2014/01/14

Soft News (Profil)




Hobi Baca, Profesi : Pengajar Dan Penikmat Wayang

 

            Sore Itu 9 Januari 2014, udara begitu sejuk terasa. Cuaca yang kurang bersahabat semakin membuat saya lebih berkonsentrasi memikirkan tugas membuat profil. Sejenak saya tengok langit sore, beberapa awan bergelayut manja di langit jakarta. Sebuah ide saya dapatkan untuk membahas kesenian wayang. Akhirnya saya mengirim sms kepada Pak Bahtiar mengajak bertemu untuk wawancara, namun sayang jadwal beliau sangat padat sehingga wawancara pun harus saya lakukan lewat whatsapp.

            Nama lengkapnya Ahmad Bahtiar, M.Hum. Pak Abah, begitulah sapaan akrabnya. Seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dan berkulit sawo matang, kelahiran Pedes, Karawang pada 18 Januari 1976. Pendidikannya dimulai dari sekolah Dasar dan sekolah menengah di kota Karawang. Kemudian menyelesaikan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Universitas Pakuan Bogor  (1998), lalu dilanjutkan S2 Program Magister Susastra Indonesia di UI (2006).  Pengalaman sebelumnya beliau pernah mengajar di beberapa sekolah seperti SMA Al Azhar Plus Bogor (1999),  SMA Dwiwarna Boarding School, Bogor  (1999-2008), dan International Islamic Education Council,  Jakarta  (2008- 2010). 

            Beliau diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Agama RI  sebagai dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009. Segudang kegiatan beliau kantongi, karena selain mengajar, membimbing skripsi di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), FITK dan Ilmu Hukum, FSH beliau juga sering menyunting bahasa jurnal terakreditasi UIN Jakarta, Ahkam.

            Kegiatan lainnya sebagai dosen UIN adalah melakukan penelitian yang diantaranya  adalah “Penerapan EYD Skripsi Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” sejak tahun 2010 dan “Internalisasi Nilai-nilai Sufistik Drama Indonesia Modern”  pada tahun 2013.

             Kegiatan lainnya selain menulis  dan menyunting di beberapa  jurnal,  beliau juga menulis beberapa buku Sejarah Sastra Indonesia (Lemlit UIN Jakarta, 2011), Kajian Puisi (Unindra Press, 2013), Metode Penelitian Sastra (Pustaka Mandiri, 2013)  dan menyunting beberapa buku lainnya. Selain menjadi dosen di UIN Jakarta, beliau juga mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia umum dan berbagai mata kuliah sastra Indonesia di beberapa kampus seperti Universitas Indraprasta PGRI,  Universitas Pamulang,  Universitas  Paramadina, dan Universitas Al Azhar Indonesia. Kegiatan di luar kampus adalah menjadi pembicara nasional tentang bahasa dan sastra juga sebagai asesor sertifikasi  untuk guru-guru di lingkungan Kementerian Agama RI.

            Menyinggung hobinya yang suka mengoleksi beberapa komik wayang, ceritanya dimulai sejak beliau masih kecil. Berawal dari setiap kunjungan beliau ke rumah kakeknya, sejak saat itulah beliau tak pernah absen membaca koleksinya dan bahkan beberapa diantaranya beliau bawa pulang. Kesukaan beliau terhadap wayang diperkuat dengan banyaknya tayangan wayang golek di televisi pada saat itu. Beliau dan keluarganya sangat meenyukai wayang golek, karena salah satu kesenian orang sunda yang paling dibanggakan.

“Kakek saya juga penyuka wayang, beliau banyak sekali koleksi wayang. Saking seringnya dikasih komik-komik wayang, akhirnya saya jadi mengoleksinya, baik cerita-cerita pakem maupun sempalan” ungkap beliau mengenang masa kecilnya.

            Koleksi wayang tersebut beliau teruskan sampai duduk di bangku kuliah. Ayah satu anak ini menuturkan “Sejak duduk di bangku kuliah saya mengoleksi komik wayang terbitan Elekmedia computindo”. Rupanya komik terbitan Elekmedia computindo menerbitkan ulang karya RA Kosasih namun dalam versi kecil, seperti komik manga. Manga adalah komik-komik buatan jepang, namun sayangnya penerbit itu hanya menerbitkan cerita Ramayana dan Mahabarata saja sedangkan cerita-cerita lain karya Ra Kosasih lainnya tidak diterbitkan lagi. 

            Komik wayang karya pengarang legendaris RA Kosasih memang sudah menjadi idola baru dalam hidup beliau, karya-karyanya yang bagus sangat disukai banyak kalangan. Dari sebuah hobi itulah akhirnya mengantarkan beliau menjadi dosen Sastra wayang di Universitas Pamulang.

“ Saat belajar Sastra saya menemukan bahwa banyak karya sastra berlatar wayang, itu membuat wawasan dan kecintaan saya pada wayang semakin bertambah”. Jelas dosen sastra wayang Universitas Pamulang.

            Wawancara pun terpaksa saya tunda untuk melaksanakan shalat maghrib dahulu, sejenak saya renungkan sebagian hasil wawancara dengan beliau. Cukup menarik dan membuat saya semakin jatuh cinta dengan kesenian wayang, khususnya wayang golek yang berasal dari tanah Pasundan. Tepat pukul 19.30 wawancara lewat whatsapp pun saya lanjurkan kembali. 

            Hingga saat ini beliau terus menekuni hobinya mengoleksi komik-komik wayang. Untuk menambah koleksinya beliau terus mencari komik-komik dan buku-buku wayang baik di pameran  maupun di toko-toko termasuk komik-komik yang sekarang disatukan, tidak lagi perepisode untuk menularkan wayang kepada mahasiswa. 

            Apresiasi tinggi beliau tunjukan untuk Universitas Pamulang yang telah mengadakan mata kuliah Sastra wayang, yang diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan mahasiswa terhadap kesenian dan cerita wayang. Alangkah lebih baiknya jika mata kuliah Sastra wayang itu didukung dengan mengadakan atau mengunjungi pameran tentang berbagai jenis dan cerita wayang yang ada di seluruh Indonesia. Namun hendaknya kegiatan tersebut harus dikemas semenarik mungkin, misalnya mengadakan Seminar Nasional atau Internasional tentang wayang dan disesuaikann dengan perkembangan zaman tanpa mengubah ciri khas dari wayang tersebut. 

            Diantara sekian banyak cerita-cerita wayang, beliau lebih sering membahas mengenai Kisah Mahabarata, dan Ramayana. Tak luput juga beberapa puisi karya pengarang ternama seperti Gunawan Muhamad, dan Sapardi Djoko Damono sering di bahasnya. Kecintaan beliau kepada cerita wayang adalah sebagai bentuk pelestarian budaya, karena beberapa tahun terakhir peminat cerita wayang perlahan-lahan mulai memudar seiring perkembangan zaman. 

            Sebuah profesi bisa disebabkan dari kecintaan terhadap sesuatu. Menurut pandangan beliau, dari sebuah cerita wayang kita bisa menggali lebih dalam suatu pesan budaya yang bisa dijadikan contoh, baik dalam kehidupan maupun sebagai inspirasi, kita bisa menciptakan suatu karya dengan latar belakang cerita wayang namun disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang. 

            Tak terasa sudah di penghujung malam, akhirnya wawancara lewat Whatsapp pun saya sudahi, rasa lega tiba-tiba saja menjalar memenuhi tubuh. Segera ku susun hasil wawancara ini dan mempostingnya di blogger.

1 komentar:

Ruang Kata-kata mengatakan...

Perhatikan -> "Sore Itu 9 Januari 2014, udara begitu sejuk terasa. Cuaca yang kurang bersahabat semakin membuat saya lebih berkonsentrasi memikirkan tugas membuat profil", sejuk dan kurang bersahabat dua hal yang berlawanan. Oh iya, Pak Abah anaknya dua hehehe. Harusnya bs fokus pada masalah "penikmat wayang" kalau pengajar kurang menarik.