2013/06/23

Cerpen dengan Warna Lokal

Cerpen dengan Warna Lokal



DUGDERAN
Oleh:
Maria Ulfa

Masyarakat Jawa sangat antusias untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Untuk menyambutnya, masyarakat Jawa sudah mempersiapkan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Biasanya masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah “Dugdran”.
Dugderan adalah suatu upacara yang dilaksanakan setiap menjelang bulan Ramadhan. Dukderan tersebut sebagai pertanda akan datangnya awal bulan Ramadhan.
Datangnya bulan Ramadhan sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam di Dunia. Dimana bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat berkah. Bulan yang penuh ampunan dan penuh kemuliaan.
Dalam bulan Ramadhan ada salah satu malam kemuliaan yang ditunggu-tunggu yaitu malam Lailatul Qodar. Malam Lailatul Qodar adalah malam seribu bulan. Malam yang penuh kemuliaan dan ampunan, maka tidak heran lagi jika semua umat Islam di Dunia menantikan malam tersebut.
Malam Lailatul Qodar terdapat pada hari yang ke 21 dalam bulan Ramadhan. Dimana semua umat Islam di Dunia berlomba-lomba meraih untuk mendapatkan malam LAilatul Qodar.
Untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar, mereka rela tidak tidur semalaman. Walaupun ngantuk mereka berusaha untuk tidak tidur. Karena ingin mendapatkan malam Lailatul Qodar.
Cara untuk mendapatkannya pun tidak mudah, biasanya mereka mencari tempat yang sunyi dan jauh dari tempat keramaian. Mereka mencari tempat yang sunyi karena agar lebih khusyuk saat memanjatkan doa kepada-Nya.
Cara untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar pun berbeda-beda, ada yang pergi ke masjid atau ke musholla dan ada juga yang tetap di rumah.
Walaupun tempatnya berbeda-beda, tetapi tujuan mereka sama. Mereka sama-sama berdoa meminta ampunan dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Mereka berdoa dan berusaha tidak tidur, demi mendapatkan malam kemuliaan yaitu malam Lailatul Qodar ( malam seribu bulan ).
Dugderan biasanya dilaksanakan sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan. Upacara tersebut telah berlangsung khususnya di kota Semarang. Masyarakat berbondong-bondong menuju ke Masjid Agung Kauman Semarang. Karena dalam menentukan awal Ramadhan masyarakat menabuh bedug di Masjid Agung Kauman Semarang.
Tidak hanya itu, di halaman kabupaten tersebut beberpa meriam yang siap menyambut datangnya bulan Ramadhan. Meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali dan dilanjutkan dengan pengumuman awal puasa di Masjid Agung Kauman. Masyarakat sangat  senang dengan adanya pengumuman tersebut. Karena sehari setelah pengumuman sudah memasuki awal bulan Ramadhan.
Perayaan ini semakin menarik minat masyarakat Semarang dan sekitarnya. Ditandai dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Dagangannya pun beraneka macam, seperti minuman, makanan, dan mainan anak-anak, seperti perahu-perahuan, celengan (tabungan), seruling, gangsing dan banyak lagi yang lainnya.
Selain itu dalam upacara dugderan juga terdapat “warak Ngendhog”. Warak Ngendhog adalah berwujud hewan berkaki empat (kambing) dengan kepala yang mirip naga.
Dalam upacara dugderan yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, dugderan diawali dengan upacara pembukaan pawai yang dilakukan di balai kota Semarang. Arak-arakan pawai biasanya terdiri atas kendaraan-kenadaraan yang dihiasi dengan sedemikian rupa. Sehingga terlihat sangat menarik. Ada juga yang mengendarai delman.
Sebelum arak-arakan pawai dimulai, semua peserta berkumpul di depan balai kota Semarang sambil mendengarkan instruksi dari panitia.
Panitia memberikan pengarahan-pengarahan kepada peserta arak-arakan pawai, agar acara tersebut berjalan dengan lancer dan tidak terjadi apa-apa pada saat mengendarai kendaraan di jalan raya.
Panitia memastikan dan menghimbau kepada semua peserta arak-arakan pawai. Mereka harus mematuhi dan menjalankan apa yang disarankan oleh panitia, demi keselamatan bersama.
Setelah pengarahan selesai, arak-arakan pun dimulai. Dengan penuh semangat peserta ara-arakan pawai berjalan menyusuri sepanjang jalan Pemuda hingga memasuki area penyelenggaraan dugderan yang dilaksanakan di Semarang, tepatnya terdapat di pasar Johar dan sekitarnya Masjid Agung Semarang atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Besar Kauman.
Setelah sampai di Masjid Besar Kauman, biasanya melakukan “Halaqoh”. Halaqoh adalah memusyawarahkan awal kedatangan bulan suci Ramadhan. Pembacaan halaqoh biasanya dibacakan oleh wali kota Semarang. Pembacaan halaqoh dilaksanakan di serambi Masjid Besar Kauman.
Pembacaan hasil halaqoh tersebut dilanjutkan dengan memberikan roti. Roti yang berbahan wijen yang beraroma jahe khas Semarang semua peserta dan masyarakat yang ada disana.
Masyarakat sangat menunggu-nunggu saat pembagian roti, karena roti tersebut berbau doa dan membawa berkah bagi mereka. Penganan ini menjadi rebutan. Masyarakat berlomba-lomba mendapatkan roti yang sudah disediakan panitia.
Penganan tersebut dibagikan di atas panggung yang terletak di depan Masjid Besar Kauman kepada semua peserta dan masyarakat.
Panggung pun dipenuhi oleh orang-orang berebut untuk mendapatkan penganan tersebut.masing-masing ada yang mendapatkan roti banyak dan ada juga yang mendapatkan sedikit. Dengan waktu yang sangat singkat penganan tersebut sudah habis.
Setelah acara penbagian penganan selesai, panitia menghimbau kembali kepada masyarakat agar tenang dan tertib kembali, dilanjutkan wali kota Semarang memberikan pengumuman kembali dengan datangnya awal bulan suci Ramadhan. Bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Dengan demikian selesailah acara dugderan yaitu acara upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang diselenggarakan di kota Semarang.    

Tidak ada komentar: