Shoft News “profile”
KOMUNIKASI
DOSEN DAN MAHASISWA
Cuaca yang tidak bersahabat. Minggu
(11/1/14) malam itu sunyi sekali, yang terdengar hanyalah gemericik hujan dan
petir yang menyambar-nyambar. Kulihat langit gelap gulita dari jendela, tiada
seorangpun lalu lalang di sekitar kontrakan. Tetes demi tetes air membasahi
bumi. Sejenak terdiam, ingat ada tugas dari dosen. Sejenak terdiam, keluar dari
pikiran mempunyai ide untuk wawancara salah satu dosen di Universitas Pamulang.
Saya termotivasi untuk wawancara beliau.
Ia adalah seorang dosen yang bernama
Nori Anggraini, lebih akrabnya dipanggil dengan sapaan bu Nori. Seorang
perempuan yang bertubuh mungil dan berkulit putih, kelahiran Padangpanjang,
Sumatera Barat pada 20 Oktober. Pendidikannya dimulai dari sekolah Dasar dan
sekolah menengah. Kemudian menyelesaikan S1 di salah satu perguruan tinggi UMSB
angkatan 2008.”Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia” Bukittinggi, Indonesia.
Dilanjutkan S2 di Universitas Gadjah Mada angkatan 2011.”FIB Ilmu Sastra”
Yogyakarta. Hanya itu yang saya tahu tentang beliau.
Tidak lama kemudian terdengar suara
adzan isya’. Hujanpun semakin lebat, bergegas saya menyusun tor buat wawancara
besuk. Suasana yang hening membuat mata sudah tidak bisa menahan kantuk,
akhirnya saya tidur.
Jam menunjukkan pukul 09.300 wib. Mata kuliah jam pertama
telah berlalu. Saya imgat bahwa hari ini
mau wawamcara. Tidak lama kemudian saya menghubungi dosen tersebut. Ternyata
dosen tersebut tidak bisa hadir karena suaminya sedang sakit. Saat itu juga
saya memohon untuk ketemuan dengan dosen tersebut, ia pun tidak bersedia
ketemu. Ia meminta wawancara lewat whatsapp
dan sayapun bersedia.
Untuk wawancara aku memakai washapp
Marya Ulfa atau biasa dipanggil Eva, itulah panggilan akrabnya. Sebelum
wawancara saya dan Eva dari kampus menuju rumah saudara Eva. Karena saat itu
hujan, sebelum sampai di rumah saudaranya kita mampir ke Alfamart membeli mie
instan untuk di masak sendiri. Kita melewati danau ternyata airnya meluap, Eva
pun turun dan jalan kaki karena takut jatuh, sebenarnya saya juga takut tapi
mau bagaimana lagi, kan saya bawa motor jadi mau tidak mau harus mengendarai
motor melalui banjir. Eva belum juga sampai, sayapun menunggu dia di tepi. Tidak
lama kemudian dia menghampiriku dan kita langsung bergegas melanjutkan
perjalanan. Sampailah kita di rumah saudaranya.
Setelah sampai pintu ternyata
tertutup rapat, tidak ada orang. Biasanya kalau tidak ada orang kunci dititipin
tetangga. Eva lalu bergegas untuk mengambil kunci tersebut dan saya di depan
rumah saudaranya. Tidak lama kemudian, dia datang membawa kunci dan langsung
membuka kunci. Lalu kita masuk, dalam rumah seperti kapal pecah, semuanya
berserakan di lantai. Mungkin saudara Eva belum sempet membereskannya dan
langsung berangkat kerja.
Setelah masuk sayapun langsung duduk
di sofa, lalu Eva mengambil tikar untuk digelar di lantai. TV dinyalakan.
Istirahat sambil nonton TV, Eva kelihatan sibuk di dapur membuat mie instan
yang kita beli. Sambil menunggu mie matang, saya memulai wawancara memakai hp
Eva. Wawancarapun dimulai.
Minyinggung komunikasi doesn dengan
mahasisiwa, ia berpendapat:
“Sudah lumayan bagus... komunikasi antar
mahasiswa dan dosen sudah terjadi baik dalam situasi formal dan non-formal”.
Tuturnya.
Agar terjadi komunikasi yang baik
dan benar antara dosen dan mahasiswa, harus saling menghormati. Seperti yang
dikatakan:
“.......
tanpa membeda-membedakan satu dosen
dengan dosen yang lain, satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lain....”. komunikasi
antara dosen dan mahasiswa harus terjaga.
“Komunikasi harus sesuai dengan posisi kita
sebagai insan di dunia akademis, moralitas, sopan santun tapi tetap dalam
suasana keakraban mesti terjaga...”.
Biasanya dalam berkomunikasi selalu
ada hambatan, itu yang menjadi dosen dan mahasiswa kurang berkomunikasi. “Idealis yang tinggi, selalu merasa benar
sendiri akan menjadi hambatan dalam komunikasi...”. untuk mengatasi hal itu
setiap orang berhak mengeluarkan pendapat dan harus saling menghargai walaupun
pendapat diterima atau tidak.
“Setiap individu harus menanamkan bahwa
setiap orang berhakuntuk berpendapat, memberikan masukan danperlu dihargai...”
“Kalau terjadi beda pendapat, harus
disampaikan secara terbuka dihadapan dosen bersebut dengan cara yang baik,
tidak hanya menerimaha di kelas lantas di luar kelas bicara dengan dosen lain,
yang mungkin akan menjadikan persoalan jadi ngambang,.......”. tuturnya.
Beliaupun pernah mengalami masalah komunikasi
anatara mahasiswa maupun dosen. Dengan sikap yang bijak ia pun menyikapinya
dengan sabar dan lapang dada. Suatu masalah yang diselesaikan dengan emosi
tidak akan membuahkan hasil hanya akan memperkeruh keadaan. “.... namun saya memahami itu adalah proses pendewasaan
berfikir......”
“Kedewasaan berfikir, toleransi, dan
menjadikan sasindo adalah rumah kita bersama, menganggap semua elemen penting
dan saling menghargai....”. Komunikasi dosen dan mahasiswa sangat penting,
agar terjalin keakraban dan saling menghormati.
Tidak terasa, akhirnya wawancara
wawancara lewat Whatsapp pun sudah
selesai. Pikiran terasa plong saat selesai melakukan wawancara. Segera ku susun
hasil wawancara ini dan mempostingnya di
blogger “Wadah Pena Sastra”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar