friyansyah mengatakan...

Wihh malin kundang versi pencuri. Bisa jadi pelajaran tuh nov

Ruang Kata-kata mengatakan...

Hmmm yang ini cukup berbeda, ada dua alur di dalamnya. Tapi penggarapan konflik dan klimaks harus dipertegas lagi. Modifikasi sudah cukup baik kok. Semangat ya!

pulpenamiami mengatakan...

semangkaa!!