Cerpen dengan Warna Lokal
DUGDERAN
Oleh:
Maria
Ulfa
Masyarakat
Jawa sangat antusias untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Untuk
menyambutnya, masyarakat Jawa sudah mempersiapkan sebelum memasuki bulan
Ramadhan. Biasanya masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah “Dugdran”.
Dugderan
adalah suatu upacara yang dilaksanakan setiap menjelang bulan Ramadhan.
Dukderan tersebut sebagai pertanda akan datangnya awal bulan Ramadhan.
Datangnya
bulan Ramadhan sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam di Dunia. Dimana bulan
Ramadhan adalah bulan yang sangat berkah. Bulan yang penuh ampunan dan penuh
kemuliaan.
Dalam
bulan Ramadhan ada salah satu malam kemuliaan yang ditunggu-tunggu yaitu malam
Lailatul Qodar. Malam Lailatul Qodar adalah malam seribu bulan. Malam yang
penuh kemuliaan dan ampunan, maka tidak heran lagi jika semua umat Islam di
Dunia menantikan malam tersebut.
Malam
Lailatul Qodar terdapat pada hari yang ke 21 dalam bulan Ramadhan. Dimana semua
umat Islam di Dunia berlomba-lomba meraih untuk mendapatkan malam LAilatul
Qodar.
Untuk
mendapatkan malam Lailatul Qodar, mereka rela tidak tidur semalaman. Walaupun
ngantuk mereka berusaha untuk tidak tidur. Karena ingin mendapatkan malam
Lailatul Qodar.
Cara
untuk mendapatkannya pun tidak mudah, biasanya mereka mencari tempat yang sunyi
dan jauh dari tempat keramaian. Mereka mencari tempat yang sunyi karena agar
lebih khusyuk saat memanjatkan doa kepada-Nya.
Cara
untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar pun berbeda-beda, ada yang pergi ke
masjid atau ke musholla dan ada juga yang tetap di rumah.
Walaupun
tempatnya berbeda-beda, tetapi tujuan mereka sama. Mereka sama-sama berdoa
meminta ampunan dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Mereka
berdoa dan berusaha tidak tidur, demi mendapatkan malam kemuliaan yaitu malam
Lailatul Qodar ( malam seribu bulan ).
Dugderan
biasanya dilaksanakan sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan. Upacara tersebut
telah berlangsung khususnya di kota Semarang. Masyarakat berbondong-bondong
menuju ke Masjid Agung Kauman Semarang. Karena dalam menentukan awal Ramadhan
masyarakat menabuh bedug di Masjid Agung Kauman Semarang.
Tidak
hanya itu, di halaman kabupaten tersebut beberpa meriam yang siap menyambut
datangnya bulan Ramadhan. Meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali
dan dilanjutkan dengan pengumuman awal puasa di Masjid Agung Kauman. Masyarakat
sangat senang dengan adanya pengumuman
tersebut. Karena sehari setelah pengumuman sudah memasuki awal bulan Ramadhan.
Perayaan
ini semakin menarik minat masyarakat Semarang dan sekitarnya. Ditandai dengan
para pedagang yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Dagangannya pun
beraneka macam, seperti minuman, makanan, dan mainan anak-anak, seperti
perahu-perahuan, celengan (tabungan), seruling, gangsing dan banyak lagi yang
lainnya.
Selain
itu dalam upacara dugderan juga terdapat “warak Ngendhog”. Warak Ngendhog
adalah berwujud hewan berkaki empat (kambing) dengan kepala yang mirip naga.
Dalam
upacara dugderan yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, dugderan diawali dengan
upacara pembukaan pawai yang dilakukan di balai kota Semarang. Arak-arakan
pawai biasanya terdiri atas kendaraan-kenadaraan yang dihiasi dengan sedemikian
rupa. Sehingga terlihat sangat menarik. Ada juga yang mengendarai delman.
Sebelum
arak-arakan pawai dimulai, semua peserta berkumpul di depan balai kota Semarang
sambil mendengarkan instruksi dari panitia.
Panitia
memberikan pengarahan-pengarahan kepada peserta arak-arakan pawai, agar acara
tersebut berjalan dengan lancer dan tidak terjadi apa-apa pada saat mengendarai
kendaraan di jalan raya.
Panitia
memastikan dan menghimbau kepada semua peserta arak-arakan pawai. Mereka harus
mematuhi dan menjalankan apa yang disarankan oleh panitia, demi keselamatan
bersama.
Setelah
pengarahan selesai, arak-arakan pun dimulai. Dengan penuh semangat peserta
ara-arakan pawai berjalan menyusuri sepanjang jalan Pemuda hingga memasuki area
penyelenggaraan dugderan yang dilaksanakan di Semarang, tepatnya terdapat di
pasar Johar dan sekitarnya Masjid Agung Semarang atau lebih dikenal dengan
sebutan Masjid Besar Kauman.
Setelah
sampai di Masjid Besar Kauman, biasanya melakukan “Halaqoh”. Halaqoh adalah
memusyawarahkan awal kedatangan bulan suci Ramadhan. Pembacaan halaqoh biasanya
dibacakan oleh wali kota Semarang. Pembacaan halaqoh dilaksanakan di serambi
Masjid Besar Kauman.
Pembacaan
hasil halaqoh tersebut dilanjutkan dengan memberikan roti. Roti yang berbahan
wijen yang beraroma jahe khas Semarang semua peserta dan masyarakat yang ada
disana.
Masyarakat
sangat menunggu-nunggu saat pembagian roti, karena roti tersebut berbau doa dan
membawa berkah bagi mereka. Penganan ini menjadi rebutan. Masyarakat
berlomba-lomba mendapatkan roti yang sudah disediakan panitia.
Penganan
tersebut dibagikan di atas panggung yang terletak di depan Masjid Besar Kauman
kepada semua peserta dan masyarakat.
Panggung
pun dipenuhi oleh orang-orang berebut untuk mendapatkan penganan
tersebut.masing-masing ada yang mendapatkan roti banyak dan ada juga yang
mendapatkan sedikit. Dengan waktu yang sangat singkat penganan tersebut sudah
habis.
Setelah
acara penbagian penganan selesai, panitia menghimbau kembali kepada masyarakat
agar tenang dan tertib kembali, dilanjutkan wali kota Semarang memberikan
pengumuman kembali dengan datangnya awal bulan suci Ramadhan. Bulan yang
dimuliakan oleh Allah SWT.
Dengan
demikian selesailah acara dugderan yaitu acara upacara untuk menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan yang diselenggarakan di kota Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar