2014/05/02

Review Novel dan Film

NOVEL DAN FILM
BAB I
PENDAHULUAN
1                A.   Pengarang tidak puas
Pengarang amerika Ernest Hemingway, sering dikutip orang sebagai pengarang yang sering kecewa jika novel-novelnya diangkat ke layar putih. Malahan pemenang hadiah nobel ini bersedia membayar biaya yang dikeluarkan produser film, asalkan salah satu film yang didasarkan pada novelnya tidak diedarkan.         
Motinggo Busye dan Armijn Pane pun pernah mengalami kekecewaan serupa. Nama para pengarang yang kurang puas atau kecewa pada film yang didasarkan pada novel atau karyanya ini tentu masih bisa kita perpanjang.
 
2                B.   Penonton kecewa
Sesungguhnya ketidakpuasan dan kekecewaan tadi tidak hanya datang dari pihak pengarang. Penonton film pun sering kecewa menonton film yang didasarkan pada novel-novel tertentu. Seorang kawan penulis, misalkan menyatakan kekecewaannya. 
 
 C.  Tentang Buku Ini 
Mula-mula akan dibahas unsure-unsur yang menjadi tulang punggung sebuah novel, seperti: cerita, alur, penokohan, latar, suasana, gaya, dan tema/amanat. bab III mencoba membicarakan hal-hal yang menyangkut pemindahan novel ke film, yang dalam buku ini disebut ekranisasi.
 
 
D.  Istilah dan Ejaan
Pemindahan atau pengangkatan novel ke film disebut ekranisasi. Istilah yang berasal dari bahasa Perancis ini, menurut penulis lebih tajam daripada istilah adaptasi. Sebab adaptasi bisa berarti hanya mengangkat cerita atau tokoh-tokoh novel, sedangkan ekranisasi berarti pemindahan novel ke layar putih atau dengan kata lain: melainkan novel.


BAB II
NOVEL DAN FILM

1. Cerita
         Menurut Foster, cerita adalah pengisahan kejadian dalam waktu dan cerita adalah basis sebuah novel. Tanpa kehadiran cerita, sia-sialah usaha seorang pengarang untuk berkomunikasi dengan orang lain (pembaca), sebab orang tidak akan menemukan apa-apa dalam novel bersangkutan. Tugas pengaranglah merangkai-rangkainya menjadi saut kesatuan utuh yang kemudian bernama novel. Dalam novel merangkai-rangkaikan kejadian-kejadian, unsur waktu memgang peranan penting. Seorang novelis yang berhasil sudah barang tentu harus dapat membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. “Apa yang terjadi sesudah itu ?” Pertanyaan ini lah yang harus dijawab dengan cerita.
Gambar-gambar dalam film bergerak berkelanjutan di layar putih, sehingga merupakan satu keutuhan cerita. Maka itu, gerak adalah salah satu esensi film. Baik gerak yang ditimbulkan kamera, gerak objek-objeknya, gerak yang ditimbulkan penyususnan gambar (editing), maupun pergerakan tokoh-tokoh yang ada dalam film. Film merupakan media audio-visual, suara pun ikut mengambil peranan di dalamnya. Suara manusia tentu karena pelaku film di dalamnya adalah manusia. Sedangkan musik dibutuhkan untuk memperkuat irama film. Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi. Itulah yang menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks.


2. Alur
Alur merupakan pengisahan kejadian dalam waktu hanya saja harus ditambahkan sebab akibat. Alur adalah pengisahan kejadian dengan tekanan pada sebab-musabab. Dari segi kuantitatif, alur dalam novel dapat dibagi menjadi dua, yakni alur tunggal dan alur ganda. Pada alur tunggal hanya terdapat satu jalinan cerita, sedangkan pada alur ganda terdapat lebih dari satu jalinan cerita. Lazimnya, alur mempunyai bagian-bagian yang secara kenvensional dikenai sebagai permulaan (beginning), pertikaian atau perumitan (rising action), puncak (climax), peleraian (falling action), dan akhir (end).
Pada permulaan, biasanya pengarang memperkenalkan tokoh-tokohnya. Tokoh yang satu dihubungkan dengan tokoh lainnya. Dari perhubungan ini akan terjadi pelbagai persoalan yang makin lama makin memuncak. Walau demikian, seorang novelis tidak selamnay mengikuti urutan-urutan: permulaan, pertikaian atau perumitan, puncak, peleraian, dan akhir cerita. Novel Belenggu (Armijn Pane) misalnya justru dimulai dengan pertikaian, sedangkan novel Atheis dimulai dengan akhir cerita, yakni kematian Hasan.


3. Penokohan
Tokoh dalam novel biasanya manusia. Tetapi kadang-kadang ada juga yang tokohnya binatang. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren cara paling sederhana untuk mengenali tokoh-tokoh novel adalah dengan pemberian nama. Penokohan berfungsi untuk menunjang cerita dan alur atau dengan kata lain penokohan bertugas menyiapkan atau menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan tertentu yang terjadi dalam keseluruhan novel. Penokohan dapat dicapi dengan dua cara, cara analitik atau langsung dan cara dramatik atau tidak langsung. Pada cara analitik, pengarang mengisahkan secara langsung: sifat-sifat, tabiat, latar belakang, pikiran dan perasaan seorang tokoh.
Film pun mempunyai tokoh-tokoh, sebagai pelaku dalam sebuah film. Berlainan denngan cara penampilan tokoh-tokoh dalam novel, film menampilkan tokoh-tokohnya secara langsung dan secara visual. Dengan demikian penokohan secara analitik (langsung) yang dikenal dalam novel, tidak dikenal dalam film. Seperti yang dikatakan Pudovkin yang penting bagi penulis skenario bukanlah kata-kata yang ditulisnya, melainkan imaji visual (visual image) yang ditimbulkan kata-kata itu.


4. Latar
Sebuah kejadian tentu saja terdiri pada suatu ruang, tempat dan kurun waktu tertentu. Kapan dan dimana kejadian itu terjadi ? Inilah pertanyaan yang berkaitan dengan latar. Latar adalah tempat berpijak atau bertumpunya cerita, alur dan tokoh-tokoh novel. Latar dapat menunjang penokohan. Misalnya menerangkan di mana seorang tokoh berada, bagaimana keadaanya kini dan seterusnya.
Latar dalam film ditampilkan secara visual melalui gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan,
Seorang penulis skenario harus hati-hati dalam mencari dan memilih barang-barang atau benda-benda yang paling ekspresif, jelas, dan tepat diantara sekian banyak barang-barang atau benda-benda yang ada dalam kehidupan ini.

5. Suasana
  Dalam membangun suasana cerita, seorang pengarang perlu memperhatikan unsur situasi. Yaitu cocoknya situasi pada saat itu dengan suasana yang diungkapkan. Suasana adalah jiwa dalam sebuah novel. Ia berfungsi menunjang cerita, alur, penokohan dan latar, sehingga novel terasa hidup. Gambar-gambar dalam film bergerak berkelanjutan di layar putih, sehingga merupakan satu keutuhan cerita. Maka itu, gerak adalah salah satu esensi film. Baik gerak yang ditimbulkan kamera, gerak objek-objeknya, gerak yang ditimbulkan penyususnan gambar (editing), maupun pergerakan tokoh-tokoh yang ada dalam film. Film merupakan media audio-visual, suara pun ikut mengambil peranan di dalamnya. Suara manusia tentu karena pelaku film di dalamnya adalah manusia. Sedangkan musik dibutuhkan untuk memperkuat irama film. Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian: musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi. Itulah yang menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks.


6. Gaya
Gaya seorang pengarang bisa diketahui dari karyanya. Seperti yang dikatakan Caryle, “Gaya bukan hanya baju, melainkan kulit pengarang itu sendiri”. Pernyataan ini diperkuat lagi dengan pendapat Buffon, “Gaya adalah orangnya sendiri”. Gaya bahasa eufimisme adalah gaya bahasa dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamnya orang bisa mengatakan sesuatu secara terus terang dan orang mengatakannya dengan kata-kata yang lebih halus namun makna atau maksudnya sama saja. Untuk menyatakan sesuatu secara berlebihan lazim dipakai hiperbola. Untuk mengejek secara halus dipergunakan ironi. Kadang-kadang sifat manusia dipindahkan ke benda-benda mati, gaya bahasa ini disebut personifikasi. Di samping itu, masih ada gaya bahasa inversi, perifrase, pleonasme dan lain-lain.
Dibandingkan dengan novel, film lebih banyak memakai perlambang sebagai alat pengucapannya. Dalam novel mungkin hal ini memerlukan penjelasan panjang lebar dan berhalaman-halaman. Dalam novel dialog menduduki posisi penting. Ia dapat berdiri sendiri secara utuh dan mampu menyampaikan maksud atau pesan pengarang, sehingga dialog merupakan salah satu variasi cara pengisahan dalam novel. Tidak demikian kedudukan dialog dalam film. Alat utama film adalah gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan. Dialog dalam film juga mempunyai fungsi tersendiri. Dua orang yang terlibat dalam satu percakapan misalnya, bisa memberikan informasi bagi penontondari mana asal kedua orang itu. Sorot balik (flashback) dalam film digunakan untuk menunjukkan latar belakang sesuatu.



7. Amanat
Amanat adalah sesuatu yang menjadi pendirian, sikap atau pendapat pengarang mengenai inti persoalan yang digarapnya. Dengan kata lain amanat adalah pesan pengarang atas persoalan yang dikemukakan. Besar kecilnya tema yang digarap tergantung pada pengarang yang bersangkutan. Yang jelas tema yang luas atau besar sudah barang tentu membutuhkan penggarapan atau pengungkapan yang luas dan besar pula. Sebaliknya dengan tema kecil atau sederhana relatif pengarang lebih mudah menggarapnya.

Tidak ada komentar: