2013/12/28

Berita Soft News


MAHASISWA PECINTA ALAM DI UNPAM

Pencinta Alam, seringkali diidentifikasikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan alam. Menjelajah gunung, menyusuri gua, mengarungi keajaiban ,dasar samudera, merambah belantara nan sunyi dan sederet kegiatan ‘alam’ lainnya. Saya akan mencoba menuliskan beberapa pendapat mahasiswa Universitas Pamulang mengenai gunung dan makna dari pecinta alam itu sendiri. Berikut wawancara saya dengan beberapa mahasiswa Universitas Pamulang.

Guntur mulai menyukai mendaki gunung semenjak sampai di rumah setelah pendakian pertamanya ke gunung MT. Gede Pangrango 2916mdpl. “Sejak saya sampai di rumah sepulang dari pendakian pertama saya ke satu gunung yaitu Pangrango, saya mulai cinta dengan gunung dan jalur pendakiannya, juga mulai merasakan rindu pada malam berbintang di atas gunung”.

 Namun ada pula yang berpendapat bahwa  tidak semua pendaki gunung itu dikatakan sebagai pecinta alam. Bukan berarti setiap pendaki gunung bisa dikatakan pencinta alam buktinya saya, saya tidak mau ikut komunitas-komunitas pencinta alam, saya bilang , saya pendaki gunung saya tidak mau dibilang “Pencinta alam” saya hanya “Penikmat Alam”. Ujar Fuad (Fakultas Ekonomi) sambil meneguk kopi yang ada di sampingnya. Kemudian saat saya bertanya gunug terjauh yang pernah didakinya dia hanya menjawab “MT. Merapi 2967mdpl , sebelum letusan”.

Berbeda dengan Fuad atau Guntur, Iqbal salah satu mahasiswa Unpam jurusan Sastra Indonesia dia memberikan pendapatnya sendiri mengenai makna atau tujuan dari pendakian gunung itu “Suasana kebersamaan , tahu siapa dirimu yang sebenarnya, dan yang paling penting di atas gunung kita bisa lebih dekat dan merasakan Sang Pencipta Alam itu. Sujud syukur dan berterimakasih kepada sang Maha Pencipta karena alam dapat saya gunakan , dapat saya manfaatkan untuk berolahraga di alam bebas. Serta menikmati udara sejuk yang tidak bisa saya dapatkan di kota-kota kelam”. Ujarnya dengan nada santai sambil menghirup udara di sore itu.

Namun mereka bertiga ternyata tidak pernah mengikuti komunitas pecinta alam yang ada di kampus, mereka hanya sekedar kumpul-kumpul bersama teman-temannya yang juga suka mendaki gunung. Bahkan bila diberi kesempatan untuk menjadi ketua MAPALA, mereka pun belum siap menerimanya . Karena menurut mereka masih banyak yang belum mereka pelajari tentang alam. “Tidak ada, paling hanya sekedar teman ngopi-ngopi dari sesama pendaki dan bertukar cerita tentang pendakiannya. Dan soal ketua MAPALA, masih banyak yang harus saya pelajari tentang alam, karena sangat sulit mempelajari alam yang tidak mungkin bisa diprediksi. Jadi saya belum siap kalau untuk menjadi ketua MAPALA”. Ujar Guntur (Fakultas Ekonomi). Senada dengan Guntur, Fuad dan Iqbal pun belum siap bila ditunjuk sebagai ketua MAPALA di kampus.

Bahkan kebanyakan para pendaki gunung tidak akan merasakan bosan bila harus kembali ke gunung yang sudah pernah ia daki. “  Tidak ada rasa bosan sama sekali, malah sebaliknya saya akan sangat rindu bila harus pulang ke rumah dan tidak balik lagi kesana”. Ujar Iqbal dengan nada menegaskan bahwa dia sangat mengagumi alam.

Kemudian saya bertanya kembali mengenai pecinta alam sejati itu seperti apa? dengan santai mahasiswa berjaket hitam yang menggunakan syal dilehernya itu  menjawab “Pencinta alam yang tidak hanya cinta alam saat bersama kelompoknya saja, dia harus bisa cinta alam secara individu atau pribadinya tanpa ada yang memperhatikannya sekalipun. Karena kebanyakan pecinta alam yang ecek-ecek itu hanya ingin action di depan kamera”. Ujar Fuad yang senada dengan jawaban Guntur waktu saya mewawancarainya.

“Pencinta alam kan kegiatannya bukan hanya mendaki gunung. Hanya saja kebanyakan pemikiran orang yang tidak tahu mengatakan “Pencinta Alam” sama dengan naik gunung”. Jawaban Iqbal itu yang mempertegas bahwa tidak selamanya pecinta alam itu berarti pendaki gunung. “Kita mencintai alam itu bukan hanya dengan cara mendaki gunung saja, tapi dengan cara hal kecil saja, seperti membuang sampah pada tempatnya itu juga sudah menandakan bahwa kita mencintai alam dan lingkungan sekitar”. Ujar Guntur menambahkan jawaban Iqbal.

Karena kesukaannya mendaki gunung, Guntur sering meninggalkan kuliahnya. Kegiatannya bukan hanya sebagai mahasiswa saja dia juga seorang karyawan di salah satu mall. Jadi, dalam satu tahun dia hanya bisa pergi mendaki lima kali, karena harus membagi waktu antara kuliah dan bekerja. “saya tinggalkan kuliah saya, kebetulan di Universitas saya jam kuliah saya bisa dikejar dengan absen jalan, dan karena saya juga harus membagi waktu dengan kuliah dan bekerja, jadi saya bisa mendaki lima kali dalam setahun saja sudah bersyukur”.

Dan saya menyukai kata-kata yang dilontarkan oleh Guntur diakhir wawancara saya dengannya. “Masih banyak lagi yang saya tidak bisa ceritakan ketika saya ada di tengah alam , masih banyak pertanyaan yang saya sendiri pun bingung untuk menjawabnya. Tapi kalau memang kamu masih banyak ingin tahu tentang pendaki gunung, ikutlah dengan saya dan kamu akan mendapatkan jawaban yang tidak bisa saya jawab dengan lisan”.

Angle              : Mahasiswa Pendaki Gunung
Narasumber     : Guntur Nur S                        ( Manajemen )
                         Fuad                            ( Manajemen )
 Muhammad Iqbal Hikmatyar ( Sastra Indonesia )

1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Ingat 5 W + 1 H, tujuan dalam menulis apa?