2013/06/28

Cerpen tema cinta


Senja Untuk Damar
Oleh : Novia Indriyani

Sore hari di pinggir pantai, ditemani suara ombak dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati. Matahari pun seakan bersiap-siap untuk tenggelam di arah barat. Semua orang mengadahkan sedikit kepala mereka untuk menyaksikan tenggelamnya matahari sore itu. Termasuk Senja dan Damar, untuk kedua kalinya mereka akan melihat tenggelamnya matahari bersama-sama. Senja begitu setia menemani Damar yang duduk manis di atas kursi rodanya.

Senja begitu kagum kepada Damar karena kebaikannya, kedewasaannya dan ketulusan cintanya kepada Senja. Sehingga Senja pun begitu menyayangi Damar kekasihnya. Pertemuan mereka pun sangat indah yaitu di pinggir pantai saat mereka sedang berlibur seperti saat ini. sambil menunggu matahari terbenam mereka bercerita tentang masa-masa indah kebersamaan mereka yang cukup lama. Dari mulai menceritakan awal pertemuan mereka, masa-masa suka duka mereka dan lain-lain.

Tapi tiba-tiba Senja mengingat peristiwa yang sangat menyakitkan hatinya. Sampai-sampai Senja sangat merasa bodoh karena telah memilih Damar sebagai kekasihnya. Tapi ternyata pikiran Senja itu salah. Waktu itu hubungan mereka sudah menginjak satu tahun, Damar memberikan kejutan kecil untuk Senja sebagai tanda satu tahunnya kebersamaan mereka. Senja pun sangat bahagia, itu juga lah salah satu alasan Senja mengapa dia sangat menyayangi Damar, karena Damar suka sekali membuat kejutan kepada Senja.

Namun selang beberapa bulan setelah peristiwa bahagia itu. Tiba-tiba Senja mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenalnya. Sehingga Senja pun ragu-ragu untuk mengangkatnya. Dua kali Senja tidak mengangkat teleponnya tapi untuk yang ketiga kalinya Senja pun memberanikan diri untuk mengangkatnya. “halo Senja” terdengar suara laki-laki dari seberang sana. Senja pun menjawabnya dengan nada ragu-ragu “i iya” , “ini aku Damar”. Senja pun langsung menghela nafasnya, karena merasa lega ternyata telepon itu dari Damar.

Percakapan di telepon itu berlangsung tidak lama. Ternyata Damar hanya ingin mengabarkan sesuatu lewat telepon kantornya, karena telepon genggam Damar mati. Damar hanya member tahu Senja, bahwa dia akan pergi keluar negeri dengan alasan ada urusan pekerjaan dan tidak ditentukan kapan ia akan kembali. Mendengar hal itu, Senja sedikit terkaget dan meneteskan air mata. Sehingga sore itu Senja meminta Damar untuk menemuinya nanti malam sebelum kepergan Damar esok hari. Damar pun meng-iyakannya.

Malam itu pun menjadi malam terakhir pertemuan mereka. Senja tidak ikut mengantarkan Damar ke bandara, karena Senja takut tak kuat melepas kepergian Damar. Akhirnya mereka pun menjalin hubungan jarak jauh. Satu minggu sudah setelah kepergian Damar. Hubungan mereka pun baik-baik saja, Damar masih sering menelpon Senja setiap malam dan selalu memberi kabar tentang keadaannya kepada Senja. Namun sebulan kemudian Damar tidak member kabar lagi kepada Senja nomor teleponnya pun sulit dihubungi.

Selang beberapa hari Senja menerima telepon dari Damar, Senja pun sangat senang mendengar suara Damar. Namun kali ini Damar menelpon Senja bukan untuk mengabarkan dia akan pindah kerja, melainkan untuk perpisahan mereka. Hanya lewat telepon genggam Damar memutuskan hubungan mereka. Senja pun tidak percaya, namun Damar menjelaskan bahwa ia ingin fokus pada pekerjaannya. Sedangkan Senja selalu mengira bahwa Damar mempunyai wanita lain. Pikiran itulah yang membuat Senja menyesali karena telah memilih Damar, dia berpikir Damar adalah lelaki terjahat yang pernah Senja temui. Tapi Damar hanya terdiam dan tidak mau mengakuinya, dengan terpaksa Damar langsung menutup teleponnya, sedangkan Senja menangis tiada henti.

Hari demi hari Senja lalui dengan rasa tidak percaya. Ternyata Damar yang dia pikir baik ternyata tega memutuskan hubungannya hanya lewat telepon. Senja pun beberapa kali mencoba membuka hati agar dapat melupakan Damar, tapi semakin ia mencoba melupakan malah ia semakin teringat pada Damar. Senja pun sadar dia tidak boleh terus-terusan mengingat Damar, kemudian Senja pun mencari kesibukan lain dengan mengurus butik milik ibunya. Dengan kesibukan ini sedikit demi sedikit Senja bisa melupakan Damar dan dia berniat untuk tidak menjalin hubungan dengan pria sebelum ia lulus kuliah.

Kini hari-harinya disibukkan mengurus butik milik ibunya. Namun ternyata nasib berkata lain saat ia hendak pulang ke rumah sepulang dari butik, Senja mengalami kecelakaan mobil miliknya menabrak pohon besar sehingga menyebabkan matanya buta. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit, namun tidak ada pendonor mata yang bersedia mendonorkan matanya. Hari-hari Senja pun kini menjadi gelap. Dia merasa tidak ada lagi yang menemaninya selain kegelapan. Perasaannya semakin hancur setelah ditinggalkan Damar, sekarang dia juga harus menanggung hari-harinya yang gelap.

Dua bulan berlalu, Damar ternyata kembali ke Indonesia. Damar pun langsung menemui Senja, namun meihat keadaan Senja seperti itu Damar pun sedih. Dan Damar menjelaskan semua alasan kepergiannya kepada ibu Senja. Ternyata Damar pergi ke luar negeri bukan untuk bekerja melainkan untuk operasi jantung. Damar sakit jantung dan keluarga memintanya untuk di operasi di sana. Selama ini Damar tidak pernah menceritakan hal itu pada Senja. Damar sengaja memutuskan Senja dan tidak memberikan alasan yang pasti pada Senja. Dan Damar pun sangat menyesalinya.

Ibu Senja pun menceritakan bagaimana keadaaan Senja setelah kepergian Damar. Karena merasa bersalah telah membohongi wanita yang sangat ia cintai, Damar pun memohon pada ibu Senja agar ia diperbolehkan untuk mendonorkan kornea matanya untuk Senja. Ibu melarangnya, namun Damar memaksanya. Kemudian Damar pun menghampiri Senja yang sedang duduk di atas kursi rodanya. Senja samar-samar pada suara Damar, dia merasa tidak asing dengan suara itu. Damar tidak mau menyebutkan nama aslinya pada saat Senja bertanya. Damar berpura-pura menjadi seseorang yang di suruh oleh ibunya untuk membantu Senja berjalan menggunakan tongkat.

Sudah seminggu Damar membantu Senja berjalan menggunakan tongkat. Namun Damar pun semakin tidak tega melihat wanitanya tersiksa. Dan akhirnya Damar pun semakin memantapkan hatinya untuk mendonorkan matanya agar wanitanya dapat melihat kembali dunia yang indah ini. Operasi pun segera dilakukan. Seminggu setelah operasi kini keadaan Senja sudah benar-benar pulih dan dapat melihat kembali. Namun, sekarang keadaan menjadi berbalik, kini Damar yang saki dan hidup dalam kegelapan matanya. Ibu menceritakan semuanya pada Senja. Ia pun langsung menemui Damar, Senja menangis di hadapan Damar. Mendengar suara tangis wanitanya Damar pun ikut bersedih, dalam hatinya menangis. Tapi Damar bahagia karena wanitanya kini sudah dapat melihat kembali.

Kini mereka kembali bersama, tiba-tiba Damar meminta agar Senja mengajaknya ke pinggir pantai untuk melihat senja di sore hari dan merasakan angin yang sejuk, juga mengenang bagaimana awal pertemuan mereka dulu. Senja pun dengan suka duka menuruti permintaan Damar. Dan kini mereka berada di pinggir pantai menyaksikan tenggelamnya bersama-sama. Damar duduk di atas kursi rodanya dan Senja berdiri di samping Damar sambil menatap matahari tenggelam dengan menggunakan kedua mata Damar, dan merasakan setiap hembusan angin yang mereka hirup. Matahari pun sudah benar-benar menenggelamkan cahayanya dan mereka pun berpelukan sambil meneteskan air mata, dan Damar pun merasa sangat bahagia karena bisa merasakan bahwa wanitanya kini dapat tersenyum kembali. Dan akhirnya Damar pun melamar Senja di pinggir pantai.
























1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Ini klasik skali, tapi penggambaran suasanya baik, diksinya pun pas. Lanjutkan! :)