2013/06/23

Cerpen warna lokal

                        Terekam tak pernah mati


Gedung-gedung tinggi sudah semakin banyak di kota ini, sepertinya pengusaha asing sudah mulai sadar akan keuntungan yang dihasilkan di jantung indonesia ini. Diantara gedung-gedung nan tinggi terselip perkampungan kebon melati di daerah tanah abang jakarta pusat, disana ada keluarga asli betawi. Keluarga H.khalid

H.khalid adalah seorang tukang pompa air, setiap warga yang ingin mengecor, mengebor atau mesinnyaa rusak pasti mereka langsung meminta pertolongan H.khalid. Karena keuletannyaa dan kemampuannya yang baik H.khalid ditugaskan oleh tempat kerjanya untuk bekerja di arab saudi, iaa di kirim ke arab saudi kerena keuletannyaa dan iaa dapan melaksanakan haji.

H.khalid hidup dalam keluarga yang sederhana, bahkan pas-pasan, iaa mempunyai 12 anak, namun dari sekian banyak anaknya hanya zakaria yang membantu ayahnya itu, zakaria anak kelima dari 12 bersaudara, iaa sejak sd sudah membantu ayahnya jika ada kerjaan, sehingga iaa paham betul tentang apa pekerjaan ayahnyaa.

H.khalid tidak pernah melarang zakaria jika ingin ikut membantu pekerjaannyaa, karena kebanyakan suku betawi menganut paham pluralisme, dimana mereka menanamkan kebebasan dari apa yang ingin dilakukan anak"nyaa namun tetap dalam pengawasan dan jalur yang benar, selain membantu ayahnya zakariapun tak lupa untuk mengaji dan silat, karena itu bagian yang tak boleh terlupakan, ayahnya selalu mengingatkan bahwa ada 3 hal yang tak bisa kau tinggalkan dan slalu kau jalankan. " 3 S " solat, sekolah, silat.

Karena kegigihannyaa dan kemauaannyaa hanya zakaria yang mampu dibanggakan oleh H.khalid, iaa mampu sekolah sampai sma, bahkan di jurusan I.P.A dan sekolah dengan gratis di SMA 24jakarta. Sulit sekali pada masa itu untuk mencapai SMA dengan keterbatasan yang dimiliki H.khalid. Walau tak sampai tukang insinyur H.khalid berasa sangat bangga karena zakaria mambu membantu adik"nya membayar sekolah sedikit meringankan beban H.khalid.

Kebahagian tampak selalu mengiringi kebon melati, anak-anak yang bermain dan berlari-larian dilapangan, pria-pria dan wanita-wanita yang bersiap-siap berangkat ke masjid, dan dimalam harinya latihan pancaksilat. Bedahal jika ada pernikahan, biasanya ada pagelaran lenong, layar tancap dan gambang kromong. zakaria tak pernah melewatkannyaa bersama teman-temannyaa.

Jika ramadan tiba, arak-arakan bedung mengiringi di setiap malamnya, zakaria dan teman-temannya memuku beduk dan berkeliling kebon melati untuk membangunkan sahur, selesai solat subuh zakaria dan teman-temap pasti pergi ke sarinah untuk bermain petasan, dan soreharinya menunggu magrib datang zakaria mengaji dimasid, dilanjut bukapuasa tarawih dan malam harinya tak ketinggalan latihan silat, begitulah setiap harinya di bulan ramadan

Namun semua ini hanya menjadi sebuah cerita manis yang tak pernah terlupakan, dan selalu tersimpan dalam pikiran, hati bahkan tulisan. Satu persatu pergi tak kembali dan kebon melatipun tergusur dengan bangunan-bangunan tinggi, tak ada yang dapat mempertahankannyaa

Tidak ada komentar: