2013/07/01

CERPEN CINTA

WITING TRESNO JALARAN SOKO KULINO
Oleh: Agus Ahmad Salim Zajar

s
elalu. Setiap pagi. Ucapan “selamat pagi” diucapkannya kepadaku. Fitri memanggilku dengan sebutan “Salim”, bagiku panggilan itu adalah sebutan teristimewa darinya. Panggilan itu sebenarnya nama tengahku sendiri, tetapi tidak ada satu orang pun yang memanggilku dengan sebutan itu. Setengah bulan sebelum hari ini, Fitri memanggilku dengan sebutan “mas kece”.
Sebelum panggilan itu muncul, banyak hal yang aku alami dengan kekasihku itu, Fitri. Awalnya kupikir ia hanya sekedar mengagumi parasku, tetapi seiring dengan berjalannya waktu aku mulai mengenalnya dalam diam.
            Entah siapa yang memulai, semua berawal dari ujaranku kepada Agung tentang ketidakmungkinan aku untuk berpacaran dengan teman sekelasku sendiri. Ketika itu kami sedang bercerita di dalam kamar kostku.
gue gak mungkin Gung pacaran sama teman satu kelas” jelas Salim tegas kepada Agung.
“Loh, kenapa nggak? Dia baik, dan kelihatannya dia benar-benar suka sama lo
nggak!”
“kenapa gak lo coba dulu aja buka hati buat dia?”
“Fitri itu terlalu mau instan, sedangkan gue maunya kenal dulu aja”
            Selalu saja perempuan itu mengganggu waktuku dengan terus mengirimkan bbm atau pun sms, tidak pernah kubalas. Tanpa jera terus ia lakukan sekedar mengingatkanku untuk makan, menjaga kesehatan dan sholat. Tetapi ketika di dalam kelas wajahnya tak pernah sesekali melihat wajahku. Seperti berpura-pura tidak kenal. Entah apa yang ia maksudkan berperilaku seperti itu.
            Senja menutup hari ketika aku terbaring lemas di tempat tidur dengan suhu badanku yang panas tak juga turun, kepalaku pening, pandanganku seakan berdimensi lebih untuk melihat benda di sekitarku. Berita ini sampai kepada Fitri, dia amat cemas. Menjelang adzan isya berkumandang, ia datang menjinjing beberapa kantong plastik berjalan tergesa masuk ke dalam kamarku bersama Jeje temannya. Wajahnya tampak letih, bajunya lusuh karena kehujanan, matanya seakan menjelaskan capeknya ia saat ini.
“Buka dong isinya!” paksanya.
“Ini apa? Kenapa banyak sekali?”
“Sudahlah.. jangan bawel! Ini air kelapa muda untuk penurun panas, minyak gosok untuk menghangatkan badan dan rawon untuk makan sebelum minum obat.”
            Fitri sangat memperhatikanku, tetapi aku tetap menganggapnya sebatas teman perempuan.  Bukan hanya dia yang ketika itu mengejar-ngejar cintaku, beberapa perempuan juga melakukan hal yang sama. Mereka mendekatiku, memberi perhatian namun aku cukup memberi sedikit harapan. Perlahan mereka mundur. Ada yang jadian dengan laki-laki lain, ada yang balikan dengan mantan pacarnya dan ada pula yang mundur tanpa alasan sekali pun. Tetapi tidak untuk Fitri hingga akhirnya Salim membuka hati untuknya. “Witing tresno jalaran soko kulino” karna sering bertemu dan lebih dekat maka cinta itu akan muncul dengan sendirinya.
             .  

Tidak ada komentar: