Senja Untuk Damar
Oleh : Novia
Indriyani
Sore
hari di pinggir pantai, ditemani suara ombak dan angin sepoi-sepoi yang
menyejukkan hati. Matahari pun seakan bersiap-siap untuk tenggelam di arah
barat. Semua orang mengadahkan sedikit kepala mereka untuk menyaksikan
tenggelamnya matahari sore itu. Termasuk Senja dan Damar, untuk kedua kalinya
mereka akan melihat tenggelamnya matahari bersama-sama. Senja begitu setia
menemani Damar yang duduk manis di atas kursi rodanya.
Senja
begitu kagum kepada Damar karena kebaikannya, kedewasaannya dan ketulusan
cintanya kepada Senja. Sehingga Senja pun begitu menyayangi Damar kekasihnya.
Pertemuan mereka pun sangat indah yaitu di pinggir pantai saat mereka sedang
berlibur seperti saat ini. sambil menunggu matahari terbenam mereka bercerita
tentang masa-masa indah kebersamaan mereka yang cukup lama. Dari mulai
menceritakan awal pertemuan mereka, masa-masa suka duka mereka dan lain-lain.
Tapi
tiba-tiba Senja mengingat peristiwa yang sangat menyakitkan hatinya. Sampai-sampai
Senja sangat merasa bodoh karena telah memilih Damar sebagai kekasihnya. Tapi
ternyata pikiran Senja itu salah. Waktu itu hubungan mereka sudah menginjak
satu tahun, Damar memberikan kejutan kecil untuk Senja sebagai tanda satu
tahunnya kebersamaan mereka. Senja pun sangat bahagia, itu juga lah salah satu
alasan Senja mengapa dia sangat menyayangi Damar, karena Damar suka sekali
membuat kejutan kepada Senja.
Namun
selang beberapa bulan setelah peristiwa bahagia itu. Tiba-tiba Senja mendapat
telepon dari nomor yang tidak dikenalnya. Sehingga Senja pun ragu-ragu untuk
mengangkatnya. Dua kali Senja tidak mengangkat teleponnya tapi untuk yang
ketiga kalinya Senja pun memberanikan diri untuk mengangkatnya. “halo Senja”
terdengar suara laki-laki dari seberang sana. Senja pun menjawabnya dengan nada
ragu-ragu “i iya” , “ini aku Damar”. Senja pun langsung menghela nafasnya,
karena merasa lega ternyata telepon itu dari Damar.
Percakapan
di telepon itu berlangsung tidak lama. Ternyata Damar hanya ingin mengabarkan
sesuatu lewat telepon kantornya, karena telepon genggam Damar mati. Damar hanya
member tahu Senja, bahwa dia akan pergi keluar negeri dengan alasan ada urusan
pekerjaan dan tidak ditentukan kapan ia akan kembali. Mendengar hal itu, Senja
sedikit terkaget dan meneteskan air mata. Sehingga sore itu Senja meminta Damar
untuk menemuinya nanti malam sebelum kepergan Damar esok hari. Damar pun
meng-iyakannya.
Malam
itu pun menjadi malam terakhir pertemuan mereka. Senja tidak ikut mengantarkan
Damar ke bandara, karena Senja takut tak kuat melepas kepergian Damar. Akhirnya
mereka pun menjalin hubungan jarak jauh. Satu minggu sudah setelah kepergian
Damar. Hubungan mereka pun baik-baik saja, Damar masih sering menelpon Senja
setiap malam dan selalu memberi kabar tentang keadaannya kepada Senja. Namun
sebulan kemudian Damar tidak member kabar lagi kepada Senja nomor teleponnya
pun sulit dihubungi.
Selang
beberapa hari Senja menerima telepon dari Damar, Senja pun sangat senang
mendengar suara Damar. Namun kali ini Damar menelpon Senja bukan untuk
mengabarkan dia akan pindah kerja, melainkan untuk perpisahan mereka. Hanya
lewat telepon genggam Damar memutuskan hubungan mereka. Senja pun tidak
percaya, namun Damar menjelaskan bahwa ia ingin fokus pada pekerjaannya.
Sedangkan Senja selalu mengira bahwa Damar mempunyai wanita lain. Pikiran
itulah yang membuat Senja menyesali karena telah memilih Damar, dia berpikir
Damar adalah lelaki terjahat yang pernah Senja temui. Tapi Damar hanya terdiam
dan tidak mau mengakuinya, dengan terpaksa Damar langsung menutup teleponnya,
sedangkan Senja menangis tiada henti.
Hari
demi hari Senja lalui dengan rasa tidak percaya. Ternyata Damar yang dia pikir
baik ternyata tega memutuskan hubungannya hanya lewat telepon. Senja pun beberapa
kali mencoba membuka hati agar dapat melupakan Damar, tapi semakin ia mencoba
melupakan malah ia semakin teringat pada Damar. Senja pun sadar dia tidak boleh
terus-terusan mengingat Damar, kemudian Senja pun mencari kesibukan lain dengan
mengurus butik milik ibunya. Dengan kesibukan ini sedikit demi sedikit Senja
bisa melupakan Damar dan dia berniat untuk tidak menjalin hubungan dengan pria
sebelum ia lulus kuliah.
Kini
hari-harinya disibukkan mengurus butik milik ibunya. Namun ternyata nasib berkata
lain saat ia hendak pulang ke rumah sepulang dari butik, Senja mengalami
kecelakaan mobil miliknya menabrak pohon besar sehingga menyebabkan matanya
buta. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit, namun tidak ada pendonor mata yang
bersedia mendonorkan matanya. Hari-hari Senja pun kini menjadi gelap. Dia
merasa tidak ada lagi yang menemaninya selain kegelapan. Perasaannya semakin
hancur setelah ditinggalkan Damar, sekarang dia juga harus menanggung
hari-harinya yang gelap.
Dua
bulan berlalu, Damar ternyata kembali ke Indonesia. Damar pun langsung menemui
Senja, namun meihat keadaan Senja seperti itu Damar pun sedih. Dan Damar
menjelaskan semua alasan kepergiannya kepada ibu Senja. Ternyata Damar pergi ke
luar negeri bukan untuk bekerja melainkan untuk operasi jantung. Damar sakit
jantung dan keluarga memintanya untuk di operasi di sana. Selama ini Damar
tidak pernah menceritakan hal itu pada Senja. Damar sengaja memutuskan Senja
dan tidak memberikan alasan yang pasti pada Senja. Dan Damar pun sangat menyesalinya.
Ibu
Senja pun menceritakan bagaimana keadaaan Senja setelah kepergian Damar. Karena
merasa bersalah telah membohongi wanita yang sangat ia cintai, Damar pun
memohon pada ibu Senja agar ia diperbolehkan untuk mendonorkan kornea matanya
untuk Senja. Ibu melarangnya, namun Damar memaksanya. Kemudian Damar pun
menghampiri Senja yang sedang duduk di atas kursi rodanya. Senja samar-samar
pada suara Damar, dia merasa tidak asing dengan suara itu. Damar tidak mau
menyebutkan nama aslinya pada saat Senja bertanya. Damar berpura-pura menjadi
seseorang yang di suruh oleh ibunya untuk membantu Senja berjalan menggunakan
tongkat.
Sudah
seminggu Damar membantu Senja berjalan menggunakan tongkat. Namun Damar pun
semakin tidak tega melihat wanitanya tersiksa. Dan akhirnya Damar pun semakin
memantapkan hatinya untuk mendonorkan matanya agar wanitanya dapat melihat
kembali dunia yang indah ini. Operasi pun segera dilakukan. Seminggu setelah
operasi kini keadaan Senja sudah benar-benar pulih dan dapat melihat kembali.
Namun, sekarang keadaan menjadi berbalik, kini Damar yang saki dan hidup dalam
kegelapan matanya. Ibu menceritakan semuanya pada Senja. Ia pun langsung
menemui Damar, Senja menangis di hadapan Damar. Mendengar suara tangis
wanitanya Damar pun ikut bersedih, dalam hatinya menangis. Tapi Damar bahagia
karena wanitanya kini sudah dapat melihat kembali.
Kini
mereka kembali bersama, tiba-tiba Damar meminta agar Senja mengajaknya ke
pinggir pantai untuk melihat senja di sore hari dan merasakan angin yang sejuk,
juga mengenang bagaimana awal pertemuan mereka dulu. Senja pun dengan suka duka
menuruti permintaan Damar. Dan kini mereka berada di pinggir pantai menyaksikan
tenggelamnya bersama-sama. Damar duduk di atas kursi rodanya dan Senja berdiri
di samping Damar sambil menatap matahari tenggelam dengan menggunakan kedua
mata Damar, dan merasakan setiap hembusan angin yang mereka hirup. Matahari pun
sudah benar-benar menenggelamkan cahayanya dan mereka pun berpelukan sambil
meneteskan air mata, dan Damar pun merasa sangat bahagia karena bisa merasakan
bahwa wanitanya kini dapat tersenyum kembali. Dan akhirnya Damar pun melamar
Senja di pinggir pantai.
1 komentar:
Ini klasik skali, tapi penggambaran suasanya baik, diksinya pun pas. Lanjutkan! :)
Posting Komentar