PEMANCINGAN
KELAPA DUA
Sekitar
pukul sembilan pagi, saya dan
ayah berada di pemancingan Kelapa Dua. Pemancingan yang berada tepat di
persimpangan jalan Kelapa dua ini memiliki panjang sekitar 50 meter dan lebar
15 meter, pemancingan ini sedikit demi sedikit
sudah mulai dipadati oleh para pemancing yang memang sering menghabiskan waktu
liburannya di pemacingan Kelapa Dua ini. Pada pukul
sembilan seperti ini pemancingan sudah mulai dibuka, satu persatu dari
para pekerja pemancingan sedang sibuk merapikan saung-saung yang memang menjadi
tempat para pemancing untuk duduk dan menunggu ikan tangkapanya.
Para
pekerja sudah selesai merapikan tempat pemancingan dan halaman parkir pun sudah
di penuhi oleh kendaraan dari para pemancing. Sebagian dari mereka datang
bersama keluarganya tetapi tidak sedikit pula yang datang hanya seorang diri,
mereka lalu bergegas masuk ke area pemancingan dan memilih saung untuk tempat
mereka memancing. Saung yang terdiri dari sepuluh buah ini semuanya terbuat
dari bambu yang berwarna kuning kecoklatan, setiap saung memiliki keunikan
masing-masing. Saung pertama sampai kelima yang berada di sebelah kiri yang
memiliki ukuran lebih lebar diberi hiasan patung ikan patin dengan warna merah
mencolok, sedangkan di saung sebelah kanan yang memiliki ukuran tidak terlalu
besar dibandingkan sebelah kiri diberi hiasan patung ikan bawal dengan warna
kuning keemasan. Aku dan ayah memilih duduk di bawah saung dengan hiasan ikan
bawal yang ukurannya tidak terlalu besar, karena aku hanya datang berdua dengan
ayah dan dari sini aku bisa melihat pemandangan danau yang begitu luas.
Para
pedagang makanan, minuman dan juga perlengkapan alat pancing yang memang berada
di dalam pemancingan itu, satu demi satu
sudah mulai membuka warung mereka. Hampir semua rumah makan yang berada dalam
pemancingan ini menjual aneka varian ikan bakar. Ada pula pedagang yang
menawarkan berbagai perlengkapan alat pancing, dan tidak sedikit pula pedagang
ikan hias yang mencari peruntungan di pemancingan kelapa dua ini. Sepanjang
jalan pemancingan dipadati oleh pedagang tanaman hias, mulai dari ujung jalan
Kelapa Dua sampai menuju kampus Gunadarma yang memang tepat berada di depan
gerbang pemancingan.
Air
yang berada dalam pemancingan ini merupakan aliran air dari danau Kelapa Dua
yang memang berada di wilayah utara, aliran air itu tidak hanya digunakan
sebagai tempat pemancingan tetapi juga dijadikan objek wisata keluarga, di
belakang pemancingan terdapat kolam renang yang cukup luas, biasanya kolam
renang itu akan dibuka sekitar pukul sebelas
siang. Di samping pemancingan para petugas sedang sibuk merapikan
beberapa permainan air yang sebentar lagi akan diramaikan oleh para pengunjung,
disana terdapat dua buah perahu karet sedang, lima buah permainan bebek-bebek
air, dan tiga buah balon-balon besar. Di loket permainan itu sudah banyak
anak-anak kecil yang mengantre untuk membeli tiket dan menaiki permainan air
tersebut, lima menit kemudian para
petugas sudah selesai merapikan dan anak-anak kecil yang sudah menunggu itu
akhirnya bisa menaiki permainan air.
Hari sudah menjelang siang,
pada saat sekarang ini pengunjung semakin bertambah banyak. Ayahku masih sibuk
dengan alat pancingnya. Perutku sudah berbunyi dan menunjukan tanda-tanda
lapar, akhirnya aku meninggalkan ayahku dan memutuskan untuk mencari makan.
Mataku terarah kepada seorang bapak tua dengan menggunakan kaos oblong dan juga
sebatang rokok yang berada di tangannya yang membuat dia tidak henti-hentinya
mengepulkan asap rokoknya ke udara. Bapak tua itu menuju saung ikan patin, aku
pun mengikuti arah langkahnya, terdengar sayup-sayup suara tawa yang begitu
ramai dari dalam saung tersebut. Ternyata di dalam saung itu banyak sekali
bapak-bapak yang sedang melemparkan alat pencingnya ke dalam kolam pemancingan.
Setiap mereka mendapatkan ikan, mereka akan tertawa dengan riangnya dan selalu
berkata kepada teman sebelahnya “Gua yang
dapet..”. Aku baru menyadari bahwa mereka sedang mengikuti perlombaan
memancing, perlombaan ini memang rutin diadakan setiap akhir bulan, aku
beruntung sekali bisa menyaksikan perlombaan ini. Pemenang dalam perlombaan ini
akan membawa hasil tangkapan ikan dari seluruh peserta dengan gratis dan
ternyata yang memenangkan lomba adalah si bapak tua dengan menggunakan kaos
oblong yang ku temui tadi.
Karena
asik melihat perlombaan memancing aku jadi lupa dengan perut laparku. Aku pun
meninggalkan perlombaan itu dan lanjut untuk mencari makan. Aku melihat sebuah
rumah makan yang memang tepat berada di sisi danau. Rumah makan itu sangat unik
sekali, semuanya terbuat dari bambu. Aku memilih duduk di pojok kiri dekat
permainan bebek-bebek air, pemandangan indahnya danau sangat terlihat sekali di
sini. Hembusan angin yang sangat kencang membuat aroma ikan bakar sangat terasa
di hidungku dan membuatku tidak berhenti mengambi nafas panjang untuk menghirup
aromanya.
Setelah
mengisi perutku yang lapar tadi, aku langsung mengahampiri ayah dan melihat
hasil tangkapan ayah. Ayah hanya mendapat dua buah ikan bawal yang tidak
terlalu besar. Di saung sebelahku aku melihat seorang anak laki-laki yang
berbadan besar yang sedang serius menatap alat pancingnya dengan menopang dagu
di tangannya, dia sama sekali tidak menyentuh alat pancing itu. Sekali-kali dia
terlihat mengerutkan kening sambil menghela nafas panjang dan terduduk lemas. Lima menit berselang anak itu melompat dari
tempat duduknya dengan mengejutkan ku. Ternyata dia melompat kegirangan karena
mendapatkan seekor ikan patin kecil. Anak itu lalu berkata “Hore...dapet
ikan, Hore.. dapet ikan”, kata-kata itu terus ia ucapkan sampai akhirnya dia pergi menuju
kasir. Waktu sudah menunjukan pukul tiga. Aku dan ayahku
memutuskan untuk pulang dan meninggalkan pemancingan. Sebelum pulang ayah harus
membayar ikan hasil tangkapannya ke kasir dekat halaman parkir. Kedua ikan
bawal hasil tangkapan ayah memiliki berat satu kilo dan ayah harus membayar
seharga 25.000 rupiah.
Sore harinya sekitar pukul lima, aku bersama seorang
temanku sedang berjalan-jalan menikmati udara sore hari dengan mengayuh sepeda.
Kami berjalan melewati pemancingan Kelapa Dua. Ada pemandangan berbeda di
halaman parkir pemancingan. Tempat parkir yang tadi siang digunakan untuk mobil
dan motor kini berubah menjadi sebuah pasar malam yang ramai dengan dipenuhi
para pedagang lesehan ataupun pedagang dengan menggunakan gerobak. Para
pedagang itu tidak hanya berada di halaman parkir pemancingan, tetapi juga
banyak dari mereka yang berdagang di pinggir pemancingan atau di sisi trotoar
jalan. Sebagian besar yang berdagang di sisi jalan itu adalah para pedagang
sepatu dan sandal, sedangkan yang berada di dalam parkiran adalah para pedagang
sayur, pedagang buah, pedagang kaset, dan juga para pedagang baju.
Setelah adzan maghrib, pengunjung di pasar malam itu bertambah ramai dan juga sangat
padat. Lampu-lampu neon yang berada di setiap lapak para pedagang menjadikan
malam ini menjadi lebih terang, alunan musik dari pedagang kaset mengiringi
langkahku untuk masuk lebih dalam menuju lapangan parkir pemancingan. Aku
bersama temanku sedang mengantre untuk membeli secangir es krim vanila segar, pedagang
es krim itu menjajakan dagangannya dengan mengunakan mobil kijang tua berwarna
merah marun. Ketika aku sedang menunggu antrean es krim, aku melihat di
seberang jalan tepatnya di depan kampus Gunadarma banyak sekali orang
berkumpul, sepertinya mereka sedang melihat aksi tontonan yang begitu seru.
Suara tepuk tangan dan juga sorak-sorai dari mereka semua, membuat aku semakin
penasaran dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi disana.
Es krim vanila sudah
berada di tanganku, aku pun langsung mengajak temanku untuk melihat apa yang
sedang terjadi di seberang sana. Aku sama sekali tidak bisa melihat apa yang
membuat mereka tertawa dikarenakan penonton yang penuh sesak dan juga postur
badan mereka yang terlalu tinggi membuatku harus berjinjit untuk dapat melihat
semua. Sekilas nampak sosok anak muda berbadan kekar dengan membawa obor api di
tangan kanannya, sekali-kali dari mulut anak muda itu keluar semburan api panas
yang begitu besar. Mataku kini beralih ke sebelah pemuda itu dan melihat
seorang gadis cantik sedang duduk di kursi dengan tangan dan kaki diborgol dan
juga mulut yang disekap oleh kain berwarna hitam. Gadis itu kemudian di masukan
ke dalam kotak sedang yang hanya bisa ditempati oleh dirinya saja. Di sebelah
kotak sudah berdiri seorang bapak tua dengan membawa pisau berukuran besar dan juga
tajam, pisau itu kini ia tusukan ke dalam kotak yang memang di dalam kotak itu
berisi seorang gadis cantik yang sudah diborgol tadi. Semua pisau sudah
ditusukkan ke dalam kotak, tetapi ketika kotak itu dibuka gadis cantik itu
keluar dengan keadaan sama seperti sebelumnya. Benar-benar tidak ada luka sama
sekali, para penonton semakin bertepuk tangan kagum. Ternyata itu semua adalah
atraksi sulap. Aku baru pertama kali melihat aksi sulap yang memang berada di
tengah-tengah pasar malam.
Hari sudah semakin malam. Ketika aku dan temanku melewati
pemancingan, langkahku terhenti sejenak untuk menikmati keindahan lampu-lampu
lilin yang berada di tiap meja-meja makan para restoran seafood yang aku lihat
tadi siang. Suasana ini benar-benar sangat romantis dengan dibalut taburan
bintang yang nampak terang dari kejauhan. Di dalam saung pemancingan juga
terlihat cahaya terang dari lampu petromak yang menggantung di sisi saung. Pada
jam segini masih ada saja orang yang
memancing. Ternyata setelah aku tanyakan kepada petugas parkir memang
pemancingan ini ditutup sampai jam sepuluh malam, dikarenakan pemancingan
ini tutup sampai larut malam membuat para pemancing mania selalu saja datang ke
pemancingan ini tanpa kenal waktu.
Sebentar lagi pukul sepuluh malam.
Semua aktifitas yang berada di kawasan Kelapa Dua itu akan berakhir. Restoran
yang memiliki lampu lilin yang begitu indah kini satu persatu sudah mulai
dipadamkan, lampu-lampu petromak yang berasal dari saung pemancingan kini sudah
tidak terlihat lagi cahaya kemerahannya, sedangkan lapak dari para pedagang
pasar malam kini sudah mulai dibongkar dan mereka semua telah bersiap-siap
untuk pulang dengan membawa uang hasil dagangan mereka. Akan tetapi keesokan
harinya tempat ini akan tetap menjadi halaman parkir yang di tempati oleh mobil
dan juga motor milik para pemancing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar