MAHASISWA
PECINTA ALAM DI UNPAM
Pencinta
Alam, seringkali diidentifikasikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan
alam. Menjelajah gunung, menyusuri gua, mengarungi keajaiban ,dasar samudera,
merambah belantara nan sunyi dan sederet kegiatan ‘alam’ lainnya. Saya akan
mencoba menuliskan beberapa pendapat mahasiswa Universitas Pamulang mengenai
gunung dan makna dari pecinta alam itu sendiri. Berikut wawancara saya dengan
beberapa mahasiswa Universitas Pamulang.
Guntur mulai menyukai mendaki gunung
semenjak sampai di rumah setelah pendakian pertamanya ke gunung MT. Gede
Pangrango 2916mdpl. “Sejak saya sampai di rumah sepulang dari pendakian pertama
saya ke satu gunung yaitu Pangrango, saya mulai cinta dengan gunung dan jalur
pendakiannya, juga mulai merasakan rindu pada malam berbintang di atas gunung”.
Namun ada pula yang berpendapat bahwa tidak semua pendaki gunung itu dikatakan
sebagai pecinta alam. “Bukan berarti
setiap pendaki gunung bisa dikatakan pencinta alam buktinya saya, saya tidak
mau ikut komunitas-komunitas pencinta alam, saya bilang , saya pendaki gunung
saya tidak mau dibilang “Pencinta alam” saya hanya “Penikmat Alam”. Ujar Fuad (Fakultas Ekonomi) sambil
meneguk kopi yang ada di sampingnya. Kemudian saat saya bertanya gunug terjauh
yang pernah didakinya dia hanya menjawab “MT. Merapi 2967mdpl , sebelum
letusan”.
Berbeda dengan Fuad atau Guntur,
Iqbal salah satu mahasiswa Unpam jurusan Sastra Indonesia dia memberikan
pendapatnya sendiri mengenai makna atau tujuan dari pendakian gunung itu “Suasana
kebersamaan , tahu siapa dirimu yang sebenarnya, dan yang paling penting di
atas gunung kita bisa lebih dekat dan merasakan Sang Pencipta Alam itu. Sujud
syukur dan berterimakasih kepada sang Maha Pencipta karena alam dapat saya
gunakan , dapat saya manfaatkan untuk berolahraga di alam bebas. Serta
menikmati udara sejuk yang tidak bisa saya dapatkan di kota-kota kelam”.
Ujarnya dengan nada santai sambil menghirup udara di sore itu.
Namun mereka bertiga ternyata tidak
pernah mengikuti komunitas pecinta alam yang ada di kampus, mereka hanya
sekedar kumpul-kumpul bersama teman-temannya yang juga suka mendaki gunung.
Bahkan bila diberi kesempatan untuk menjadi ketua MAPALA, mereka pun belum siap
menerimanya . Karena menurut mereka masih banyak yang belum mereka pelajari
tentang alam. “Tidak ada, paling hanya sekedar teman ngopi-ngopi dari sesama
pendaki dan bertukar cerita tentang pendakiannya. Dan soal ketua MAPALA, masih
banyak yang harus saya pelajari tentang alam, karena sangat sulit mempelajari
alam yang tidak mungkin bisa diprediksi. Jadi saya belum siap kalau untuk
menjadi ketua MAPALA”. Ujar Guntur (Fakultas Ekonomi). Senada dengan Guntur,
Fuad dan Iqbal pun belum siap bila ditunjuk sebagai ketua MAPALA di kampus.
Bahkan kebanyakan para pendaki
gunung tidak akan merasakan bosan bila harus kembali ke gunung yang sudah
pernah ia daki. “ Tidak ada rasa bosan sama sekali,
malah sebaliknya saya akan sangat rindu bila harus pulang ke rumah dan tidak
balik lagi kesana”. Ujar Iqbal dengan nada menegaskan bahwa dia sangat
mengagumi alam.
Kemudian saya bertanya kembali
mengenai pecinta alam sejati itu seperti apa? dengan santai mahasiswa berjaket
hitam yang menggunakan syal dilehernya itu
menjawab “Pencinta alam yang tidak hanya cinta alam saat bersama kelompoknya
saja, dia harus bisa cinta alam secara individu atau pribadinya tanpa ada yang
memperhatikannya sekalipun. Karena kebanyakan pecinta alam yang ecek-ecek itu
hanya ingin action di depan kamera”. Ujar
Fuad yang senada dengan jawaban Guntur waktu saya mewawancarainya.
“Pencinta alam kan kegiatannya bukan
hanya mendaki gunung. Hanya saja kebanyakan pemikiran orang yang tidak tahu
mengatakan “Pencinta Alam” sama dengan naik gunung”. Jawaban Iqbal itu yang
mempertegas bahwa tidak selamanya pecinta alam itu berarti pendaki gunung. “Kita
mencintai alam itu bukan hanya dengan cara mendaki gunung saja, tapi dengan
cara hal kecil saja, seperti membuang sampah pada tempatnya itu juga sudah
menandakan bahwa kita mencintai alam dan lingkungan sekitar”. Ujar Guntur
menambahkan jawaban Iqbal.
Karena kesukaannya mendaki gunung,
Guntur sering meninggalkan kuliahnya. Kegiatannya bukan hanya sebagai mahasiswa
saja dia juga seorang karyawan di salah satu mall. Jadi, dalam satu tahun dia hanya bisa pergi mendaki lima
kali, karena harus membagi waktu antara kuliah dan bekerja. “saya tinggalkan
kuliah saya, kebetulan di Universitas saya jam kuliah saya bisa dikejar dengan
absen jalan, dan karena saya juga harus membagi waktu dengan kuliah dan bekerja, jadi
saya bisa mendaki lima kali dalam setahun saja sudah bersyukur”.
Dan saya menyukai kata-kata yang
dilontarkan oleh Guntur diakhir wawancara saya dengannya. “Masih banyak lagi
yang saya tidak bisa ceritakan ketika saya ada di tengah alam , masih banyak
pertanyaan yang saya sendiri pun bingung untuk menjawabnya. Tapi kalau memang
kamu masih banyak ingin tahu tentang pendaki gunung, ikutlah dengan saya dan
kamu akan mendapatkan jawaban yang tidak bisa saya jawab dengan lisan”.
Angle :
Mahasiswa Pendaki Gunung
Narasumber :
Guntur Nur S (
Manajemen )
Fuad ( Manajemen )
Muhammad Iqbal Hikmatyar ( Sastra
Indonesia )
1 komentar:
Ingat 5 W + 1 H, tujuan dalam menulis apa?
Posting Komentar