MAKANAN
SINGKONG
Tuk-tuk-tuk-tuk,
itu pasti suara tumbukan singkong dari rumah pak Tohir. Suara yang selalu ku
dengar di pagi hari, yang selalu membangunkan aku ketika sedang tidur, suara
yang sangat keras yang menguras tenaga seorang ibu Kiyah.
Pak
Tohir dan ibu Kiyah inilah yang setiap pagi dan malam telah menguras tenaganya
hanya untuk menumbuk singkong, yang ia akan menjadikan sebuah getuk, getuk yang
disukai para warga Wanarata, getuk yang selalu dinanti-nanti orang karena
rasanya khas yang tiada duanya. Makanan yang mengenyangkan inilah membuat pak
Tohir dan ibu Kiyah hidup seorang suami istri yang mempunyai lima anak.
Pagi
ini aku ke pasar, aku sangat lapar dan tujuan ku ke pasar hanya untuk membeli
getuknya pak Tohir, biasanya aku belinya ke rumahnya langsung tapi pagi ini aku
bangun kesiangan jadi penjual getuk sudah tidak ada di rumah.
“Getuknya
masih ada bu?” tanyaku kepada bu Kiyah
“Sudah
habis mba” jawab si ibu
“yah
ibu biasanya aku makan getuknya ibu hari ini gak deh” dengan nada melas
“Iya
mba lagian tadi kenapa gak beli? Kirain bosen” kata penjual getuks
“kesiangan
bu bangunnya”
Kulihat sebelah kanan lincaknya ibu
Kiyah ada mba-mba jamu, getuk gak dapat beli jamu deh. “Jamu mba satu kunyit
asam” tanyaku “iya sebentar ya” jawab mba jamu. Dibuat deh jamu kunyit asam.
“Oh
mba Santi yo?” kata mba jamu
“Iya
mba kenal ya padahal aku kan jarang ke pasar?” jawabku
“Aku
ini loh aku iki kanca sekelas mu waktu SD? Kata mba jamu
Setelah
ku ingat-ingat, mukanya, cara bicaranya aku pun gak ingat tapi ku ingat-ingat
terus hingga aku mengenalinya oh “Widia ya” kata ku
“Iya
kamu lupa ya?” kata mba jamu
Maklumlah
sudah umur hehe “sudah tiga tahun ya kita gak ketemu” kataku
“Iya
kamu lulus dari SD langsung ke Jakarta” kata mba jamu.
Jamunya
bikin sendiri toh? Rasanya enak, seger, krasa neng weteng hehe
“gak,
yang bikin mama ku aku yang jualin” jawab mba jamu.
“Yaudah
nanti main ya ke rumah wid soalnya aku buru-buru” sambil megangin perut karena
sangat lapar
Aku
pun jalan cepat-cepat karena sudah tidak bisa nahan rasa laparnya. Perut yang
biasanya sudah terisi getuk kini terisi jamu perutnya jadi gak enak.
Sesampainya di rumah aku pun segera mengatakan ke ibu.
“Ibu
masak apa?” tanyaku kepada ibu
“belum
masak, biasanya aja kamu gak mau sarapan” jawab ibu dengan ngledek
“Ih
ibu tapi aku sangat lapar biasanya kan sada getuk, ibu si aku kesiangan ibu gak
beli getuk” tanyaku dengan nada marah
“Makan
saja tuh gebral di meja, itu toh sama-sama dari singkong bisa buat perut
kenyang”
“Gebral?”
“Iya
gebral, sudah lama kan gak makan gebral?
“yang
jual siapa bu kasian dong pak Tohir dan ibu Kiyah sudah ada saingannya?
“hmmm
tidak juga sih yang jual keluarganya bu Kiyah juga anak sulungnya bu Kiyah”
“Oh
yaya mba Idah ya?
“Iya”
Pagi
ini ko aku gak denger pak Tohir dan bu Kiyah numbuk? Kemana mereka? Tanyaku
pada diri sendiri, soalnya suara tumbukan itulah yang biasa membangunkanku,
tapi paagi ini malah jam weker yang telah membangunkan aku. Pukul enam pagi aku
pun ke rumah bu Kiyah “Assalamualaikum?” tanyaku “Walaikum salam”jawab bu
Kiyah. Hari ini gak jualan bu? Hari ini ibu gak jualan karena lagi gak enak
badan tapi anak ibu yang gantiin ibu sekarang.
Sebelum
aku Tanya tentang rasa ibu pun menjelaskan dengan detail.
“Rasanya
juga seperti yang ibu buat ko sama karena resepnya pun sama terus anak ibu kan
sering bantuin ibu disini, oh ya anak ibu juga jualan gebral” kata ibu Kiyah
kepada ku
Aku
pun penasaran seenak apa sih yang ibu Kiyah certain kepada ku, apa benar seenak
yang ibu Kiyah buat?. Aku pun segera lari ke pasar dan ku temui anak ibu Kiyah
itu. Aku pun segera membeli getuk dan gebral, wahh ternyata yang ngantri sangat
banyak sekali gak ku duga sepanjang kereta api. Ternyata anak dari pak Tohir
dan bu Kiyah ini sudah terkenal juga. Akhirnya sampai deh pada antrian ku, aku
langsung beli gebral lima dan getuk lima, itu tinggal segitu-gitunya doang loh?
Orang yang ngantri di belakangku pun tidak kebagian. Sampailah aku di rumah ku
makan getuk dan gebral buatannya anak pak Tohir, wah ternyata rasanyaa
benar-benar sama seperti yang pak Tohir dan bu Kiyah buat sama-sama enak.
Orang-orang yang ada di desa
Wanarata ini setiap sarapan pasti kalau tidak makan nasi pasti makannya getuk
atau gebral. Dan getuk yang terbuat dari singkong ini dinamakan getuk jiwel dan
gebral pun terbuat dari singkong. Getuk jewel ini sudah menjadi makanan khas
desa Wanarata, apalagi kalau bapak-bapak atau ibu-ibu ke sawah pasti tidak akan
lupa dengan bekelnya yaitu getuk jiwel.
Pak Tohir dan bu Kiyah ini telah
sukses dengan hasil usahanya menjual getuk mereka pun bisa menyekolahkan anak
bungsunya di SMK Negri 1 Pemalang, jarang-jarang loh orang di desa Wanarata
sekolah di SMK Negri 1 Pemalang? Jarangnya bukan karena dia pintar atau tidak
tapi karena masalah biaya, paling kalau ada toh orang tuanya jualin sawah atau
pekarangan hanya untuk sekolah. Tapi kalau pak Tohir dan ibu Kiyah ini tanpa
jual pekarangan ataupun rumah mereka hanya jual getuk jewel.
Pada saat pak Tohir dan ibu Kiyah
sakit mereka pun berpesan kepada anak sulungnya “jika bapak dan ibu sudah tidak
ada kamu yang gantiin jualan getuk nanti” si anak sulung pun menjawab “iya pak
bu lagian toh saya sekarang juga sudah sering gantiin ibu dan bapak jualan
tenang aja nanti pasti idah gantiin semoga aja nanti bisa dikenal sampai keluar
negeri hehe”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar