Depan Rumahku
Ketika
embun menutupi ruang lingkup pedesaan rumah ketika itulah matahari mulai sedikit demi sedikit mengeluarkan
tanduk-tanduk dan mukanya, menyinari bumi disetiap siang seperti halnya
lampu di saat malam tiba. Ditambah suara persaingan ayam yang begitu
mencetarkan telinga yang sedang begitu asik bersama ayam bersebelahannya. Teriakan-teriakan
suara ibu-ibu dan suara benda-benda yang dipegang mereka yang sedang
mengerjakan rutinitas mereka sebagai ibu rumah tangga. Membuat aku pun terbangun
dari mimpi-mimpi yang tak nyata, membuka mata lensa perlahan-lahan bagaikan
orang yang terbangun dari pingsannya. Melihat disekeliling kamar dari mulai
samping kanan dan samping kiri rasanya seperti tak sama dengan apa yang aku
impikan tadi, tersadarkan diri.
Berjalan
melangkah ke depan rumah, dengan muka kusam dan pakaian yang kusut, duduk di
kursi depan rumah. pukul 07 pagi ketika aku
sedang melamun sendirian terdengar banyak bunyi-bunyi suara tukang dagang lalu
lalang. Ada tukang bubur, tukang kupat dengan suara mangkok yang diiringi
dengan sentuhan sendok sebagai ciri khas mereka yang berdagang memakai gerobag,
serta tukang nasi uduk keliling yang ciri khasnya memakai suara teriakan dan
lantangnya. Yang selalu lewat mengelilingi wilayah pedesaan ini baik itu kearah
kanan dan kiri depan rumahku.
Aku pilih salah satu dari mereka yang sedang
berdagang melintasi rumahku memilih untuk sarapan kupat sayur dan aku
membelinya. Bersantai menikmati kenyamanan posisi duduk serta udara pagi yang begitu menyengat sampai ke kulit
tubuhku. Ketika aku sarapan di kursi yang bersampingan dengan tembok dekat
mobil di depan rumah, terlihat orang-orang sibuk berlewatan di jalan raya depan
rumah dari orang-orang yang berjalan kaki, yang memakai sepedah motor, sampai
yang memakai kendaraan beroda empat, entah apa yang mereka kejar dengan
kesibukkannya masing-masing.
sorakan
anak kecil berseragam merah putih yang sedang berjalan, melangkah beramaian sedang
bercanda di sisi jalan menyebarkan senyuman lebar kepada tiap orang yang
melihatnya. Namun ada tukang bakso melewati si anak kecil itu, mereka tidak
memberikan senyuman malah mereka mengalihkan arah pandang mereka dari tukang
bakso tersebut.
Kecemperengan
suara kereta api dengan volume seratus full tak berhenti di setiap jam-jam
pertengahan. Selalu datang dan pergi, ke kanan ke kiri, melintasi depan
rumahku. Suara-suara itu tak membuat orang-orang sini merasa terganggu tapi
mereka tenang-tenang saja karena mereka sudah kebal dengan suara-suara keras kereta
api yang selalu setiap setengah jamnya ia lewati.
pukul 08
bertambah suara keras dari arah kiri depan rumah. Pukulan yang sangat keras
dari tenaga-tenaga otot para buruh, karena untuk mereka melaksanakan perintah
atasan supaya dapat upah atau gajih untuk biaya makan sehari-hari keluarganya.
seiring
berjalannya waktu, dan setiap jamnya selalu terdengar jeritan mesin, tak
seorangpun dari warga pedesaanku tak berkomentar. Pada mulanya mereka kaget dan
sempat berkomentar berbicara dihadapan pemilik pabrik yang berada di depan
rumah yang selalu mengusik kenyamanan warga. Tapi ketika sudah kesini mereka
diam dan sudah kebal telinga mereka. Karena sudah terbiasa mendengar suara
mesin-mesin tersebut.
Selanjutnya pukul
09 pagi, bertambah terdengar suara kunci membuka gembok dari bawah
roling tersebut pas sekali berhadapan dengan rumahku, secara perlahan di buka
roling itu. Toko pulsa dan bermacam-macam pernak-pernik handphone yang
pemiliknya kakakku sendiri. dan ternyata setelah dibuka banyak yang beli,
sampai toko conter milik kakakku dan pegawainya itu tertutup tak terlihat oleh orang-orang yang
membeli. Tetapi hampir setiap harinya memang banyak warga berdatangan ke toko
kakakku dari mulai mengisi pulsa, mencetak foto, mengisi lagu serta service
handphone sampai service laptop.
Dengan
demikian, kini suara-suara seperti itu,
selalu terdengar setiap harinya dari terbit matahari sampai terbenam matahari. Dan
itu tak membuat masyarakat berkomentar akan hal-hal yang terjadi dalam
lingkungannya terutama di depan rumah yang jelas terdengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar