Dongeng Timun Emas
(Diceritakan
kembali oleh Marya Ulfa)
Dari kejauhan
terdengarlah Suara gemuruh dan hentakan kaki Sang
Raksasa untuk menagih janji kepada
Mbok Sarni, tetapi karena rasa sayangnya dan tidak mau
kehilangan Timun
Emas, Mbok Sarni mencari alasan agar Timun Emas tidak
dibawa oleh Sang Raksasa. Lalu Mbok Sarni berkata kepada raksasa, “Wahai
raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin
enak untuk di santap”. Sang Raksasa menyetujui dan meninggalkan rumah
mbok Sarni.
Ingatannya pun kembali ke masa dua tahun silam, dimana mbok Sarni
kebingungan mencari akal agar Timun Emas anaknya tidak dibawa
pergi oleh Sang Raksasa, akhirnya dia pergi mencari Pertapa sakti di atas gunung, dan
dibawanya juga Timun Emas bersama dia menemui Pertapa itu. Sesampainya di sana Timun
Emas menceritakan maksud kedatangannya, setelah itu Sang Pertapa memberinya tiga buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, dan terasi.
Disuruhnya
melempar satu per satu bungkusan itu sewaktu di kejar oleh Sang Raksasa.
Pagi buta
pohon-pohon masih samar-samar terlihat, Sang mentari masih malu-malu menampakan
bias cahayanya. Hari ini tiba dimana Sang Raksasa datang untuk menagih
janji. Sang Raksasa bertanya kepada Mbok Sarni tentang keberadaan Timun Emas, tetapi Mbok Sarni tidak mau memberitahukannya. Karena takut ibunya akan dilukai oleh
Sang Raksasa, maka Timun Emas menunjukan diri kepada Sang Raksasa. Lalu dia
berkata “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa !!! ”, teriak
timun emas.
Sebelum peristiwa itu terjadi, dahulu sewaktu Mbok Sarni mencari kayu
di hutan Ia bertemu
dengan seorang raksasa sakti, yang berjanji dalam waktu singat Mbok sarni akan diberikan seorang anak, tetapi dengan syarat
setelah sepuluh tahun anak tersebut harus di persembahkan kepada Sang Raksasa. Mbok Sarni
pun menyetujui perjanjian itu, dan dia di beri biji mentimun oleh Raksasa.
Sesampainya
di rumah biji mentimun itu di tanam, dan setelah dua minggu, mentimun itu
nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang berbuah sangat
besar. Lalu dibelahnya buah itu oleh Mbok Sarni tanpa di sangka ternyata di
dalamnya ada seorang bayi wanita cantik jelita. Kemudian bayi itu diberi nama
Timun Emas.
Sekarang Timun Emas harus bersiap berlari
sekencang-kencangnya untuk menghindari kejaran Sang Raksasa, tapi dengan cepat
Raksasa pun bisa mengejarnya. Hampir saja Timun Emas tertangkap oleh Sang
Raksasa, Timun Emas teringat akan bekal yang diberikan Sang Pertapa padanya dan
segera melemparkan isi di dalam bungkusan itu. Setelah jatuh ke tanah, bungkusan
tersebut berubah menjadi tanaman timun yang lebat dan besar-besar, sehingga
membuat Raksasa tergoda untuk memakannya dan lupa terhadap Timun Emas. Akhirnya
setelah Raksasa sadar, Ia pun mulai mengejar timun emas kembali.
Timun Emas kembali
melempar bungkusan kedua yang berisi jarum, tiba–tiba saja hutan itu berubah
menjadi hutan berduri yang di tumbuhi jarum-jarum besar, jarum-jarum itu mengenai
kaki Sang Raksasa . kakinya terluka dan Ia pun meraung-raung kesakitan. Sang Raksasa
itu semakin murka karena merasa dipermainkan, namun karena kesaktiannya Raksasa
pun berhasil melewati hutan jarum tersebut dan kembali mengejar Timun Emas.
Kali ini Timun Emas tidak boleh menganggap enteng
kekuatan Sang Raksasa, Timun Emas terus berlari walaupun ia tak yakin bisa
lolos dari kejaran Sang Raksasa. Bekal yang dimilikinya pun tinggal satu, yaitu
terasi. Tanpa pikir panjang Timun Emas segera melemparkan bungkusan ketiga.
Seketika hutan itu berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Sang Raksasa
tidak berdaya menghindar, karena lautan lumpur itu membuat tubuhnya semakin
tersedot kedalam dan tenggelam. Akhirnya Sang Raksasa terperangkap dalam lumpur
yang mendidih, hingga ia mati. Dengan kejadian tersebut Timun Emas selamat dari
Sang Raksasa, ia pun bersyukur kepada Tuhan. Akhirnya Timun Emas kembali ke
rumah Mbok Sarni dan hidup bahagia.
3 komentar:
ceritanya hampir mirip sma cerita aslinya. modifikasinya di bagian yang mananya sabil???.. (heheh).
hehehe
Sebenarnya fokusnya pd kilas balik, tp memang akan lbh baik kalau ada kejutan. Sip, teruskan ya!
untuk yg komentar dgn akun "wadah pena sastra jgn lupa pakai namanya" :)
Posting Komentar