Pukul
Tiga Sore
Terik siang ini pukul 12.30 menemani
perjalananku menuju rumah, setelah beberapa jam duduk di dalam kelas sambil
menyimak apa-apa yang disampaikan oleh dosen. Seperti biasa, keluar kelas aku
dan teman-teman pergi makan dahulu sebelum menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Dari kejauhan sudah terlihat kantin dipadati oleh mahasiswa yang ingin makan
siang sama sepertiku. Entah apa yang terjadi bila sore dan malam hari,
nampaknya kantin akan tetap ramai karena ada mahasiswa yang mengambil kuliah
shift malam.
Kini aku mulai melewati jalan-jalan
yang ku lalui menuju rumah sambil ditemani matahari yang begitu bersemangat
memancarkan teriknya siang ini. Pukul setengah dua siang aku tiba di rumah.
Sesampainya di rumah, sambil membuka pintu dan mengucap salam yang kulihat
hanyalah seorang laki-laki berumur 42 tahun sedang tertidur lelap di lantai.
Yaa dia adalah ayahku, siang hari tidak jarang dia selalu berada di rumah.
Namun, saat pukul 14.45 tiba ayah pun
pergi bekerja kembali dan aku pun demikian. Pergi bekerja diantarkan oleh ayah.
Setibanya di tempat kerja aku lihat tempat ini sudah ramai oleh anak-anak yang
sangat bersemangat untuk belajar dan mengaji. Usia mereka dari 5-12 tahun yaitu
anak-anak Tk, SD, dan SMP. Biasanya aku terlebih dulu mengajarkan
anak-anak dari mulai kelas 2 SD sampai 2
SMP di lantai 2, jumlah mereka tidak terlalu banyak. Sehingga kurang lebih
hanya satu jam aku berada di lantai 2. Setelah jam empat aku turun ke bawah
untuk mengajar kembali, seperti biasa setelah jam empat anak-anak pasti mulai
ramai berdatangan kembali sehingga membuat suasana yang sebelumnya tidak begitu
gaduh menjadi sangat gaduh dan ramai. Namun, ramai mereka bermacam-macam ada
yang asyik mengobrol, ada pula yang berteriak memanggil guru untuk membantu
mengerjakan tugasnya. Di lantai bawah ini hanya ada anak kelas 1 SD dan
anak-anak TK saja.
Pukul setengah lima sore suasana mulai
agak sepi karena sebagian sudah selesai mengerjakan tugas dan diperbolehkan
untuk pulang. Karena guru di sini cukup banyak biasanya suasana sepi ini kami
gunakan untuk shalat ashar secara bergantian. Pukul lima pun tiba suasana
benar-benar menjadi sepi, tidak lagi terdengar suara anak-anak itu. Kini yang
tersisa di kelas hanya tinggal beberapa guru yang bersiap-siap untuk menutup
pekerjaan hari ini dengan bertadarus bersama. Dan sebelum pukul enam tiba, kami
semua sudah tidak berada di tempat untuk menimba ilmu ini. Kelas pun semakin
terasa sepi, warna terik mataharinya pun
sudah berganti menjadi layung yang siap untuk merubah terang ini menjadi gelap.
Dan tepat pukul enam sore aku pun sudah berada di rumah kembali.
1 komentar:
Masih narasi nih, bercerita dengan mengurutkan waktu. Perhatikan penggunaan kata "merubah"!
Posting Komentar