Ruang Belajar
Oleh: Novia Indriyani
Senin sampai
jumat aku selalu berda di tempat ini, tepatnya pada sore hari. Tempat dimana
aku menjadi seorang pengajar di TPA ini. Setelah aku membuka pintu gerbang aku
berjalan menuju kelas yang berada di lantai dua. Pada saat mengajar biasanya
aku duduk bersebrangan dengan pintu. Aku
duduk tepat di belakang anak-anak yang
sedang menulis materi yang di tulis di white board oleh bapak Bazri pemilik TPA
ini sekaligus menjadi pengajar di sini. Murid-muridnya berjumlah 28 orang,
terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan. Ruangan ini cukup besar mungkin dua
kali lipat dari ruang kelas yang ada di kampus, karena ruangan ini juga biasa
dipakai untuk acara-acara seperti pertemuan orang-orang yayasan dan lain-lain.
Setiap sore
anak-anak selalu belajar di sini, mulai dari pukul lima sore sampai setengah enam
sore. Tetapi pada saat waktu ashar tiba mereka bergegas mengambil air wudhu di
kamar mandi yang ada di seberang sebelah kiri tempat aku duduk. Setelah mereka
selesai shalat kira-kira pukul empat sore aku mulai menjalankan tugasku sebagai
pengajar di sini. Aku mulai memanggil anak-anak satu per satu, setiap anak
memiliki waktu dua sampai tiga menit untuk menjawab pertanyaanku secara lisan,
kegiatan ini dilakukan setiap harinya. Mereka menunggu panggilan sambil menulis
materi pelajaran yang diberikan oleh pak Bazri yang juga menjadi wali kelas
mereka atau terkadang juga sambil mengaji.
Namun ada
yang berbeda sore ini, pada saat aku memasuki ruangan ini, disebelah kanan aku
melihat tumpukan-tumpukan bangku yang sangat banyak. Sehingga aku harus
berpindah tempat duduk, karena bangku-bangku itu diletakkan di tempat yang
biasa aku duduki. Aku jadi duduk di dekat kamar mandi sore ini.
Aku meletakkan
tas ku di atas meja, setelah itu aku berjalan ke arah dispenser yang ada di
dekat jendela untuk mengambil air minum. Saat itu ku alihkan pandangan ku ke
langit cerah yang nampaknya menjadi gelap dan sepertinya akan turun hujan. Pukul
empat sore pun hujan turun, suasana kelas menjadi semakin gelap dan pak Bazri
mulai menyalakan lampu-lampu neon untuk menerangi ruangan ini. Ada 12 lampu di
sini, namun hanya sebagian saja yang dinyalakan.
Kami berharap
pukul setengah enam nanti hujan sudah reda, agar kami bisa kembali ke rumah
tanpa ditemani air hujan. Ternyata sebelum pukul setengah enam pun hujan sudah
reda. Sore ini kami mempercepat pembelajaran karena khawatir hujan akan turun kembali
dan kami tidak bisa pulang. Pukul lima sore ini anak-anak pun mulai merapihkan
meja-meja kecil yang telah mereka gunakan untuk belajar. Mereka menyusun
meja-meja itu dengan rapih di pojokan ruangan di dekat kamar mandi laki-laki. Dan
sebelum pulang kami membaca doa terlebih dahulu, ruangan ini pun seketika
menjadi sepi bila sudah memasuki pukul setengah enam sore. Namun karena hari
ini kami mempercepat pembelajaran maka pukul lima sore pun ruangan ini sudah
terlihat sepi, Dan akan terlihat ramai kembali
esok hari.
1 komentar:
Buat judul yang lebih menarik, perhatikan penulisan whiteboard, bapak Bazri! Cukup deskriptif meskipun belum detail.
Posting Komentar