Kelas Sebuah Kenangan
Agnes
Lidya
Begitu
pintu kelas kubuka, udara sejuk yang berasal dari jendela. Ruangan yang cukup
luas, ruangan ini berdebu dan tidak pernah di sapu. Bertembok kuning muda.
Banyak jiplakan sepatu mahasiswa, lantainya putih agak kecoklatan dan jarang di
sapu atau di pel. Beberapa benda ditaruh di dalam kelas dan disusun secara
teratur. Di langit-langit ruangan berwarnna putih yang sangat bersih tanpa ada
kotoran cukup tinggi di pasang sebuah lampu yang berwarna putih untuk menyinari
cahaya terang, kipas angin selalu di nyalakan supaya tidak terlalu panas dan
papan tulis yang maksudnya untuk menulis dan menerangkan ketika dosen sedang
menjelaskan dan terdapat meja dan kursi. Di depan terdapat satu meja dan satu
kursi yang telah di sediakan untuk dosen. Ruangan ini jika tidak di buka
jendelanya akan menjadi panas, ruangan yang tidak ber-AC membuat kelas mejadi panas dan
belajarnya menjadi terganggu.
Tepat
di tengah ruangan terdapat banyak kursi yang diduduki oleh mahasiswa, kursi
yang berwarna coklat dan di sebelah kanannya menempel meja kecil untuk menulis.
Di sebelah kanan dekat kursi yang aku duduki terdapat dua aliran listrik dan di
depan terdapat satu aliran listrik yang menempel pada dinding untuk mengecas
alat-alat elektronik. Di sebelah kanan juga terdapat jadwal mata kuliah
mahasiswa yang di tempel di dinding ruangan di bawahnya terdapat kursi-kursi
mahasiswa. Jendela-jendela besar berwarna hitam di sebelah kiri tanpa ada
ventilasi udara sehingga jendela harus di buka agar udara masuk kedalam
ruangan, bersebrangan dengan pintu masuk di lapisi kaca tebal berwarna hitam dimana
aku sedang duduk sekarang.
Di
meja dosen terdapat absen, spidol, dan penghapus, pada hari rabu aku kuliah
pagi, mata kuliah telaah puisi yang di ajarkan oleh Ibu Ita Rodiah, dosen yang
baik dan cantik. Di atas meja terdapat makalah-makalah mahasiswa yang di
berikan oleh pemakalah. Pada saat itu teman aku ada yang presentasi yang dapat
dilakukan dengan baik, bu Ita selalu menjelaskan apabila ada yang presentasi, ia
selalu memberikan penjelasan kepada mahasiswa secara baik. Setelah presentasi
selesai mahasiswa mempersiapkan diri untuk pulang, pada saat itu hanya satu
mata kuliah saja.
Setelah pulang kuliah ada seorang
lelaki lewat depan kelas menyapaku dan dia masuk kemudian duduk di kursi, di
atas meja tergeletak sebuah tas berwarna coklat dan di genggamnya sebuah
handphone. Dia asik memainkan handphone dan mendengarkan musik dengan
sendirinya, mata lelaki itu tertuju padaku dan terseyum.
Pada
jam duabelas siang matahari mulai panas memancarkan cahayanya melalui jendela.
Pancaran sinarnya yang sangat tajam. Aku dan beberapa temanku tidak pulang
dahulu karena ada tugas kuliah yang harus di selesaikan, di atas meja terdapat
buku-buku tebal dalam keadaan terbuka untuk mengerjakan tugas dan alat
elektronik seperti notebook dan modem. Ruangan ini sangat sepi hanya ada
beberapa mahasiswa yang ada di dalam ruangan. Suasana kampus menjadi sunyi karena
mahasiswa sudah pulang.
Pembersih
kampus masuk ke dalam ruangan karena karena kelas kotor dia akan menyapunya,
tetapi dia tidak jadi masuk karena masih ada aku dan teman-teman sedang
mengerjakan tugas, banyak buku yang di keluarkan dan berserakan di dalam
ruangan. Ku hirup udara siang, di ruangan ini sangat berdebu. Kulayangkan
pandanganku ke teman-teman , kami saling memandang kuperhatikan orang-orang
yang ada di sekitarku lelaki itu dan teman-temanku pasang muka yang lelah.
Setelah
selesai mengerjakan tugas, semuanya kami akan pulang ke rumah, ruangan ini
menjadi sepi matahari sudah tidak
terlalu panas. Karena hari sudah makin sore dan kita pun bersiap-siap untuk
segera pulang. Terasa tidak ada beban lagi jika tugas sudah selesai di kerjakan
dari ruangan ini yang sangat panas, serta pandangan yang mengsankan.
1 komentar:
Perhatikan penulisan di sapu, di pel, di nyalakan, di sediakan, di berikan! Buat deskipsi tapi unsur narasinya tidak hilang dan tetap menarik.
Posting Komentar