2013/06/14

DONGENG DENGAN GAYA KILAS BALIK

DONGENG DENGAN GAYA KILAS BALIK
CERITA RAKYAT ASAL USUL GUNUNG TANGKUBAN PERAHU
DARI JAWA BARAT
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa ia mengambil sebuah panah dan mengarahkan pada Tumang tetapi panah itu meleset dan yang kepanah adalah seekor babi hutan. Setibanya di rumah ia menyerahkan daging babi tersebut kepada ibunya. Dayang Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapi akhirnya dia mengatakan kalau anjingnya itu ditinggal di hutan yang Sangkuriang berburu. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di pipi sebelah kanannya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi melarikan diri dari desa Karangsari.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Pdahal Dayang Sumbi akan dijodohkan sama anak seorang raja pajajaran, tapi mau bagaimana lagi Dayang Sumbi sudah bersumpah akan menikahi yang telah mengambilkan pintalan benangnya. Akhirnya Dayang Sumbi menolak perjodohan itu, dan dengan sangat menyesal ayah dari Dayang Sumbi pun mengusir anak perempuannya. Dan akhirnya Dayang Sumbi pun pergi dari istananya bersama Tumang.
Dayang Sumbi dan Tumang setelah pergi dari istana mereka pun memutuskan untuk tinggal di desa Karangsari, mereka pun sangat prihatin dalam hidupnya apalagi Dayang Sumbi sedang mengandung anaknya Tumang. Kandungan Dayang Sumbi pun sudah menginjak sembilan bulan, dan pada suatu malam Dayang Sumbi merasa perutnya sakit si Tumang pun memijit-mijit dengan kedua kakinya, Tumang tidak berani memanggil dukun beranak karena mereka tidak mempunyai uang. Setelah beberapa jam kemudian Dayang Sumbi pun melahirkan dengan normal. Rupanya anaknya itu seorang laki-laki dan seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Ayam jantan berkokok dan matahari pun mulai memancarkan sinarnya. Hari demi hari Dayang Sumbi pun tidak mau menyembunyikan sesuatu kepada anaknya, di pagi inilah Dayang Sumbi harus mengatakan siapa ayah Sangkuruiang sebenarnya. Ketika Sangkuriang mau berburu bersama anjingnya, Dayang sumbi mengatakan kepada anaknya bahwa ayahnya adalah Tumang, dan Sangkuriang pun tidak percaya sehingga ia meludahi muka ayahnya beberapa kali dan mengatakan “tidak mungkin seekor anjing jelek itu ayahku”. Dengan sangat marah sang ayah pun mengutuk anaknya dan menedang perahu buatannya Sangkuriang dan ayahnya. Perahu itu pun dalam keadaan terbalik dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub).




1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Ini cerita siapa ya?