2013/04/12

Kelas Sebuah Kenangan


Kelas Sebuah Kenangan
Agnes Lidya

Begitu pintu kelas kubuka, udara sejuk yang berasal dari jendela. Ruangan yang cukup luas, ruangan ini berdebu dan tidak pernah di sapu. Bertembok kuning muda. Banyak jiplakan sepatu mahasiswa, lantainya putih agak kecoklatan dan jarang di sapu atau di pel. Beberapa benda ditaruh di dalam kelas dan disusun secara teratur. Di langit-langit ruangan berwarnna putih yang sangat bersih tanpa ada kotoran cukup tinggi di pasang sebuah lampu yang berwarna putih untuk menyinari cahaya terang, kipas angin selalu di nyalakan supaya tidak terlalu panas dan papan tulis yang maksudnya untuk menulis dan menerangkan ketika dosen sedang menjelaskan dan terdapat meja dan kursi. Di depan terdapat satu meja dan satu kursi yang telah di sediakan untuk dosen. Ruangan ini jika tidak di buka jendelanya akan menjadi panas, ruangan yang  tidak ber-AC membuat kelas mejadi panas dan belajarnya menjadi terganggu.
Tepat di tengah ruangan terdapat banyak kursi yang diduduki oleh mahasiswa, kursi yang berwarna coklat dan di sebelah kanannya menempel meja kecil untuk menulis. Di sebelah kanan dekat kursi yang aku duduki terdapat dua aliran listrik dan di depan terdapat satu aliran listrik yang menempel pada dinding untuk mengecas alat-alat elektronik. Di sebelah kanan juga terdapat jadwal mata kuliah mahasiswa yang di tempel di dinding ruangan di bawahnya terdapat kursi-kursi mahasiswa. Jendela-jendela besar berwarna hitam di sebelah kiri tanpa ada ventilasi udara sehingga jendela harus di buka agar udara masuk kedalam ruangan, bersebrangan dengan pintu masuk di lapisi kaca tebal berwarna hitam dimana aku sedang duduk sekarang.
Di meja dosen terdapat absen, spidol, dan penghapus, pada hari rabu aku kuliah pagi, mata kuliah telaah puisi yang di ajarkan oleh Ibu Ita Rodiah, dosen yang baik dan cantik. Di atas meja terdapat makalah-makalah mahasiswa yang di berikan oleh pemakalah. Pada saat itu teman aku ada yang presentasi yang dapat dilakukan dengan baik, bu Ita selalu menjelaskan apabila ada yang presentasi, ia selalu memberikan penjelasan kepada mahasiswa secara baik. Setelah presentasi selesai mahasiswa mempersiapkan diri untuk pulang, pada saat itu hanya satu mata kuliah saja.

            Setelah pulang kuliah ada seorang lelaki lewat depan kelas menyapaku dan dia masuk kemudian duduk di kursi, di atas meja tergeletak sebuah tas berwarna coklat dan di genggamnya sebuah handphone. Dia asik memainkan handphone dan mendengarkan musik dengan sendirinya, mata lelaki itu tertuju padaku dan terseyum.
Pada jam duabelas siang matahari mulai panas memancarkan cahayanya melalui jendela. Pancaran sinarnya yang sangat tajam. Aku dan beberapa temanku tidak pulang dahulu karena ada tugas kuliah yang harus di selesaikan, di atas meja terdapat buku-buku tebal dalam keadaan terbuka untuk mengerjakan tugas dan alat elektronik seperti notebook dan modem. Ruangan ini sangat sepi hanya ada beberapa mahasiswa yang ada di dalam ruangan. Suasana kampus menjadi sunyi karena mahasiswa sudah pulang.
Pembersih kampus masuk ke dalam ruangan karena karena kelas kotor dia akan menyapunya, tetapi dia tidak jadi masuk karena masih ada aku dan teman-teman sedang mengerjakan tugas, banyak buku yang di keluarkan dan berserakan di dalam ruangan. Ku hirup udara siang, di ruangan ini sangat berdebu. Kulayangkan pandanganku ke teman-teman , kami saling memandang kuperhatikan orang-orang yang ada di sekitarku lelaki itu dan teman-temanku pasang muka yang lelah.
Setelah selesai mengerjakan tugas, semuanya kami akan pulang ke rumah, ruangan ini menjadi sepi  matahari sudah tidak terlalu panas. Karena hari sudah makin sore dan kita pun bersiap-siap untuk segera pulang. Terasa tidak ada beban lagi jika tugas sudah selesai di kerjakan dari ruangan ini yang sangat panas, serta pandangan yang mengsankan.






1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Perhatikan penulisan di sapu, di pel, di nyalakan, di sediakan, di berikan! Buat deskipsi tapi unsur narasinya tidak hilang dan tetap menarik.