Hari untuk Viola
Ari Purwoko
Memandangi sosok itu dari jauh. Hanya dialah yang
mampu membuatku tersenyum. Hanya dialah yang membuatku jatuh dan menikmati
indahnya cinta. Dialah orang yang membuatku selalu semangat. Walaupun
sebenarnya, dia bukan siapa-siapaku, dan aku sadar aku bagaikan kerikil kecil
di tepi jalan yang takkan pernah dilihatnya. Namun, takkan ada sosok lain yang
mampu menggantikannya di hatiku.
Setiap hari aku melihatnya dari jauh, melihatnya
berbicara, tertawa, tersenyum, berjalan, setiap detik aku selalu memerhatikan
apa yang dilakukannya. Mataku tak pernah lepas darinya. Dia memang teman 1
kelasku, dia juga ketua osis di sekolah. Tak heran jika begitu banyak orang
yang menyukainya, terutama adik kelas yang sangat-sangat tergila-gila
dengannya.
Suara itu.. kudengar memanggil namaku, “Viola
Azhahra” katanya.
“Uh..Eh.. kenapa Ry?” suaraku bergetar menjawab "iya Ry ?" , ini seperti mimpi, orang yang kusukai memanggilku.
“Ini buku catatanmu” jawabnya begitu singkat.
“Ohh, terima kasih.” aku mengambil buku itu dari tangannya. Detak jantungku mengalir padanya melalui buku itu. Aku tak dapat menahan perasaan yang bergejolak ini. Aku tak pernah bisa berhenti menatapnya yang selalu membuat jantungku dag dig dug der. Oh.. Harry! Taukah kau apa yang kurasakan? Pernahkah kau memikirkan ku sebentar saja?
“Uh..Eh.. kenapa Ry?” suaraku bergetar menjawab "iya Ry ?" , ini seperti mimpi, orang yang kusukai memanggilku.
“Ini buku catatanmu” jawabnya begitu singkat.
“Ohh, terima kasih.” aku mengambil buku itu dari tangannya. Detak jantungku mengalir padanya melalui buku itu. Aku tak dapat menahan perasaan yang bergejolak ini. Aku tak pernah bisa berhenti menatapnya yang selalu membuat jantungku dag dig dug der. Oh.. Harry! Taukah kau apa yang kurasakan? Pernahkah kau memikirkan ku sebentar saja?
Aku bukanlah orang yang menonjol di sekolah. Aku
termasuk orang pendiam di sekolah, yang duduk di kursi paling depan, menjawab
pertanyaan guru sesekali, dan mengerjakan tugas-tugas. Aku tidak aktif di
kegiatan sekolah, berbeda dengan Anita. Perempuan yang sangat aktif di bidang
ekstra dan osis di sekolah. Dan gadis itu, juga menyukai Harry, bahkan sangat
menyukai Harry. Aku melihat Anita selalu mendekati Harry, meskipun Harry jarang
bahkan aku rasa tidak pernah melakukan hal yang sama pada Anita. Syukurlah.
Hari demi hari kulalui, dan aku akan tetap menjadi
pengagum rahasianya. Menahan semua perasaan, dan menahan semua rasa cemburuku
setiap kali Harry didekati Anita, Erni, ataupun yang lainnya. Aku sadar kok aku
tak pantas cemburu, kan aku bukan siapa-siapanya. Aku juga sadar kok, jatuh
cinta diam-diam itu sakit, sangat sakit malah rasanya, itulah resiko pengagum
rahasia dan aku mengerti itu. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Harry sering
mendekatiku.
“Vio, kamu belum pulang” sapanya lembut padaku saat aku sedang duduk di ruang osis sekolah, dan kebetulan saat itu hujan sangat deras.
“Seperti yang kamu lihat, Ry. Hujan sangat deras, memaksaku untuk tetap berada di sekolah menunggu sampai pelangi datang lagi seperti hari kemarin.”
“Ya.. kamu benar. Kamu suka pelangi ya, Vio?”
“Tak hanya pelangi, hujan pun aku sangat suka, Ry. Kalau tak ada hujan, tumbuhan akan layu lalu mati, kalau tak ada pelangi bagaimana aku tau hujan sudah reda?”
“Tapi kan kamu bisa lihat keluar dia sudah berhenti atau belum?”
“Ya.. kamu benar, Ry. Tapi memang sesuatu yang kurang baik harus diakhiri sesuatu yang indah bukan?”
“Ya.. kamu benar Vio, kenapa kamu nggak mau gabung ke osis sekolah kita?” tiba-tiba dia bertanya hal yang tak begitu penting bagiku.
“Maksud kamu, Ry?”
“Aku kepengen kamu gabung osis sekolah, dan menggantikan posisi Anita sebagai sekertarisku. Jujur, aku tak nyaman dengannya. Dia tak pernah serius ketika aku memberinya tugas dan saat kami rapat”
“Tapi sebentar lagi jabatan kamu berakhir, Ry. Sebentar lagi kita akan menghadapi UKK, dan naik kekelas 3. Bukankah ini terakhir kalinya kamu jadi ketua osis sekolah?”
“Ya.. kamu benar, tahun depan kita sudah UKK” hujan mulai reda saat kami berhenti ngobrol, “Hey.. Viola, coba kamu lihat, pelangi yang indah sudah datang buat kamu. Dia sudah menyuruhmu untuk pulang lagi pula hari sudah mulai gelap.”
“Iya, Ry. Sepertinya sudah saatnya aku pulang”
“Em.. Vio.. baru saja pelangi berpesan padaku agar aku mengantarmu pulang”
“Oh ya? Kalau kamu merasa nggak direpotkan nggak masalah kok, Ry”
“Vio, kamu belum pulang” sapanya lembut padaku saat aku sedang duduk di ruang osis sekolah, dan kebetulan saat itu hujan sangat deras.
“Seperti yang kamu lihat, Ry. Hujan sangat deras, memaksaku untuk tetap berada di sekolah menunggu sampai pelangi datang lagi seperti hari kemarin.”
“Ya.. kamu benar. Kamu suka pelangi ya, Vio?”
“Tak hanya pelangi, hujan pun aku sangat suka, Ry. Kalau tak ada hujan, tumbuhan akan layu lalu mati, kalau tak ada pelangi bagaimana aku tau hujan sudah reda?”
“Tapi kan kamu bisa lihat keluar dia sudah berhenti atau belum?”
“Ya.. kamu benar, Ry. Tapi memang sesuatu yang kurang baik harus diakhiri sesuatu yang indah bukan?”
“Ya.. kamu benar Vio, kenapa kamu nggak mau gabung ke osis sekolah kita?” tiba-tiba dia bertanya hal yang tak begitu penting bagiku.
“Maksud kamu, Ry?”
“Aku kepengen kamu gabung osis sekolah, dan menggantikan posisi Anita sebagai sekertarisku. Jujur, aku tak nyaman dengannya. Dia tak pernah serius ketika aku memberinya tugas dan saat kami rapat”
“Tapi sebentar lagi jabatan kamu berakhir, Ry. Sebentar lagi kita akan menghadapi UKK, dan naik kekelas 3. Bukankah ini terakhir kalinya kamu jadi ketua osis sekolah?”
“Ya.. kamu benar, tahun depan kita sudah UKK” hujan mulai reda saat kami berhenti ngobrol, “Hey.. Viola, coba kamu lihat, pelangi yang indah sudah datang buat kamu. Dia sudah menyuruhmu untuk pulang lagi pula hari sudah mulai gelap.”
“Iya, Ry. Sepertinya sudah saatnya aku pulang”
“Em.. Vio.. baru saja pelangi berpesan padaku agar aku mengantarmu pulang”
“Oh ya? Kalau kamu merasa nggak direpotkan nggak masalah kok, Ry”
Hari itu tanggal 9 Juli, pertama kalinya kita berdua
saling berbicara panjang lebar, dan bersama-sama menunggu pelangi indah datang
di tengah-tengah hujan. Hari ini benar-benar menjadi sejarah yang tak akan
terlupakan dan takkan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
Hari-hari selanjutnya, kami mulai sering bersama.
Aku menemaninya latihan basket, menemaninya rapat osis, dan selalu menemaninya
dimanapun dia berada. Aku tak mengerti apa yang dilihatnya dari orang sepertiku
ini. Jika dibandingkan dengan Anita, menurutku gadis itu jauh lebih baik
dariku. Aku tak mengerti apakah Harry memang benar-benar menyukaiku, atau hanya
ingin mempermainkan hatiku saja.
SMS dari Harry datang malam itu.
Harry : Viola, kamu sibuk nggak besok?
Viola : Nggak kok, Ry.
Harry : Oh.. kalau gitu kamu datang ya.. ke café Pinus didekat sekolah jam 7 malam, besok. Aku ada di meja nomor 9, aku tunggu kedatangan kamu ya Vio.
Harry : Viola, kamu sibuk nggak besok?
Viola : Nggak kok, Ry.
Harry : Oh.. kalau gitu kamu datang ya.. ke café Pinus didekat sekolah jam 7 malam, besok. Aku ada di meja nomor 9, aku tunggu kedatangan kamu ya Vio.
9 September, tepat 2 bulan setelah kedekatan kami,
Harry mengajakku bertemu di sebuah café, jam 7 malam. Aku tak tau entah apa
tujuan Harry mengajakku bertemu malam itu, tanpa banyak bicara, aku datang
sesuai dengan permintaannya. 2 jam sudah kami di sana, kami hanya makan dan
bicara panjang lebar tentang pelajaran sekolah, sudah agak lama setelah jam 9,
Harry mengagetkanku.
“Vio, aku suka sama kamu, sebenarnya udah sejak kita duduk di kelas 1 SMA. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
Aku tiba-tiba ternganga dan tidak menduga dengan apa yang dikatakannya, “Oh ya? Bukannya aku hanyalah seperti kerikil kecil di matamu? Aku bukanlah gadis yang terlalu cantik dan aktif di ekstra kulikuler dan osis sekolah, dan aku hanyalah perempuan cupu dan pendiam di sekolah, bukan seperti gadis-gadis lainnya yang aktif dikegiatan eksta kulikuler.” aku sangat minder saat itu.
“Kamu lebih dari kerikil kecil di hadapanku, kamu sangat berharga di mataku,bahkan lebih berharga dari apapun, bagiku kamu takkan pernah tergantikan dihatiku. Kamu berbeda, memang terkadang kamu terlihat cupu dan pendiam, tapi kamu sangat baik, rajin dan kamu sangat spesial di mata dan dihatiku. Kamu, Viola Azhahra adalah pelangi terindah yang pernah ku lihat setiap saat, tanpa harus menunggu datangnya hujan turun” Harry benar-benar membuatku luluh saat itu.
“Aku menerimamu, Ry, tapi aku sangat berharap semua itu benar dan bukan sekedar gombalan semata. Aku percaya, kamu baik dan kamu bukanlah seorang lelaki pembohong.”
“Terimakasih, Viola. Aku berjanji akan membahagiakanmu setiap saat, dan takkan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun”
“Vio, aku suka sama kamu, sebenarnya udah sejak kita duduk di kelas 1 SMA. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
Aku tiba-tiba ternganga dan tidak menduga dengan apa yang dikatakannya, “Oh ya? Bukannya aku hanyalah seperti kerikil kecil di matamu? Aku bukanlah gadis yang terlalu cantik dan aktif di ekstra kulikuler dan osis sekolah, dan aku hanyalah perempuan cupu dan pendiam di sekolah, bukan seperti gadis-gadis lainnya yang aktif dikegiatan eksta kulikuler.” aku sangat minder saat itu.
“Kamu lebih dari kerikil kecil di hadapanku, kamu sangat berharga di mataku,bahkan lebih berharga dari apapun, bagiku kamu takkan pernah tergantikan dihatiku. Kamu berbeda, memang terkadang kamu terlihat cupu dan pendiam, tapi kamu sangat baik, rajin dan kamu sangat spesial di mata dan dihatiku. Kamu, Viola Azhahra adalah pelangi terindah yang pernah ku lihat setiap saat, tanpa harus menunggu datangnya hujan turun” Harry benar-benar membuatku luluh saat itu.
“Aku menerimamu, Ry, tapi aku sangat berharap semua itu benar dan bukan sekedar gombalan semata. Aku percaya, kamu baik dan kamu bukanlah seorang lelaki pembohong.”
“Terimakasih, Viola. Aku berjanji akan membahagiakanmu setiap saat, dan takkan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun”
9 September 2006, 09.45 p.m. untuk pertama kalinya
aku merasakan bagaimana rasanya pacaran, rasakan jatuh cinta seperti kebanyakan
remaja lain. Hari ini benar-benar menjadi hari yang tak terlupakan di hidupku.
Harry sudah menulis namanya di buku kehidupanku, menulis namanya di halaman
yang indah dengan tinta pena berwarna emas yang sangat menawan.
Aku melewati setiap hari, setiap jam, setiap menit,
dan detik dengannya. Dia membuat hidupku lebih indah, bahkan lebih indah dari
pelangi yang ku lihat setelah hujan berakhir. Dia benar-benar mewarnai hidupku
dengan warna-warna yang indah dan sangat manis bahkan lebih indah dari
warna-warna pelangi. Meskipun terkadang ada hujan yang datang untuk mengusik kami berdua, namun berkat hujan itu
membuat hubungan kami semakin baik.
7 tahun
telah kami lewati semuanya bersama-sama, meskipun kami sempat mengalami LDR
selama 5 tahun, tapi jarak itu bukannya menjauhkan kami, tetapi semakin
mendekatkan kami. Tak ada seorangpun yang dapat menggantikanku di hatinya, dan
menggantikannya di hatiku. Aku sangat menyayangi dan mencintainya.
Hari ini tanggal 9 September, tepat 7 tahun setelah
dia mengungkapkan rasa cintanya padaku. Hari dimana Harry benar-benar menepati
janjinya, sudah 7 tahun dan dia tak meninggalkanku, dia tetap setia padaku.
Hari ini, sebuah cincin darinya melingkar padaku, dan hari ini kami sama-sama
mengucapkan janji sehidup semati. Harry, terimakasih untuk warna yang telah kau
berikan, terimakasih untuk janji itu, dan terimakasih untuk semua yang telah
terjadi di antara kita. Aku sangat menyayangi dan mencintaimu, kamu tak akan
tergantikan dihatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar