2013/04/19

deskripsi matahari kampus "rumah anak"



Matahari Kampus “rumah anak”

Tepat pukul 12.00, aku keluar dari ruang 413, ruang kelasku matahari yang sangat menyengat dan panas yang sangat memancar melaluai sela-sela jendela ruang kelasku. Pancaran yang sangat tajam yang kurasakan kali ini di hari senin di bulan April ini, sekarang semakin terasa panas ketika aku melewati lorong-lorong kelas untuk menuju pintu lift, lorong yang dipenuhi oleh para mahasisiwa yang bercengkrama di depan kelas mereka masing-masing.
Pada jam-jam sekarang ini masih banyak mahasisiwa yang berkeliaran lalu-lalang bersama teman-temannya mencari tempat nongkrong yang bagi mereka inilah tempat yang enak dan asyik. Suara gitar, suara tawa lepas mereka, obrolan tidak jelas mereka, yang aku dengar ketika aku melalui lorong kelas dan ketika aku keluar dari pintu lift menuju ruang besmen (parkiran lantai satu).
Kantin yang terletak tidak jauh dari parkiran motorku kini masih saja dipenuhi ole para mahasiswa yang masih merasa lapar, dan merasa masih senang untuk berada di kampus. Kini sudah saatnya motorku hidupkan untuk menuju jalan pulang ke rumahku. Meskipun aku harus melawan panasnya pancaran sinar matahari yang sangat tajam. Saat aku keluar dari gerbang kampusku, aku langsung merasa panasnya matahari yang sangat tajam, dimana aku merasa bahwa matahari ini sedang berada dihadapan mataku, dan dia sengaja tidak ingin pergi dari hadapanku. Semakin lama semakin terasa panasnya, melihat warung-warung kecil yang ada di pinggir jalan rasanya ingin sekali mampir untuk membeli es, karena tenggorokan ini terasa kering dan kaku, tapi aku harus menahan semua itu, karena waktu semakin cepat berjalan masih banyak hal yang harus ku kerjakan.
Pukul satu, selama perjalanan satu jam aku lalui dengan penuh rintangan dan penuh dengan kesabaran, akhirnya aku sampai di rumah. Setelah lelah aku menimba ilmu di kampus, melawan pancaran matahari yang panas dan tajam, kini saatnya untuk aku menumpahkan ilmu-ilmuku kepada anak-anak muridku. Kebisingan yang kurasakan ketika aku mulai menjalani sistem pengajaran di rumah. Anak-anak tk yang harus di layani dengan penuh senyuman, kasih sayang, dan kesabaran yang penuh untuk menghadapi semua ini. Meskipun tidak banyak jumlah murid yang aku ajari, tetapi murid yang berjumlah 10 anak ini sudah mewakilkan seperti 50 anak bisingnya dalm satu ruang yang sempit dan panas. Bising dengan taeriakan “ibu aku nggak bisa, ibu aku haus, ibu mamah aku mana, ibu, ibu, ibu, dan ibu), itu semua aku hadapi dengan senyum dan jawaban yang seadanya hanya dengan satu kata mereka langsung diam yaitu dengan kata “diam”. Meskipun rasa kesal yang ku tahan tapi ku harus tetap kuat menjalani ini semua, sudah pukul dua tiba saat nya untuk aku pulangkan mereka satu-persatu, sesuai dengan kemampuan belajar mereka, siapa yang selesai duluan dialah yang pulang duluan, meskipun anak itu datang terakhir.
Setelah semua tugas mengajar di rumah selesai kini aku harus bersiap untuk pergi mengajar di tempat mengajarku, yaitu di yayasan bina umat (YBU), dimana di sana juga dipenuhi oleh puluhan anak-anak yang harus aku hapdapi setiap hari dan dengan penuh senyuman.
Sudah pukul dua lewat empat puluh kini aku harus segera pergi menuju tempat kerjaku, kebetulan lokasi kerjaku tidak begitu jauh dari tempat tinggal ku. Pukul tiga, masuklah anak-anak untuk siap belajar dan aku siap untuk mengajar, aktifitas hari-hariku yang selalu di penuhi oleh mengajar, kini telah , memberikan aku sedikit pengalaman pahit nya menjadi seorang pengajar dan enak nya menjadi seorang pengajar, itu semua telah aku rasakan selama dan sampai sekarang ini, tapi aku selalu terima dengan ikhlas dan semangat. Berjalannya waktu aku mengajar dari jam tiga sampai jam lima. Sekarang sudah menunjukkan pukul lima kini tiba saatnya untuk aku bergegas pulang, pak hari penjaga yayasan pun sedang sibuk membersihkan halaman karena hari semakin sore, dan kini yayasanpun menjadi sepi, tidaka ada lagi suara jeritan anak-anak yang sedang bercanda. Gerbang yayasan pun sudah di kunci, aku pun mulai bergegas pulang untuk beristirahat mengumpulkan tenaga untuk hari esok beraktifitas kembali dengan hati yang senang dan selalu ikhlas dalam menjalani semua aktifitas sehari-hari.

1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Masih deskripsi jg, judul membingungkan :-)