My
life
Namaku
Tuti Apriliyani aku lahir di Jawa Tengah, Pemalang 22 April 1992. Aku anak
pertama dari dua bersaudara, selisih usiaku sama adikku 13 tahun, aku mempunyai
adik waktu saya kelas satu SMP.
Dahulu
saya tinggal bersama kedua orang tua, saya sangat dekat dengan ibu, sehari-hari
saya selalu bersama ibu. Saya selalu dimanja sama ibu apapun yang saya inginkan
pasti ibu turuti walaupun saya tidak minta, ibu selalu membelikannya, berbeda
dengan Bapak, Bapak itu sifatnya keras tidak pernah memanjakan anak karena
Bapak ingin anaknya mandiri, sekeras-kerasnya sifat Bapak alhamdulillah Bapak
tidak ringan tangan, hanya dengan mulut Bapak menasehati. Saya tinggal di
pedesaan, dengan nama Desa Wanarata, sayapun tinggal di rumah yang
sangat-sangat sederhana bangunannya pun masih memakai triplek, lantainya masih
tanah. Terkadang saya malu ketika saya sedang berhadapan dengan orang kaya,
saya merasa malu karena rumah saya yang masih terbangun dengan triplek. Saya
sekolah di MIN Bantarbolang, setiap ada zakat fitrah saya selalu dikasih beras
sama pihak sekolah sebenarnya dalam hati aku bicara “kenapa aku selalu dapat
bagian dari zakat? Apakah karena aku orang miskin?” sebenarnya dalam diriku ini
ada perasaan malu dan sedih, tetapi ketika saya melihat ada teman yang dikasih
bagian dari zakat juga hatiku merasa lega tidak ada kata sedih dan malu lagi.
Saya selalu berdoa supaya rumah orang tuaku ini dibangun memakai batu bata,
Alhamdulillah hari demi hari Bapak mendapatkan rezeki dari Allah SWT, dan
akhirnya Bapak bisa membangun rumah dengan hasil kerjanya itu, bangunannya
cukup luas, bagus, dan tinggi. Saya sangat bangga sekali dengan adanya rumah
baru pas itu saya sudah kelas lima MI, setelah lulus dari MI sayapun mendaftar
ke sekolah SMP Nurul Salam bersama teman-teman MI Alhamdulillah semuanya diterima
semua. Saya bersahabat dengan lima orang, kemana-manapun kami selalu ber-enam
susah senang kami selalu bercerita, ketika kenaikan kelas tiga SMP kami selalu
bercerita tentang bagaimana nanti setelah lulus SMP? Mau kemana?, Saya, nurul
dan tia berencana mau menjadi baby suster atau mau kursus menjahit, widia dan
rohyati ingin melanjutkan ke SMA sedangkan azizah mau ke pesantren. Dengan
berjalannya waktu, ketika mau UN Bapak membicarakan tentang pendidikanku lewat
telefon kebetulan waktu itu Bapak sedang di Jakarta “mau kemana setelah lulus?”
kata Bapak, aku menjawab “insaallah mau kerja”, “jika melanjutkan sekolah lagi
mau apa tidak?” kata Bapak, aku menjawab dengan senang hati “mau banget pa”,
“kalau melanjutkannya di Jakarta?”, akupun terdiam aku bingung harus jawab apa
soalnya aku kan belum punya teman di Jakarta sedangkan aku sifatnya sangat
pemalu, Bapak pun bertanya lagi kenapa diam? Bapak nyuruh kamu sekolah di
Jakarta itu bukannya Bapak, kamu suruh jauh dari orang tua, karena jika sekolah
SMA di kampung itu untuk sehari-harinya butuh biaya banyak buat ongkos, Bapak
tidak sanggup untuk biaya sehari-hari Bapak sanggup biaya perbulannya saja,
kemudian saya pun menjawab “iya pak saya mau sekolah di Jakarta dari pada tidak
sekolah sama sekali”.
Setelah
lulus SMP saya pergi ke Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dari kampung saya di
jemput sama om karena saya tidak pernah jauh sama ibu sepanjang perjalan ke
Jakarta saya menangis terus menerus sampai tujuan pun saya masih menangis.
Setelah sampai di Jakarta Bapak telefon saya, Bapak selalu menyemangatin saya
“tidak usah menangis jika kamu ingin berhasil kamu harus sekolah, walaupun jauh
dari orang tua, kamu jangan sampai nasibmu seperti kedua orang tuamu, Bapak
akan bekerja keras untuk sekolah kamu nak?” aku pun masih nangis tapi dalam
hatiku bertanya, bahwa saya harus betah sekolah di Jakarta aku akan
membahagiakan kedua orang tuaku dan insa allah aku akan menyekolahkan adikku
hingga pendidikan yang lebih tinggi. Setelah bulan Juni 2008 saya daftar
sekolah dan kebetulan jarak dari rumah ke sekolah sangat dekat dengan berjalan
kakipun sampai, setelah daftar berapa minggu kemudian ospek Alhamdulillah saya
langsung akrab dengan teman. Saya di Jakarta tinggal bersama tante, tante saya
bekerja di sebuah kantin, dan kami pun tempat tinggalnya di dalam sekolah.
Sehari-harinya saya selalu membantu tante jualan dari pagi sampai jam duabelas
siang, dan jam satunya saya sekolah. Saya sekolah setiap hari masuk siang dari
jam satu siang sampai jam setengah enam sore, setelah pulang sekolah sayapun
selalu membantu tante jika masih ada yang harus diberesin, setelah semuanya
selesai sayapun mengerjakan apa kewajiban seorang pelajar yaitu harus belajar.
Saya sekolah SMK mengambil jurusan jurusan AP (Administrasi Perkantoran), waktu
kelas dua ada latihan kerja yang namanya PKL, sayapun PKL di PT. PERSERO
sebulan dan PT. ADPEL sebulan. Di dua PT tersebut saya sangat senang sekali
karena pekerjaannya tidak begitu capai. Setelah UN pun saya ingin melamar kerja
bersama teman-teman tetapi karena saya belum punya KTP saya tidak bisa melamar
kerja karena persyaratannya harus ada KTP, akupun sedih karena teman-teman
sudah pada nyari kerja saya sendiri yang belum. Minggu kedua sesudah UN om yang
dari tangerang main ke Tanjung Priok, dan om bicara sama saya “ tuti nanti
kalau sudah lulus kuliah di UNPAM saja yang dekat dari rumah om”, saya sangat
bahagia sekali om saya nawarin supaya aku kuliah yang dekat rumahnya, padahal
tidak ada rencana sama sekali kalau aku akan melanjutkan ke Universitas. Akhir
bulan Juni saya mulai tinggal di Tangerang Selatan dan akhirnya saya mendaftar
di UNPAM mengambil jurusan Sastra Idonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar