PERJUANGAN
MELAWAN CUACA
Pagi hari, sekitar pukul 05.30, Merupakan waktu saya untuk bangun dari
tempat tidur, dan bersiap siap untuk memulai aktifitas seperti biasanya yaitu
berangkat ke kampus, tetapi tidak seperti biasanya pagi itu awan terlihat
mendung sedikit gelap dan terdengar samar gemericik hujan, sungguh cuaca pagi
itu membuat saya tambah malas saja untuk mandi karena takut kedinginan, Hmm..
mau tidak mau, saya harus memaksakan diri saya untk mandi dan segera bersiap-siap
berangkat ke kampus, apalagi saya harus
menyerahkan tugas yang di perintahkan salah satu dosen Sastra Indonesia
semester 4 pagi, mungkin itu salah satu alasan saya tak boleh malas-malasan
berangkat ke kampus.
Rupanya, gemericik hujan tak kunjung reda ketika saya sudah rapi dan
bersiap-siap untuk berangkat ke kampus pada pukul 06.30, seketika itu pun saya
memaksakan diri untuk berangkat karena takut terlambat, mengingat perjalanan
yang cukup jauh dari rumah saya untuk menuju ke kampus, tidak terlambat memang
setiba saya di kampus, tetapi, gemericik hujan yang seakan-akan tak mau
berhenti itu membuat baju dan celana
saya menjadi basah di tambah lagi dengan hembusan angin membuat saya menggigil
kedinginan, perjuangan yang tak mudah
saat pagi itu untuk menuju ke kampus.
Sepuluh
menit sebelum dosen datang, saya sudah berada di dalam kelas, artinya saya
tidak terlambat dan menganggap perjuangan saya pagi itu tidaklah sia-sia,
ketika saya selesai mengikuti mata kuliah jam pertama, saya sedikit mengobrol
dengan teman di samping saya, dia memberi tahu kepada saya bahwa hari ini
hendri ketua mahasiswa kelas kami akan melangsungkan pernikahan dan mengajak
saya untuk berkunjung ke kediaman mempelai wanita yang berlokasi lumayan jauh
dari kampus yaitu di daerah batu tapak gunung sindur.
Setelah mata kuliah berakhir pada siang hari,
saya dan ke empat teman saya mempersiapkan diri untuk mendatangi tempat resepsi
pernikahan hendri, tidak di sangka, awan gelap yang menyelimuti pagi hari pada
saat itu dengan hembusan angin yang
cukup kencang serta gemericik hujan yang tak berkesudahan berubah menjadi panas
yang sangat terik, sungguh cuaca di awal april yang tidak menentu.
Saya
memulai perjalanan dengan mengendarai motor, tidak ada sedikitpun persiapan
dalam perjalanan saya menuju tempat resepsi hendri pada saat itu, seperti
masker (sebagai pelindung hidung) dari debu debu jalanan, dan juga sarung
tangan untuk melindungi pergelangan tangan dari teriknya matahari, karena mengingat cuaca tadi pagi yang berbeda
dengan cuaca siang hari pada saat itu, andai saja saya mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik dengan selalu siap siaga membawa masker dan sarung
tangan tanpa memikirkan cuaca apa yang terjadi, mungkin saja saya tidak
kepanasan karena terik matahari yang menyengat kulit saya seperti ini,
Perjuangan
saya belum selesai, panas yang menembus kulit saya membuat saya tidak fokus
dalam mengendarai motor, apalagi ketika saya dan teman teman terjebak
kemacetan, itu semua malah menambah parah keadaan, sering kali angkutan umum
tidak mau untuk di dahului, padahal saya sudah memberikan tanda klakson, tetapi
tetap di hiraukan oleh sang supir untuk tetap menancap gas angkutan umum yang
di bawanya, sungguh lelah bercampur emosi pada saat itu,
Dahsyatnya terik matahari pada siang hari itu membuat gersang keadaan di
sepanjang jalan, debu debu yang bertebaran membuat sesak pada pernapasan, rasa
takut pun ikut melengkapi perjalanan saya pada saat itu, yaitu dengan banyaknya
mobil mobil besar seperti truk dan contener yang tepat berjalan di samping saya
membuat perasaan saya menjadi tak karuan, ada saja perasaan takut terjadi hal
hal yang tidak di inginkan, seperi kecelakaan, dsb
Akhirnya, perjalanan saya dan ke empat teman saya terhenti pada satu
gang yang terdapat janur kuning yang melengkung bertulisan Hendri dan
pasangannnya, saya dan teman-teman bergegas ke tempat parkir untuk memarkirkan
motor masing masing, kami pun sedikit mempersiapkan diri untuk bersolek, tak
lama saya dan teman-teman masuk ke dalam tenda resepsi hendri,
Rasa
takut, amarah, gelisah dan lelah saat perjalan sebelumnya pun terbayar ketika
melihat hendri dan pasangannya duduk bersanding di pelaminan, sungguh…. terlihat
bahagianya mereka pada saat itu, mereka nampak serasi dengan balutan kebaya
berwarna ungu di tambah background taman yang penuh bunga bunga di lengkapi
dengan tenda yang bertemakan ungu, membuat menarik dan sedap di pandang oleh
siapa pun yang melihatnya pada saat itu. haus dan lapar pun saat di perjalanan
siang itu hilang ketika saya dan teman-teman di persilahkan untuk menyantap
makanan serta minuman yang tersedia pada prasmanan di tempat itu.
Rasanya tak mau pulang jika mengingat keadaan perjalanan siang hari pada
saat itu, bayang bayang terik matahari yang menembus kulit, serta melewati
kemacetan, hingga lalu lalang mobil dan motor dengan kecepatan tinggi membuat
diri saya yang notabene sebagai pengendara motor pemula selalu merasa was was
dan berdebar debar saat melewati berbagai macam rintangan tersebut, tetapi
belajar dari pengalaman saat melewati rintangan rintangan tersebut siang itu di
perjalanan, semua itu berhasil saya lewati.
Demikian Deskripsi dengan Pengembangan Observasi menurut spasi dan waktu
dari saya, semoga dapat memberikan sedikit informasi kepada siapa pun yang
membacanya. Terimakasih …… :)
1 komentar:
Panjang, tapi masih narasi nih beli detail menggambarkannya :-)
Posting Komentar