PASAR SERPONG
Agnes Lidya
Sekitar
pukul sembilan pagi,
saya dan ibu saya mengunjungi pasar Serpong. Halaman parkir pasar yang
membentang dari utara ke selatan di sepanjang tepi kiri Jalan Raya Serpong, dengan
panjang sekitar 80 meter dan lebar 8 meter, sedikit demi sedikit sudah mulai di
penuhi oleh para pedagang yang berjualan di pinggir jalan seperti pedagang
sayuran, kue, dan sebagainya. Kendaraan mobil dan motor diparkir di halaman itu
sudah mulai penuh.
Sepanjang
pagar yang membatasi halaman pasar dari Jalan Raya Serpong, pada deretan yang
di dekat pagar ada pangkalan ojek, pedagang beras, pedangang plastik, dan
pedagang buah pisang. Pada deretan dalam kelihatan pedagang bakso, mie ayam, es
campur, ketoprak, nasi padang dan sebagainya yang saling berjauhan satu sama
lain. Pedagang ini ada yang menggunakan gerobak. Di atas pasar kelihatan pedagang baju, celana, peralatan shalat,
seprai yang berjualan di toko-toko. Dan di bawahnya kelihatan para pedagang
sayur, bumbu, daging, ikan segar, buah, telur dan sebagainya. Dagangan mereka di simpan di atas meja yang disusun secara
teratur.
Para pedagang nasi sudah siap melayani
pelanggannya. Di sekeliling meja pedagang nasi diletakan bangku-bangku panjang.
Para pedagang yang menggunakan gerobak lainnya melakukan hal yang sama. Orang-orang
sibuk menurunkan sayur mayur seperti kangkung, bayam, daun singkong, cabe, kol,
kacang panjang, dan sebagainnya dari truk mini, dan meletakkannya begitu saja
di deretan pagar.
Siang
ini kelihatan banyak orang yang berbelanja walaupun panas orang-orang tetap
berdatangan ke pasar Serpong. Di dalam pasar kelihatan orang yang sedang makan.
Di ujung kanan, di dekat tangga terdapat banyak tumpukan sampah, yang
menyesakkan nafas. Tercium sampai ke tempat parkiran. Bau itu tercium ketika pukul sebelas siang, saya
dan ibu saya mampir di pasar untuk belanja sayuran. Cuaca yang cukup panas dan
kami membeli es campur karena kehausan. Pukul setengah duabelas kami duduk di dalam pasar,
karena di sanalah beberapa mangkalnya tukang minuman dan makanan, tidak jauh
dari tumpukan sampah. Para pembeli pun cukup banyak.
Terlihat
seorang pengemis yang sedang duduk di tangga, sambil membawa tas kecil dan aqua gelas kosong untuk menyimpan uang.
Banyak yang memasukan uang ke dalam aqua yang di bawa oleh pengemis itu.
Walaupun panas pengemis itu tetap duduk di tangga, demi mendapatkan uang dari
orang-orang. Seorang perempuan sedang mencari sampah botol aqua, dimasukkan ke
dalam karung yang dibawanya di punggungnya. Tidak ada yang memperhatikannya,
kecuali saya. Namun saya dan ibu saya menikmati es campur.
Pada
pukul dua, sebuah
gerobak pedagang sate padang didorong pergi.
Kosong habis terjual. Pedagang gorengan yang dekat dengan tukang sate
padang itu juga sudah merapihkan dagangannya. Seorang penjaga tiket terlihat
lebih semangat, karena makin siang para pengunjung pasar makin ramai saja.
Seorang penjaga kebersihan, dengan sapu lidi dan pengki mulai menyapu sampah
yang ada di halaman pasar. Dengan padatnya pengunjung pasar, petugas kebersihan
sulit untuk membersihkannya dan jalur lalu-lintas itu padat dengan pembelanja dan
kuli-kuli yang sibuk mengangkutkan barang ke dalam pasar.
Pukul empat sore, tidak
banyak pengunjung yang datang ke pasar karena para penjual sayur, daging, dan
ikan segar sudah habis. Jarang sekali para pembeli yang datang sore, hanya ada
pedagang kelapa dan telur saja yang yang masih buka. Selainnya sudah tutup.
Orang-orang datang ke pasar sore itu mengunjungi ke lantai atas untuk membeli
baju, karena hari Minggu para pembeli mengunjungi toko-toko baju.
Tidak
terasa hari sudah sore, matahari tidak terlihat lagi para pedagang sedikit demi
sedikit sudah mulai tutup. Pukul
setengah enam, truk sampah dan petugas kebersihan sudah datang ke pasar,
karena sampah sudah numpuk dan berserakan di halaman pasar maka mereka segera
membersihkannya. Akan tetapi sore itu pengunjungnya sudah mulai sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar