Matahari
Kampus “rumah anak”
Tepat
pukul 12.00, aku keluar dari ruang 413, ruang kelasku matahari yang sangat
menyengat dan panas yang sangat memancar melaluai sela-sela jendela ruang
kelasku. Pancaran yang sangat tajam yang kurasakan kali ini di hari senin di
bulan April ini, sekarang semakin terasa panas ketika aku melewati
lorong-lorong kelas untuk menuju pintu lift, lorong yang dipenuhi oleh para
mahasisiwa yang bercengkrama di depan kelas mereka masing-masing.
Pada
jam-jam sekarang ini masih banyak mahasisiwa yang berkeliaran lalu-lalang
bersama teman-temannya mencari tempat nongkrong yang bagi mereka inilah tempat
yang enak dan asyik. Suara gitar, suara tawa lepas mereka, obrolan tidak jelas
mereka, yang aku dengar ketika aku melalui lorong kelas dan ketika aku keluar
dari pintu lift menuju ruang besmen (parkiran lantai satu).
Kantin
yang terletak tidak jauh dari parkiran motorku kini masih saja dipenuhi ole para
mahasiswa yang masih merasa lapar, dan merasa masih senang untuk berada di
kampus. Kini sudah saatnya motorku hidupkan untuk menuju jalan pulang ke
rumahku. Meskipun aku harus melawan panasnya pancaran sinar matahari yang
sangat tajam. Saat aku keluar dari gerbang kampusku, aku langsung merasa
panasnya matahari yang sangat tajam, dimana aku merasa bahwa matahari ini
sedang berada dihadapan mataku, dan dia sengaja tidak ingin pergi dari
hadapanku. Semakin lama semakin terasa panasnya, melihat warung-warung kecil yang
ada di pinggir jalan rasanya ingin sekali mampir untuk membeli es, karena
tenggorokan ini terasa kering dan kaku, tapi aku harus menahan semua itu,
karena waktu semakin cepat berjalan masih banyak hal yang harus ku kerjakan.
Pukul
satu, selama perjalanan satu jam aku lalui dengan penuh rintangan dan penuh
dengan kesabaran, akhirnya aku sampai di rumah. Setelah lelah aku menimba ilmu
di kampus, melawan pancaran matahari yang panas dan tajam, kini saatnya untuk
aku menumpahkan ilmu-ilmuku kepada anak-anak muridku. Kebisingan yang kurasakan
ketika aku mulai menjalani sistem pengajaran di rumah. Anak-anak tk yang harus
di layani dengan penuh senyuman, kasih sayang, dan kesabaran yang penuh untuk
menghadapi semua ini. Meskipun tidak banyak jumlah murid yang aku ajari, tetapi
murid yang berjumlah 10 anak ini sudah mewakilkan seperti 50 anak bisingnya
dalm satu ruang yang sempit dan panas. Bising dengan taeriakan “ibu aku nggak
bisa, ibu aku haus, ibu mamah aku mana, ibu, ibu, ibu, dan ibu), itu semua aku
hadapi dengan senyum dan jawaban yang seadanya hanya dengan satu kata mereka
langsung diam yaitu dengan kata “diam”. Meskipun rasa kesal yang ku tahan tapi
ku harus tetap kuat menjalani ini semua, sudah pukul dua tiba saat nya untuk
aku pulangkan mereka satu-persatu, sesuai dengan kemampuan belajar mereka,
siapa yang selesai duluan dialah yang pulang duluan, meskipun anak itu datang
terakhir.
Setelah
semua tugas mengajar di rumah selesai kini aku harus bersiap untuk pergi
mengajar di tempat mengajarku, yaitu di yayasan bina umat (YBU), dimana di sana
juga dipenuhi oleh puluhan anak-anak yang harus aku hapdapi setiap hari dan
dengan penuh senyuman.
Sudah
pukul dua lewat empat puluh kini aku harus segera pergi menuju tempat kerjaku,
kebetulan lokasi kerjaku tidak begitu jauh dari tempat tinggal ku. Pukul tiga,
masuklah anak-anak untuk siap belajar dan aku siap untuk mengajar, aktifitas
hari-hariku yang selalu di penuhi oleh mengajar, kini telah , memberikan aku
sedikit pengalaman pahit nya menjadi seorang pengajar dan enak nya menjadi
seorang pengajar, itu semua telah aku rasakan selama dan sampai sekarang ini,
tapi aku selalu terima dengan ikhlas dan semangat. Berjalannya waktu aku
mengajar dari jam tiga sampai jam lima. Sekarang sudah menunjukkan pukul lima
kini tiba saatnya untuk aku bergegas pulang, pak hari penjaga yayasan pun
sedang sibuk membersihkan halaman karena hari semakin sore, dan kini yayasanpun
menjadi sepi, tidaka ada lagi suara jeritan anak-anak yang sedang bercanda. Gerbang
yayasan pun sudah di kunci, aku pun mulai bergegas pulang untuk beristirahat
mengumpulkan tenaga untuk hari esok beraktifitas kembali dengan hati yang
senang dan selalu ikhlas dalam menjalani semua aktifitas sehari-hari.
1 komentar:
Masih deskripsi jg, judul membingungkan :-)
Posting Komentar