Malin
Kundang
Kisah
asli dapat di lihat :
Ada
sebuah desa di pesisir pantai pualu Sumatra. Hidup keluarga nelayan yang
sederhana keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak laki-laki
yang diberi nama Malin Kundang dan Malin Suning mereka berdua adalah anak yang
kembar. Kundang dan Suning dibesarkan oleh sang ibu dari kecil, karena sang
ayah telah meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.
Sang
ibu bekerja sebagai penjual ikan di pasar. Demi menghidupi ke dua anak
laki-lakinya. Sang ibu sebagai orang tua tunggal berusaha untuk selalu berlaku
adil kepada kedua anaknya, Kundang dan Suning. Mereka memiliki prilaku yang sangat berbeda, Kundang
merupakan seorang yang pendiam sedangkan Suning merupakan orang yang aktif dan
nakal. Meskipun begitu mereka adalah anak laki-laki yang banyak disukai oleh
masyarakat desa nelayan dimana tempat mereka tinggal.
Kundang
dan Suning memiliki ketampanan yang menjadi perbincangan di kalangan anak gadis
di desa tempat mereka tinggal, dan pada saat remaja Kundang yang selalu ramah
tamah dan sikapnya yang lemah lembut banyak yang menyukainya, tetapi Kundang
mempunyai perinsip dalam hidupnya, apabila dia bulum mendapatkan uang yang
banyak dia tidak akan mendekati wanita mana pun. Berbeda dengan Suning yang
selalu berganti-gantin wanita. Suatu hari Kundang sebagai kakak menasihati
adiknya Suning meskipun mereka hanya berbeda beberapa menit dalam peroses
kelahirannya, tetapi jiwa sebagai seorang kakak memang telah dimiliki Kundang.
Kundang menasehati Suning agar ikut membantu sang ibu berjualan di pasar atau
ikut melaut mencari ikan bersama Kundang. Tetapi Suning menolak ajakan Kundang
untuk mencari uang. Dia berfikir asalkan di rumah tersedia makanan maka mereka
masih berkecukupan.
Kundang
pun tidak bias berbuat apa-apa dan memang sudah menjadi tugasnya sebagai
pengganti ayahnya untuk bekerja membantu sang ibu. Pada suatu hari sang ibu
terkena penyakit yang membuat badannya terasa lemas apabila ingin berdiri. Akhirnya
sang ibu menyuruh Suning menggantikan ibu berjualan di pasar, tetapi Suning
menolaknya dan menyuruh kakaknya si Kundang yang berjualan. Kundang pun
melakukannya dengan senang hati demi sang ibu, karena baginya ini tidak adil, dia
yang mencari ikan dan dia juga yang berjualan sedangkan Suning hanya bermain
dan bermain saja bersama teman wanitanya.
Setelah beberapa bulan Kundang mencari ikan
dan berjualan, dia merasa kebutuhan keluarganya tidak mencukupi karena harus
membelikan obat untuk ibunya yang sedang sakit. Akhirnya Kundang pun meminta
izin untuk pergi bekerja di negara Singapura yang berdekatan dengan pulau
Sumatra tempat mereka tinggal. Sang ibu pun dengan berat hati mengizinkan
dengan persyaratan agar anaknya Kundang selalu memberi kabar setiap minggu
kepada ibu nya. Seminggu sudah Kundang meninggalkan desa nya dan kabar pun
telah datang. Di negara Singapura Kundang sudah mendapat pekerjaan sebagai
pelayan hotel. Ibu dan adiknya Suning pun merasa senang dan bahagia bahwa
Kundang telah bekerja di negara tetangga. Sang ibu pun sudah dapat berjalan dan
berjualan di pasar kembali.
Satu
tahun kemudia sudah dilalui Kundang di negara Singapura dan dia pun mendapatkan
seorang kekasih yang cantik dan kaya raya. Wanita itu adalah tamu hotel di
tempat Kundang bekerja dan dari pertemuan pertama wanita tersebut suka dengan
Kundang yang tampan dan ramah tamah. Dan akhirnya mereka berdua menjalin kisah
cinta, hingga ingin menikah. Kundang pun merasa belum siap untuk menikah tetapi
karena paksaan dari sang kekasih Kundang pun mengikutinya. Kundang berfikir
prinsipnya telah tercapai karena sudah bekerja dan mendapatkan uang. Di
kirimnya surat ke pada ibunya bahwa Kundang ingin menikah dengan kekasih
pilihannya di negara Singapura. Sang ibu pun merestuinya tetapi wanita itu pun
harus di bawa terlebih dahulu ke desa tempat Kundang tinggal.
Kemudian
Kundang pun membawa sang kekasih ke desanya, setelah sampai di desa wanita itu
pun terkejut melihat tempat tinggal Kundang dan sang ibu, di rumah sederhana
dekat pantai. Wanita itu pun merasa kecewa dengan keadaan Kundang dan sang ibu
yang di pandang nya miskin. Wanita itu pun marah dan tidak ingin menikahi si
Kundang. Akhirnya Kundang pun bercerita kepada ibunya tentang wanita itu yang
bernama Leli dia adalah seorang anak dari pengusaha kaya raya di negara Singapura,
sang ibu pun merasa sedih bahwa anaknya telah memandang kekayaan adalah
segalanya. Meskipun begitu sang ibu terus menasehatinya bahwa jodoh itu tidak
kemana.
Satu
bulan kemudian Leli pun menemui Kundang dan masih menyatakan cintanya kepada
Kundang, lalu merekapun menikah dan tidak memberi tahu kepada sang ibu di desa.
Kundang pun menjadi seorang yang kaya raya dan dia pun lupa akan keadaan ibu
dan adiknya di desa. Setelah mereka menjalani kehidupan bersama sebagai suami
dan istri, Kundang pun ingin sekali membuat rumah di pulau Sumatra. Dan
akhirnya rumah mewah besar dan megah menghadap ke pantai terwujud di buatnya.
Warga di sekitar desa pun di buatnya kagum akan bangunan megah yang ditempati oleh Kundang dan Leli.
Leli pun sebagai seorang istri memberi syarat agar Kundang tidak mengakui ibu dan
adik miskinnya itu. Karena Kundang merasa berhutang budi dan mimpi-mimpi nya
dapat diwujudkan oleh Leli, dengan berat hati Kundang pun tidak mengakui sang
ibu dan adiknya. Padahal ibu dan adiknya tinggal tidak jauh dari rumah megah
yang ditempati Kundang dan istrinya di pulau Sumatra tersebut. Ibunya pun
merasa kecewa dan malu atas apa yang telah diperbuat anaknya Kundang yang
seolah-olah memamerkan kekayaan di desa sendiri.
Kemudian
sang ibu pun menemui Kundang di rumah megah miliknya. Tetapi dengan sombong
Kundang menyuruhnya pergi dan bersumpah tidak ingin mengakui bahwa dia adalah
ibunya. Sang ibu pun menangis karena sakit hati mengapa si Kundang yang dahulu
ramah dan penurut sekarang menjadi anak yang durhaka dan sombong. Kemudian Leli
sang istri membuat rencana agar desa tersebut dimusnahkan dan dijadikan taman
wisata pinggir pantai. Kundang pun setuju dan mengusir semua warga desa untuk
pergi dan membongkar rumah-rumahnya secara paksa. Meskipun mendapatkan
perlawanan dari warga desa yang tidak ingin rumahnya di gusur, tetapi tetap
saja Kundang menang karena uang yang dimilikinya dapat membantu proses
penggusuran tersebut berjalan lancar.
Sang
ibu pun merasa marah atas tingkah laku Kundang yang semaunya dengan kekayaan
yang dimilikinya sekarang. Di depan para warga desa sang ibu pun
berteriak-teriak memohon agar Kundang dapat menjadi yang seperti dahulu lagi
dan apabila dia tetap sombong dan durhaka kepada ku maka jadikanlah dia batu
beserta istrinya yang menuntunnya berbuat tidak baik, tidak lama kemudia
kundang Kundang dan istrinya pun pulang ke rumah mewahnya. Tiba-tiba terjadi
gempa bumi dan rumah itu pun hancur menimpah Kundang dan Leli istrinya. Warga
desa pun yang rumahnya telah di gusur sebelumnya oleh Kundang selamat atas
kejadian gempa bumi tersebut. Rumah megah milik Kundang hancur, warga pun
segera melihatnya dan ternyata Kundang bersama Leli telah menjadi batu akibat reruntuhan
rumah megah miliknya sendiri. Dan warga desa di sekitarpun tidak ada yang
membersihkan dan menguburkan kedua orang sombong tersebut. Sang ibu pun merasah
kecewa kepada Kundang meskipun demikian sang ibu telah memaafkan Kundang di
depan reruntuhan rumah nya tersebut. Dan sekarang sang ibu hidup bersama Saning
di pulau jawa. Selesai
1 komentar:
ini tuisan siapa ya?
Posting Komentar