Aladin & Lampu Ajaib
Cerita
asli dapat dilihat di
http://dongeng1001malam.blogspot.com/2005/03/aladin-lampu-ajaib.html
Diceritakan
kembali oleh:
Neneng
Khoirunnisha
Matahari mulai tenggelam, ketika Aladin
pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu ia memanggil peri cincin dan
bertanya kepadanya apa yang telah terjadi? "Kalau begitu tolong kembalikan
lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah
sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang
akan mengambilnya. Tolong Antarkan aku kesana", seru Aladin. Sesampainya
di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung.
"Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang
Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu,
kita nanti akan menang", jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang
sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian
mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru
Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi
peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih
peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di
Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk
membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Karna sebelum
peristiwa itu terjadi, Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal
dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang
laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui
Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota
dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh.
Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh
untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin
akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir.
Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai
mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang
seperti gua.
Dalam lubang gua itu
terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik
di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke
sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan
memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan
melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu
dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah
permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera
menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian.
"Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini
akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si
penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang
ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang
bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku
ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua
tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan
asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah
peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang
kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi
dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di
depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok
cincin Tuan."
Aladin menceritakan
semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu
menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan
lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang
raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri
lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi
perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu
singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya.
"Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu
itu", kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan,
tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah
menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya.
Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja.
"Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja
dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah
hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang.
"Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang
ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah
Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah
istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu
datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya".
Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat
megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya
sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan
pesta pernikahan.
Si penyihir ternyata
melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat
Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia
berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !".
Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan
menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan
memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke
rumahnya.
Tapi pada akhirnya
Aladin berhasil menyelamatkan sang permaisuri beserta lampu ajaib miliknya. Tamat
1 komentar:
Kilas baliknya belum nampak, coba dieksplorasi lagi ya
Posting Komentar