Pitung dan Dona
Di Tulis Oleh: Noerma Ningsih
Siang itu
pitung sedang latihan drama bersama teman-temannya. Pitung ini bukanlah pitung
yang biasa dikenal sebagai jagoan betawi, memang pitung ini keturunan betawi dan
rumah ia pun berada di daerah betawi, tetapi ia tidak memiliki keahlian apapun,
meskipun ia telah di sekolahkan di sekolah silat tetap saja ia belum bisa
menyerang lawan, ia hanya bisa menangis dan meminta ampun saja ketika di serang
oleh lawan. Peter adalah musuh pitung, peter merupakan keturunan dari bangsa Belanda.
Dona juga merupakan keturunan bangsa Belanda. Peter dan dona sudah lama
berpacaran, pitung sangat cemburu melihat mereka berdua. Pitung selalu
berkhayal bahwa ia akan mendapatkan dona dengan cepat. Tetapi dona menyukai sosok
seorang laki-laki yang gagah dan jago silat, tidak lembek dan cengeng. Saat itu
ada pementasan drama di sekolahnya dan pitung ditunjuk sebagai jagoan betawi
oleh gurunya, “karena dari namanya saja pitung pasti ia akan bisa berperan
dalam drama ini”, pikir sang guru. Tetapi kenyataan nya saat latihan pitung
tidak bisa berbuat apa-apa karena ia melihat dona, wanita yang ia cintai dan
pitung pun langsung berkhayal dalam khayalan nya itu “saat itu dona di culik
oleh para penjajah Belanda, dan tiba-tiba pitung datang menolong dona untuk
melepaskan jeratannya dari para penjajah Belanda, akhirnya pitung pun berhasil
mengalahkan para penjajah Belanda itu, dan dona pun sangat senang dan berterima
kasih sekali kepada pitung karena pitung telah menolong dona. Tetapi itu semua
hanya khayalan, ketika ia tersadar ternyata pitung sedang di tembak oleh peter
dengan mainan tembak-tembakan anak kecil yang terbuat dari karet. Ia pun ditertawakan
oleh teman-temannya, tetapi pitung hanya diam saja tidak berani melawan peter, pak
guru pun kesal melihat kejadian itu, akhirnya pak guru pun langsung membubarkan
latihan ini, dan mengancam pitung bahwa peran ia akan di ganti oleh orang lain
yang lebih pandai dalam acting. Pitung pun tetap terdiam saja. Peter,dona, dan
kedua temannya tertawa lepas. Siti yang saat itu dekat dengan pitung memberikan
semangat kepada pitung, siti merupakan sahabat pitung dari kecil, rumah mereka pun
tidak begitu jauh. Diam-diam siti memendam perasaan cintanya kepada pitung,
tetapi siti tidak ingin menunjukkan kepada pitung bahwa siti suka kepadanya,
siti selalu memberikan makanan kepada keluarga pitung, dan keluarga pitung pun
menerima dengan senang hati. Pitung yang sudah tidak mempunyai ayah ini, kini
dia hanya tinggal berdua saja dengan ibu nya di rumah. Keesokan harinya pitung
berangkat ke sekolah, tibanya ia di sekolah peter dan teman-temannya menjaili
pitung dengan menyiram pitung diam-diam mereka menyiram pitung dengan senangnya
seperti sedang menyiram bunga-bunga yang ada di taman sekolah. Tapi pitung
hanya diam saja tidak berani melawan. Tak lama kemudian siti datang dan melihat
kejadian itu, siti pun langsung lari menolong pitung yang sedang kedinginan.
Siti pun ikut basah baju seragam sekolahnya karena ia melindungi pitung dari
belakang, saat itu juga peter dan teman-temannya menghentikan aksinya itu. “akh
dasar lo sit ganggu gue aja”. Ucap peter saat melihat siti datang. “dasar yah
emang kalian ini gak pernah puas menyakiti pitung”. Ucap siti sambil mengusap
air yang sedang mengalir di wajahnya. “ma..ma..makasih ye sit lu udah nolongin
gue”. Ucap pitung sambil kedinginan. “iye tung sama-sama”. Ucap siti sambil
mengajak pitung pergi. Setiba nya pitung di rumah ibu pitung pun kaget melihat
pitung basah kuyup, “ya ampun tung kenape lu, ko bisa basah kuyup gini?”. Ujar
ibu nya pitung sambil mengambil kan pitung handuk karena pitung sudah menggigil.
“aye tadi di siram enya sama si peter ame temen-temennye segale, padahal aye
kaga saleh ape-ape”. Ucap pitung sambil ketakutan. “ya allah tung pan gue udah
bilang elu kudu lebih giat lagi latihan silatnye, elu si pake acara males-males
segala, rasain dah tuh akibatnye kalaw elu kaga dengerin omongan nya elu sih mau
ajeh si dijailin ame temen-temen lu sendiri”. Ucap ibu pitung yang sangat
marah. “iya udeh nya jangan diperpanjang gitu, cape aye dengernye”. Ucap pitung
yang merasa sangat kesal. Setiap hari pitung saat datang ke sekolah ia selalu
di jaili oleh peter dan teman-temannya, pitung pun tidak bisa berbuat apa-apa
selain diam dan pasrah. Sudah berbagai cara ia lakukan agar menjadi manusia
yang kuat, tapi tidak ada yang berhasil. Hingga sampai suatu hari pitung di
usir dari rumah nya oleh ibu nya karena pitung tidak pernah berani melawan
penjahat, dan sepeda peninggalan almarhum ayahnya pun kini rusak ia hanya diam
saja padahal itu ulah peter dan kawan-kawannya yang senang sekali menjaili
pitung, dengan perasaan tega tak tega ibunya mengusir pitung dari rumahnya.
Pitung pun menerima saja dengan tabah. Ia juga bingung mau pergi kemana ?.
ketika pitung sudah merasa capek berjalan pitung beristirahat dibawah pohon
yang besar, ketika ia merasa nyaman duduk dibawah pohon itu sambil berfikir,
tiba-tiba rasa kantuk pun datang, pitung pun tertidur dengan pulas tiba-tiba di
dalam mimipinya pitung bermimipi, ada seorang pria yang memakai baju merah,
celana merah, peci merah, dan sarung berwarna merah yang ia kalungkan di
lehernya. Laki-laki itu mengajari pitung ilmu bela diri, dan setelah sekian
lama pitung latihan ketika itu pula pitung di titipkan sabuk berwarna hijau tua,
cincin batu berwarna biru tua, dan juga golok. Dan lelaki itu pun berpesan
kepada pitung “pitung kekuatan itu bukan berasal dari sabuk ini tetapi berasal
dari hatimu sendiri, ingat itu pitung lindungi ibumu”. Setelah berpesan seperti
itu tiba-tiba laki-laki itu pun menghilang dari hadapannya. Dan pitung pun
langsung terbangun, ketika ia terbangun tiba-tiba ia melihat ada sabuk yang
melekat di pinggangnya, dan juga golok yang berada di belakang pinggangnya, dan
juga cincin yang melingkar di jari manis nya. Ia pun heran dan kaget. Tapi ia
tidak mau fikir panjang ia ingin segera pulang ke rumahnya, ingin memberitahu
kepada ibunya. Ketika di tengah perjalanan ternyata ibu nya sedang di ancam
oleh para pencopet, pencopet yang sudah berkali-kali mencopet ibu pitung ini
sampai-sampai kalung peninggalan almarhum ayah nya pitung pun di ambil oleh
para pencopet itu. Sekarang pitung sudah tidak takut lagi kepada para pencopet
itumeskipun sedikit ragu untuk melawan mereka tetapi pitung harus berani demi
merebut kembali kalung kesayangan ibu nya itu. Akhirnya mereka pun berkelahi
dan pitung berhasil mengalahkan para pencopet itu, dan kini uang mereka
berhasil di ambil kembali, kalung yang mereka ambil ternyata sudah mereka jual
dan sekarang yang ada hanyalah uang, hasil penjualan kalung emas itu. Ibu
pitung pun tidak percaya dengan semua ini, tetapi ibu pitung sekarang sangat
bangga kepada pitung karena sekarang ia sudah bisa melawan para pencopet itu,
dan melindungi ibu nya itu. Sekarang pun pitung sudah tidak di ajili lagi oleh
peter, karena pitung sekarang sudah bisa melawan peter dan teman-temannya itu.
Dona pun sekarang jatuh cinta kepada pitung karena pitung sudah tidak pengecut
lagi, sekarang pitung adalah sosok lelaki yang gagah, pintar, baik, dan juga
tidak sombong. Peter pun langsung di putuskan oleh dono dan dona sekarang
merajut cinta dengan pitung. Ketika dona dan pitung sedang asyik berpacaran di
taman sekalah peter dan ke-dua temannya menantang pitung untu bertarung
memperebutkan dona dalam perjanjiannya itu yang menang akan mendapatkan dona
dan yang kalah harus menjauhi dan melupakan dona. Dan mereka berdua berbicara
kepada ayah dona yaitu bapak jarot, dan ayah dona pun setuju mereka di beri
waktu satu hari untuk latihan, pitung dan peter pun mengiyah kan perjanjian
itu, padahal dona berkali-kali mencoba menghalangi pitung, tetapi pitung tetap
kukuh pada pendiriannya. Keesokan hari ketika di sekolah ada segerumung anak
sekolah yang sedang bergosip bahwa besok akan di adakan pertarungan antara
pitung dan peter, tidak sengaja siti mendengar pembicaraan mereka, siti
langsung mencari pitung, untuk mencegah hal buruk nya itu, tapi tetap saja
pitung pun ingin melanjutkan pertarungan itu. Pitung bilang “ini demi harga
diri gue siti”. “harga diri lu bilang, pitung gue gak mau lu kenapa-napa, gue
mohon lu jangan bertarung yah”. Siti pun sangat memohon sekali pada pitung,
tetapi pitung meninggalkan siti begitu saja seperti tidak perduli dengan apa
yang di bicarakan oleh siti. Malam pun tiba ketika itu peter dan kawan-kawan
nya masuk kedalam pitung mereka berniat untuk mengambil sabuk pitung, karena
mereka bertiga sebelumnya sudah curiga kepada pitung, karena semenjak pitung
memakai sabuk itu pitung terlihat sangat jago, peter pun tidak mau kalah saat
pertarungan besok. Akhirnya peter dan kawan-kawan pun berhasil mengambil sabuk
sakti nya pitung. Ketika pitung hendak berangkat unk bertarung pitung pun
mencari sabuk itu dengan panic dan berteriak menanyakan sabuk itu kepada ibu
nya tetapi sayangnya ibu pitung tidak mengetahui tentang sabuk sakti itu.
Pitung pun hampir putus asa dan ia pun langsung bergegas lari kea rah pohon
itu,dan tiba-tiba saja ia memiliki fikiran untuk memakai pakaian serba merah,
seperti yang di kenakan oleh lelaki yang ada di mimpi nya itu. Saat pertandingan
di mulai pitung pun datang pada hitungan ke delapan, karena sebelum hitungan
itu di mulai perjanjian nya jika hitungan kesepuluh pitung tidak datang maka ia
akan dianggap kalah, tetapi untung nya pitung langgsung datang ia mengenakan
pakaian serba merah, pitung pun berkali-kali jatuh akibat pukulan peter saat
pukulan ketiga pitung pun tidak bisa bangun dan dihitung sampai sepuluh saat
hitungan kesembilan pitung pun langsung bangun karena di deretan kursi penonton
laki-laki itu tiba-tiba datang. Dan pitug pun langsung berdiri untuk
mengalahkan peter, dan betul saja sekali pitung memukul peter tidak bisa bangun
sampai hitungan ke sepuluh, dan akhirnya yang menjadi pemenang nya adalah
pitung dan pitung pun kini bisa berpacaran beabs tanpa ada gangguan lagi dari
peter. Tetapi siti pun sedih dan ia pun langsung lari keluar dari ruang
pertarunagan itu, ia sedih karena orang yang ia cintai sekarang telah menjadi
milik orang lain. Dona dan ibu pitung pun langsung menghampiri pitung untuk
memberikan selamatkepada pitung, tetapi pitung saat itu mencari siti, karena
setelah pitung selesai bertarung kenapa tiba-tiba siti tidak ada pitung pun
spontan menanyakan siti kepada dona. Dan dona pun tidak menyadari bahwa siti
sudah pergi. Doan dan pitung pun bergegas pergi untuk mencari siti tetapi
mereka berdua tidak berhasil menemukan siti. Dan ternyata siti sudah jauh dari
sekolh nya karena siti dari tadi terus berlari sambil menangis. Kini pun dona
dan pitung sudah lega berpacaran di sekolah maupun di rumah karena sekarang
sudah tidak ada pengganggu lagi, dan siti pun lebih memilih pindah sekolah
bersama dengan nenek nya di kampung karena rasa askit hati yang sangat dalam.
SELESAI
1 komentar:
Jd ini kisah cinta dgn warna lokal atau gimana? hehehe saya pusingbacanya. Kalimat panjang, ditambah satu cerita 1 paragraf. Logika kalimat, eyd, diksi perhatikan lg ya
Posting Komentar