Suasana
Pernikahan di Bulan April
Pukul
setengah sepuluh, suatu pagi menjelang siang. Matahari yang telah memancarkan
sinarnya ke sela-sela daun, pepohonan dan tepatnya di hadapanku. Pancaran sinar
yang biasanya tajam menyengat di siang hari tapi kini rasanya sedang berjemur
di siang hari tepatnya di Cidokom Kec. Gunungsidur-Bogor.
Sesampainya
di lokasi, banyaknya ibi-ibu keluar masuk di acara tersebut, banyaknya para
pedagang jajanan anak kecil (yang terletak di samping kanan panggung). Panggung
yang sedang di desain oleh para laki-laki yang cukup dewasa. Panggung yang di
desain di pagi menjelang siang ini kelihatan lumayan besar yang nanti malam
akan ada seorang perempuan atau laki-laki yang menyumbangkan bakatnya di
panggung tersebut.
Pintu
utama yang terletak kira-kira lima meter dari depan panggung ini terbuka dan
samping kanan-kiri pintu ada seorang laki-laki yang kira-kira 45 th ini sedang
berdiri dan menyambut para tamu yang hadir di acara. Laki-laki itu berbaju
tidak seragam layaknya bukan seperti penerima tamu. Setelah aku masuk ke acara
tersebut banyak orang yang menyambut tamu undangan ternyata bukan hanya di
samping kanan-kiri pintu saja. Orang yang menyambut tamu pun mengulurkan
tangannya untuk berjabat tangan dengan sang tamu dan selalu memberikan senyuman
kepada sang tamu.
Di
sekelilingku yang ku lihat adalah pancaran warna ungu, warna yang begitu
menerangkan suasana yang damai dan tentram. Warna yang menyala, terang, dan
cerah, secerah yang sedang duduk di atas panggung, panggung yang berlantai
karpet merah dan yang berada di dalam ruangan. Walaupun warna di ruangan ini
orang sering menyebutnya (warna janda) tapi bagiku ini warna yang sangat bagus.
Warna baju kedua sang pengantin pun serasi dengan ruangan acaranya sehingga
orang melihatnya pun indah.
Pada
saat ku duduk di kursi tepatnya depan panggung sang pengatin, kursi yang
berbaju putih, suasananya pun berisik dengan suara-suara ibu pengajian yang
sedang berceramah di acara ini. Suara yang sangat kencang sehingga semua orang
pun mendengarkan ceramahnya.
Di
sebelah kanan kursi tamu, ada sebuah meja yang di lapisi dengan kain putih dan
di atasnya berisi bermacam-macam makanan, yang biasanya tamu mengambilnya
ketika baru masuk ke acara tersebut. Makanan yang sekian banyak kini telah
mulai habis, makin banyak tamu makanan pun mulai habis.
Pukul
sebelas aku pun pulang, sebelum pulang aku pun naik ke atas panggung dan foto-foto
bersama pengantin dan teman-teman yang lain. Suasananya sudah mulai sepi yang
tadinya kursi penuh dengan orang duduk kini telah kosong. Dan setelah keluar
dari ruang acara yang tadinya aku melihat seorang laki-laki sedang mendisain
panggung kini sudah tidak ada. Suasana panas pun makin menjemur seluruh badan
ku sampai tiba di rumah.
1 komentar:
Sudah merupakan deskripsi, tp pengembangan waktu blm terlihat. Buat judul yang lebih menarik.
Posting Komentar