BERTEMU
TEMAN LAMA DI BANDUNG
Agnes
Lidya
Pagi
yang indah di Situ Patenggang. Pancaran sinar matahari begitu cerah menimpa
pohon-pohon besar yang kelihatan daunnya berwarna hijau. Di sana terdapat
tempat wisata yang bernama Batu Cinta, tempat itu banyak pengunjungnya. Sebuah
danau yang ada di kaki gunung Patuha, udara yang dingin dan bersih serta langit
begitu sangat cerah yang menghiasi gunung itu.
Keindahan alam itu saya lihat dari kedekatan
yang sangat jelas. Saya berjalan mengelilingi yang berada di sekitar tempat itu
sambil berjalan saya memotret pemandangan yang indah, selesai memotret saya menemukan
warung dan seorang wanita. Segera saya ingin mendekatkannya.
Saya
berjalan kaki menemui wanita itu yang sedang duduk di luar warungnya. Saya
melihat wanita berpakaian rapih sambil menunggu pelanggan yang ingin membeli
dengan membawa serbet berwarna hijau. Terlihat cerah diwajahnya walaupun wanita
itu sudDah tua, dengan memandangnya ke arah saya. Dia sangat menyadari tujuan
saya berada di sini.
Terdengar
suara mesin yang datang dari depan. Ternyata itu sebuah perahu yang membawa
banyak penumpang dari Bandung-Situ Patenggang sedang berhenti secara
pelan-pelan. Kelihatan banyak yang turun sambil melihat ke arah saya.
Saya
mampir di sebuah rumah makan bu minah untuk makan siang. Di rumah makan yang
rasanya “nyunda” dengan sambel ijo. Tercium wangi masakan dari arah dapur.
Telah tersedia “ikan goreng, ayam goreng, sayur dan teh hangat” katanya. Di
atas piring kelihatan ikan goreng dengan bumbu yang aromanya sangat lezat dan
rasanya enak. Khas Bandung.
“Bade
tuang naon, neng?” kata bu minah si pemilik rumah makan itu.
“Abdi
bade tuang kadaharan sunda anu aya di die bu” kata saya.
Saya
menikmati ayam goreng dan sambal ijo.
Pada saat itu ada seorang wanita yang datang dan menyapa saya,sambil memegang
bahu. Saya menengok ke arahnya. Ternyata teman saya. Dia di rumah makan
beristirahat sambil makan siang bersama keluarganya, menikmati makanan
sunda dengan berbagai macam pilihan.
Selesai makan kami berdua duduk sambil ngobrol.
“Agnes ya?” katanya sambol menatap karah saya.
Saya
terharu ternyata dia masih ingat nama saya sampai sekarang. Rasanya senang dia
masih mengenali saya di sini.
“Hai
Agnes, apakah kamu masih ingat dengan saya,” dengan suara lembut sambil tersenyum
menatap saya.
Saya
lihat wajahnya sambil mengingat-ingat ternyata dia pernah menjadi teman dekat
saya sudah beberapa tahun kami tidak bertemu.
“Masih
ingatkah kamu dengan saya, Agnes.” Dengan wajah yang terkagum.
Rasanya
saya senang. Dia, Rika adalah teman sekelas saya waktu di SMP, di Tangerang.
“Ya,
saya masih ingat, dulu kita selalu bersama. Lama sekali kita tidak bertemu, ya?
Terakhir bertemu kelas 3, sesudah itu kamu pidah ke Padang.
Kami
bercerita tentang pengalaman. Banyak sekali Rika bercerita kepada saya. Kami
sekarang sudah kuliah, dia sekarang kuliah di Padang, karena orang tuanya sekarang
tinggal di sana. Rasanya saya ingin sekali terus bertemu dengan dia, perasaan
kangen memang sudah lama. Baru sekarang saja kami di pertemukan di tempat ini.
Rika
senang kuliah di sana dan sekarang dia mengambil jurusan Ilmu Fisika. Saya kira
setelah lulus sekolah dia ingin kuliah di Tangerang, ternyata tidak.
“Kenapa
kamu tidak kuliah di Tangerang saja Rik?” tanya saya.
“Tidak,
karena ini keinginan saya untuk kuliah di sana. Dan saya ingin mencari
pengalaman kerja.” jawabnya.
“Semoga
saja kamu mendapatkan apa yang di inginkan.” kata saya.
Saya
mengajak Rika ke Tangerang. Dia tidak mau karena masih banyak tugas-tugas
kuliah yang harus di selesaikan dan dia bingung karena jarak dari Tangerang ke
Padang sangat jauh. Dia berkata ”Lain kali saja aku liburan ke sana sambil bertemu
dengan teman-teman”
Lama
kami di sini. Dia menunggu keluarga yang sedang mengelilingi sekitar danau. Dan
saya menunggu teman-teman yang sedang menaiki perahu ke tempat Batu Cinta,
tempat wisata yang bukitnya sangat tinggi dan indah kalau di lihat dari
ketinggian bukit itu.
Tiba-tiba
kami bangun dari tempat itu, untuk pergi ke pinggir danau. Kami duduk di atas
batu besar pinggir danau sambil melihat perahu-perahu yang membawa penumpang ke
tempat wisata. Ternyata bukan hanya perahu saja yang ada di danau, perahu bebek
pun ada dan hanya di naiki dua orang saja.
“Tidak
menyesal saya liburan ke tempat ini” kata Rika.
“Memangnya
kenapa.” jawab saya.
Dan
dia berkata “Selain tempat ini indah danaunya pun bersih tanpa ada
sampah-sampah yang berserakan di pinggir danau ini.”
Hari
minggu pasti banyak orang yang datang ke Batu Cinta. Rasanya kami berat untuk
meninggalkan tempat ini karena lama untuk bertemunya lagi. Mudah-mudahan saja
bisa bertemu dengan waktu yang cepat. Waktu tidak terasa sudah sore. Semoga
saja suatu saat nanti kita bisa bertemu sambil makan bersama di rumah makan
yang enak seperti tadi.
Dia
membereskan tasnya. Kemudian bersiap-siap untuk pulang. “Aku pulang duluan ya
nes, sampai ketemu lagi lain waktu.” katanya berbicara dengan perasaan sedih.
Kami
berjabatan tangan sambil memandang. Sepertinya berat sekali untuk berpisah,
“Salam untuk keluarga, semoga saja kamu secepatnya datang ke Tangerang, sampai
bertemu lagi sahabatku.” kata saya.
Rika
berkata “iya, nanti secepatnya saya kesana.” dia tersenyum kepada saya.
Kemudian dia berjalan meninggalkan tempat itu. Saya masih menyimpan perasaan
kangen kepada dirinya.
Matahari
sudah tak tampak lagi. Saya dan teman-teman pulang ke rumah. gunung Patuha
mulai tertutup dengan kabut tebal. Situ Patenggang terlihat sangat indah. Saya
masih membayangi ketika Rika sedang bercerita.
2 komentar:
itu cerpen. pengalaman asli yah nez.
bagus. . . kembangkan lagi nez..
hehe..
ika_
Ya, bisa ditambahkan konflik biar lebih menarik. Gambaran ttg situ patenggang juga bs dikembangkan lagi. Semangat!
Posting Komentar