Si Kurus dan Si Gendut
Ari Purwoko
Orang-orang desa suka mencari rumput teki untuk
makan ternak di padang rumput sebelah sana, di pinggir perkampungan. Padang rumput yang luas, luas sekali. Mereka tidak berani ambil rumput jauh-jauh ke
tengah padang rumput, karena rumput yang ada di pinggiran saja sebenarnya sudah
cukup banyak untuk dimakan oleh ternak-ternak mereka seperti sapi, kambing,
domba dan lain-lain. Padahal jika mereka mau masuk lebih dalam ke hutan rumput
yang melebihi tinggi orang dewasa itu, mereka bakal menemukan sebuah tempat
nyaman yang tersembunyi, cocok untuk duduk dan merenung. Tempat itu tak punya
nama, dan ada tiga buah pohon besar yang tumbuh di sana.
Tiga pohon besar itu sudah lama ada di sana, umurnya sudah tua sekali. Masing-masing dari jenis yang
berbeda, salah satunya melebarkan akar ke sekitar sehingga tidak ada rumput
yang tumbuh di sekitar pohon-pohon itu. Sayangnya, pohon itu terlalu jauh dari
pinggir perkampungan, sehingga tidak ada orang satupun yang memperhatikannya.
Terlihat memang, tapi tidak ada yang
memperhatikannya. Sama seperti tak ada yang memperhatikan awan putih di langit,
karena terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing yang sangat menyita
waaktu..
Ada dua orang yang suka ke sana, itu juga dulu, dulu
sekali. Mereka berdua sudah merantau ke kota seberang sekarang, dahulu, mereka berdua sering menghabiskan
waktunya di tempat rahasia itu. Dulu mereka masih kecil-kecil, kira-kira umurnya sekitar sepuluh tahunan, yang satu
badannya kurus kering,dan bergigi
tonggos. Kakinya berhias koreng dan bekas bisul-bisul yang sudah agak
mengering. Yang satunya lagi berbadan gendut, tinggi besar berkulit lebih gelap
dari Si Kurus. Si gendut juga memiliki rambut keribo, sedangkan si kurus
memiliki rambut lurus. Setiap sore pulang sekolah, mereka selalu nongkrong di
sana. Diam diri saja, kadang-kadang membawa komik, atau buku tulis dan pensil
untuk menggambar dan membuat puisi. Si Kurus, selalu berbicara dengan
logat Jawa yang kental, dan si Gendut
bicara dengan logat Indonesia biasa.
Mereka berdua pergi ke tempat itu awalnya hanya
kebetulan. Ketika bermain-main ke tengah padang rumput untuk berpetualang.
Mereka tidak sengaja masuk kedalam padang rumput untuk bermain perang-perangan.
Dengan menenteng sebilah potongan bambu sebagai pedang, dan berlaku seperti
tokoh kartun favorit mereka di televisi. Mereka berdua dulu adalah seorang
ksatria samurai yang tak terkalahkan, yang suka membela kebenaran dan membasmi
monster-monster jahat di desa itu. Dengan pedang yang mereka bawa, mereka masuk
ke padang rumput untuk mencari sarang monster yang mengancam ketentraman desa.
Disisirnya oleh mereka sulur-sulur kaki ubur-ubur setinggi 2 meter yang muncul
dari dalam tanah. Si Gendut terluka parah karena kaki gurita ini ternyata
beracun, menyebabkan luka baret pada tangan dan mukanya. Si Kurus dengan gagah
memotong sulur-sulur beracun itu. Mereka mencoba untuk kabur dari serangan
ubur-ubur dalam tanah, namun semakin dalam mereka masuk ke sarang musuh,
semakin banyak kaki ubur-ubur yang harus di lawan, hingga mereka menemukan tempat ini,yaitu tiga
pohon besar di padang rumput. Sebuah oasis di tengah kekacauan di sarang musuh.
Tiga pohon itu berdiri tegak lurus menjulang ke atas, seperti ingin mencakar langit.Tetapi ke tiga pohon besar itu memberikan mereka perlindungan. Mereka naik ke satu pohon paling besar, pada cabang yang pertama tak terlalu jauh dari atas tanah. Mereka berdua duduk di situ, dan memandang sekeliling.
Tiga pohon itu berdiri tegak lurus menjulang ke atas, seperti ingin mencakar langit.Tetapi ke tiga pohon besar itu memberikan mereka perlindungan. Mereka naik ke satu pohon paling besar, pada cabang yang pertama tak terlalu jauh dari atas tanah. Mereka berdua duduk di situ, dan memandang sekeliling.
“Lihat…” seru Si Gendut.
“Kita sudah di kepung musuh !!”
“Sialan!! Kita harus istirashat dulu! Nanti kita lawan mereka lagi !” Si Kurus terengah-engah dan terkulai lemas dan tengkurap di atas batang pohon besar tersebut.
“Edan… kamu nonton samurai yang kemarin tidak ?” kata Si Gendut.
“Iya ! Tokoh utamanya kewalahan ngadepin monster-monster ubur-ubur… parah itu, dia mengeluarkan jurus terakhir tapi tetap tidak mempan sama monster ubur-ubur itu !”
“Iya, musuhnya kebanyakan !”
“Kita sudah di kepung musuh !!”
“Sialan!! Kita harus istirashat dulu! Nanti kita lawan mereka lagi !” Si Kurus terengah-engah dan terkulai lemas dan tengkurap di atas batang pohon besar tersebut.
“Edan… kamu nonton samurai yang kemarin tidak ?” kata Si Gendut.
“Iya ! Tokoh utamanya kewalahan ngadepin monster-monster ubur-ubur… parah itu, dia mengeluarkan jurus terakhir tapi tetap tidak mempan sama monster ubur-ubur itu !”
“Iya, musuhnya kebanyakan !”
Lalu mereka ngobrol tentang film kartun yang mereka
tonton kemarin, sampai suara adzan maghrib terdengar dari kejauhan. Sayup-sayup
di bawa gelombang angin yang kadang kencang kadang sepoi menerpa kedua sahabat
itu. Dan mengantar mereka berdua pulang
ke rumah mereka masing-masing. Sebelum sampai di rumah, di jalan mereka bersepakat,
kalau besok dan seterusnya tiga pohon besar itu akan menjadi makas rahasia
mereka.
“Jangan kasih tau anak-anak, nanti pada main ke
sana. Sudah, kita saja yang main di situ.” Kata Si Gendut dengan raut bengis
dan menggunakan nada agak tinggi.
“Kenapa? Bukannya malah enak ya, ramai…”
“Kita kan ketua anak-anak RT 2 RW 5 jalan cinta, kalau pada main ke sana, nanti si Niken kasih tau ke si Fadli… Fadli kan dari RT 4 RW 7…”
“itu kan RT musuh.”
“Iya juga ya…”
Si Kurus manggut-manggut. Ia paham maksud Si Gendut. Si Niken memang bukan sembarang tukang gosip, tapi dia juga pacar anak RT 4 RW 7. Mereka tidak rela kalau markas rahasia mereka nanti dikuasai anak-anak RT 4RW 7.
“Kenapa? Bukannya malah enak ya, ramai…”
“Kita kan ketua anak-anak RT 2 RW 5 jalan cinta, kalau pada main ke sana, nanti si Niken kasih tau ke si Fadli… Fadli kan dari RT 4 RW 7…”
“itu kan RT musuh.”
“Iya juga ya…”
Si Kurus manggut-manggut. Ia paham maksud Si Gendut. Si Niken memang bukan sembarang tukang gosip, tapi dia juga pacar anak RT 4 RW 7. Mereka tidak rela kalau markas rahasia mereka nanti dikuasai anak-anak RT 4RW 7.
Besoknya sepulang sekolah, mereka berdua langsung
pergi ke markas rahasia. Si Gendut membawa komik yang baru disewanya. Komiknya
ada 4 buah, dan judulnya sama, sama seperti film kartun favoritnya. Si Kurus
dan Si Gendut nongkrong di pohon besar yang sama, membaca komik dengan khusyuknya.
Matahari sore itu terik, tapi dedauan di atas mereka meneduhkan. Seiring dengan
bertambahnya halaman yang mereka baca, keringat di badan mereka mulai mengering
di hembus hembusan angin. Angin yang bukan sembarang angin, tapi angin tersebut
berbau garam yang di bawa dari laut. Kristal-kristal garam tersebut terbentuk
di bekas basahnya keringat mereka, sekarang keringat itu berubah berbentuk
butir-butir kecil berwarna putih. Mereka baca komik dengan teliti, adegan demi
adegan, huruf per huruf. Alam mereka
terbawa ke dunia lain penuh fantasi, dengan petualangan mendebarkan. Jiwa-jiwa
mereka menyala seperti bara pada arang yang di kipas tukang sate. Menghangatkan
dinginnya tiga pohon di tengah padang rumput yang tak terjamah itu.
Dua tahun lamanya mereka selalu berdua, Si Gendut
dan Si Kurus, menjadikan pohon itu sebagai markas rahasia. Sampai akhirnya
mereka lulus SD, dan masuk SMP. Perlahan dan bertahap, mereka mulai larut pada
kesibukan di sekolah. Apalagi mereka sudah beda sekolah sekarang. Si Kurus
masuk pagi, pulang siang, dan Si Gendut masuk siang pulang sore. Mereka jadi
jarang bertemu. Si Kurus lalu pindah ke kota lain. Si Gendut menyusul tak lama
sudah itu.
Sudah lima belas tahun sejak hari-hari itu, padang
rumput di sana tetap pada tingginya semula. Rumput yang tua mati, dan yang muda
tumbuh sampai ketinggian yang sama, lalu mati, dan digantikan dengan yang muda
lagi. Tiga pohon itu masih di dalam padang rumput itu. Masih di tiup oleh angin
berbau garam yang di bawa dari lautan. Di sore hari, gemerisik dedaunan di
pohon itu bersenandung sendu. Menyambut suara adzan maghrib yang sayup-sayup
dari kejauhan terdengar.
2 komentar:
warna lokal daerah mana ini?
eva@ waaahhh cukup menarik cerita'y, asah trs bakat menulis'y ya plend
Posting Komentar