CINTA
YANG TIBA-TIBA DATANG
Agnes
Lidya
Siang
itu panas, matahari seakan membakar kulitku, kutelusuri jalan untuk pulang ke
rumah. Pada saat itu aku kelas 3 SMA, setiap hari aku selalu pergi ke sekolah
untuk melihat pengumuman hasil kelulusan. Pada saat itu setelah hampir sampai
di rumah, ternyata di depan teras rumah saudaraku ramai dengan anak-anak SMA,
tidak jauh dari rumahku. Di situ hanya ada laki-laki saja, aku ragu-ragu untuk
jalan ke arah rumahku karena malu untuk melewatinya, tetapi dengan cueknya aku
jalan saja.
“Akhirnya
sampai rumah juga” kataku sambil membuka pintu.
Dengan
cueknya aku berjalan tanpa melihat ke arah kanan dan kiri, dan aku tidak kenal
semua laki-laki yang berada di sana, hanya saudaraku saja yang bernama Rizki.
Dia dekat denganku dari sejak kecil. Beberapa menit aku baru sampai di rumah
Rizki yang datang ke rumahku dengan memanggil “Nes….nes….nes”
Kubukakan
pintu rumah ”Kenapa Ki?” kataku, tidak biasanya Rizki siang hari ke rumah.
“Ayo
ke rumahku ada yang ingin beretemu. Dia melihat kamu saat pulang sekolah.” Kata
Rizki.
“Siapa
? tidak ah….aku malu, banyak teman-teman kamu di sana” jawabku.
Rizki
pun memaksaku untuk pergi ke rumahnya. Padahal aku sangat lelah. Aku
memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya.di sana banyak teman-temannya yang
sedang duduk dan sambil ngopi. Suasana pada saat itu berisik karena mereka
bercanda dan tertawa kencang. Aku melihat di balik tembok samping rumahnya, aku
berlari ke arah rumah. “Tidak mungkin aku berada di sana dan perempuannya hanya
ada aku sendiri.” pikirku. Rizki mengikutiku saatku berlari.
“Kenapa
Nes lari?” kata Rizki, memanggilku dengan suara kencang.
“Aku
malu rumah kamu ramai. Siapa yang ingin bertemu dengan aku, suruh saja dia ke
rumahku, tidak mungkin aku datamg kerumahmu perempuannya hanya aku saja sendiri.”
Jawabku.
“Okeee….nanti
aku beri tahu kepadanya.” Kata Rizki.
Tidak
lama Rizki memanggil temannya yang ingin bertemu denganku dan datang seorang
laki-laki dia meninggalkan teman-temannya untuk datang kerumahku. Dia
mengucapkan salam dan menemui ibuku. Dia pun memperkenalkan dirinya namanya
Adit.
Sambil
besalaman Adit berkata “haiii…. Agnes yaa? Salam kenal aku Adit” dia sekolah di
SMA Negeri 9 Ciputat.
“Ya,
salam kenal juga, silahkan duduk” jawabku.
Setelah
aku dan Adit bertemu, Rizki pun meninggalkan Adit. Dia pulang kerumah. Kami
banyak bercerita tentang sekolah. Karena sekolahan aku dan Adit berbeda dan
kami berdua menjadi teman. Dia pun banyak bertanya-tanya “setelah lulus sekolah
ingin melanjutkan kuliah atau tidak nes?”
“Yaa…aku
ingin melannjutkan kuliah di UNPAM, kamu sendiri?”
“Ya,
aku juga ingin melanjutkan kuliah di Budi Luhur Cileduk.” jawabnya.
Walaupun
kami baru bertemu, tetapi sudah seperti teman dekat. Adit meminya nomer
handphone, setelah itu dia pamitan untuk pulang. Dengan setianya teman-teman
Adit menunggu sampai dia pulang dari rumahku. Lalu mereka semuanya pulang.
Sesampainya di rumah dia meneleponku memberi kabar kalau dia sudah sampai di
rumahnya. Senangnya mempunyai teman seperti dia, setiap waktu dia selalu memberi
kabar aku melihat ternyata ada new message dari Adit. Kami berdua merasanya nyaman
karena kenyamanan membuat kita semakin dekat.
Keesokan
harinya kami sudah mulai libur sekolah. Adit datang ke rumahku untuk mengajak
jalan-jalan ke sebuah taman kecil di penuhi dengan bunga yang sangat indah.
Ketika kami sedang asik duduk berdua tampak langit yang yang tadinya begitu
terik menjadi mendung dan hujan pun turun dengan derasnya membasahi kami. Aku
selalu bahagia saat hujan turun. Karena aku dapat mengenangmu di tempat ini.
Selalu ada cerita tersimpan di hatiku. Adit begitu perhatian saat hujan turun,
dia memberikan jaket kepadaku sebagai pelindung untuk menutupi kepalaku pada
saat kehujanan.
“Pakai
Nes…pakai saja jaketku ini, supaya kepala
kamu tidak kehujanan.” kata Adit sambil tersenyum kepadaku.
“Terimakasih,
baik sekali kamu” kata aku dengan menatap matanya.
Dia
memegang jaket sambil menutupi kepalaku, betapa perhatiannya pada saat itu.
Kami berjalan untuk mencari tempat berteduh, kami menemukan saung unik yang
terbuat dari bambu. Terasa nyaman saat bersama dengannya. Walaupun dia hanya
sebatas teman tetapi dia begitu perhatiannya kepadaku.
Hujan
pun berhenti, tetapi kami masih berada di saung. Adit meninggalkanku, aku masih
menunggu di saung. Tiba-tiba dia datang
kepadaku dengan membawa setangkai bunga mawar berwarna merah yang baru saja di
petiknya. Dengan seriusnya dia berbicara kepadaku.
“Nes,
aku suka sama kamu, semenjak aku pertama bertemu denganmu.” katanya sambil
menatap mataku dan memberikan bunga itu untuk membuktikan cintanya dan sambil
melanjutkan pembicaraannya.
“kamu
ingin menjadi milikku? Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu dan menjaga
kamu.” kata Adit.
Aku sangat terharu setelah dia berbicara
seperti itu, tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Dengan cepatnya dia
mengungkapkan perasaannya. Aku tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar
perkataannya aku hanya terdiam. Bunga-bunga indah yang menjadi saksi, padahal
kami dekat hanya sebatas teman, tetapi Adit mempunyai perasaan lain padaku.
Semua yang di katakannya benar-benar mengagetkan. Aku tak tahu apa semua ini
benar apa hanya candaan. Aku berharap dia tidak berbohong.
Memang
perasaan tidak bisa di bohongi. Aku pun tetap diam saja, tidak bisa
menjawabnya. Dekat dengan dirinya perasaanku menjadi tenang, semua masalah yang
ada pasti terlupakan. Tidak secepat itu aku menjawab pertanyaannya, aku harus
memikirkannya dahulu. Pada saat itu butuh proses untuk merespon pertanyaannya.
“Kenapa
diam Nes, jawab pertanyaan aku?” kata Adit sambil berbicara dengan lembut.
“Maaf….
aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang. Tidak secepat itu aku berikan
jawaban ya…padamu. Aku harus memikirkannya lagi untuk menjawabnya. Sepertinya pertanyaan
itu membuat terjebak untukku.” kataku sambil tertawa dan tidak menganggap
serius. lanjut aku.
“Bisa
saja kamu Dit, mana mungkin kamu suka denganku. Padahal setiap kita punya
masalah selalu curhat berbagi cerita,. Kenapa tiba-tiba kamu berbicara seperti
itu?” kataku sambil membalikan pertanyaan kepadanya.
“Ini
serius Nes, masa aku berbohong kepadamu. Tidak mungkin !!” dengan tegasnya dia
berbicara seperti itu.
Tetapi
aku masih tidak yakin dengan semua ini, Adit masih menunggu jawaban dariku “
akan secepatnya aku akan menjawab pertanyaan itu.” kataku.
Setelah
beberapa hari dengan sabarnya dia menunggu jawaban dariku, karena dia sangat
membutuhkan jawaban yang pasti. Dan setelah aku pikirkan, memang pada saat Adit
mengungkapkan perasaannya, aku pun mempunyai rasa sama sepertinya. Namun tidak
secepat itu aku menerimanya karena aku harus menanyakan tentang dirinya apakah
di orang yang baik atau tidak? Aku tidak ingin salah memilih. Aku mencari
pasangan yang baik untukku dan tidak mengecewakanku. Pada saat itu aku menjawab
pertanyaannya melalui handphone. Adit menelepon aku kriingg…kriingg…kriingg suara
handphone berbunyi, kulihat ternyata Adit.
“Hallooo
Agnes, mana janji kamu, aku sudah menunggu lama tetapi tidak ada jawaban.”
“Baiklah
akan kujawab, yaaa….aku ingin menerima kamu, tetapi kamu janji apa yang telah
kamu ucapkan pada saat kita jalan bersama.”
“Ya,
akan aku buktikan semuanya Nes. Termakasih kamu telah menerimaku” kata Adit.
“Yasudahlah…kita
jalanin saja dulu, semoga saja dapat membuat kita nyaman.” jawabku
Adit
senang setelah aku menjawab seperti itu. Perasaan yang sudah lama di ungkapkan
akhirnya terjawab sudah kami berdua merasa senang sudah mengenal lebih dekat
lagi.
Berapa
hari kemudian, dia datang ke rumah untuk bertemu dengan orang tuaku. Tanpa memberi
kabar dia sudah sampai depan rumahku. Kebetulan orang tuauku sedang ada di
rumah, dia menemui ibu dan bapakku.
“Maen de?” Tanya ibuku.
“Iya
bu.” jawabnya dengan malu.
Ibuku
bertanya-tanya kepadanya, karena ingin tahu asal Adit dari mana. Ternyata dia
orang Betawi dan cara berbicaranya pun berbeda dengan orang Sunda. Ibu senang, aku
dekat dengan Adit, karena dia orangnya baik dan ibu setuju kita berdua dekat. Adit
mencoba mendekatjan diri kepada orang tuaku.
“Ingin melanjutkan kuliah di mana Dit?”
tanya ibuku
“Aku sudah mempunyai niat untuk
kuliah di Budi Luhur bu.” kata Adit.
“Semoga kamu lulus tes untuk kuliah
di sana.” kata ibu.
“Terimakasih bu, doakan saja semoja
aku lulus.” jawabnya.
Ibu mendukungnya dan selalu
memberikan nasehat kepada dirinya. Ibu sudah
percaya kepadanya dan yakin bahwa dia akan melindungiku. Walaupun itu hanya
pacarku saat ini.
Pendaftaran
kuliah di buka, aku mengambil formulir untuk tes masuk ke UNPAM. Adit ingin di
ambilkan formulir. Padahal saat itu Adit sudah di terima di kampus yang sudah
menjadi pilihannya, dia tertarik untuk masuk kuliah bersamaku. Kami berdua mengisi
formulir. Kami selalu bersama saat pergi
ke kampus, karena akan nada tes . akhirnya kami berdua di terima menjadi
mahasiswa baru. Namun kami berbeda shift, aku shift pagi dan Adit shift malam. Pada
saat melaksanakan ospek, kami berdua sekelompok dan di adakan permainan. Kami saling
memandang, betapa senangnya pada saat itu. Perhatian dan senyumannya yang tidak
bisa terlupakan selalu membuatku bahagia.
Tidak
terasa kami berpacaran sudah lama, aku tidak sendirian lagi dan sudah ada yang
menemaniku. Semoga saja Adit menjadi pendamping hidupku sampai nanti.
2 komentar:
gak salahh tuh adit? bukannya bang ipul.. hehee :p
Hehehe curhat juga ya :) sarannya sm ky Mia, buat lebih imajinatif lalu perhatikan penulisan ya.
Posting Komentar